Ketika Mahasiswa Ikut Bisnis MLM
Bisnis model MLM makin banyak yang menyasar mahasiswa. Kalau mau bergabung dengan bisnis ini, kata praktisi, jangan lupa memeriksa legalitas perusahaan penyelenggara MLM terlebih dulu.
Bisnis multilevel marketing (MLM) seperti enggak ada matinya. Kini, model bisnis ini makin banyak yang menyasar mahasiswa secara umum, bukan hanya mahasiswa yang bertipe "kuda-kuda" alias kuliah dagang-kuliah dagang.
Untuk menarik minat mahasiswa, berbagai iming-iming ditawarkan perusahaan-perusahaan MLM, mulai keuntungan besar, promosi, hingga bonus jalan-jalan ke luar negeri. rupanya iming-iming seperti itu cukup berhasil.
Ella Nurmala (24), misalnya, pernah tertarik ikut bisnis MLM produk kecantikan dan mode karena janji bonus yang bisa didapat. Saat itu ia duduk di semeter 4 program studi manajemen keuangan, Universitas Bina Bangsa di Serang, Banten.
"Aku memang suka jualan. Pas kuliah, berasa banget kalau uang jajan Rp 15.000-Rp 20000/ hari dari orangtua nggak cukup. Nah, dikasih tahu ada bisnis MLM dan bisa dapat bonus, aku senang banget," ujarnya.
Ia pun masuk ke bisnis MLM itu dengan semangat membara. Modalnya uang Rp 3 juta yang diperoleh dari ayahnya. Namun, setelah beberapa lama ikut MLM itu, ia mulai menemukan beberapa kejanggalan. "Pas udah bergabung, kok soal bonus enggak jelas ya. Sudah gitu, ya enggak ada pelatihan atau arahan. Aku bertahan lima bulan saja," kata Ella.
Pengalaman buruk di bisnis MLM itu tak membuat Ella patah hati. Ia ikut lagi bisnis MLM lain yang menjual produk kesehatan. Kali ini, ia ikut seminar dulu dan pelatihan khusus dari sebuah lembaga. "Aku optimistis bisa sukses, tapi ibu menentang, dan mengingatkan untuk hati-hati dengan penipuan. Setelah aku pelajari, yang MLM ini lebih jelas. Aku tetap nekad dan beruntung dapat dukungan bapak," katanya.
Kali ini ia tidak hanya asal membeli produk, tapi juga mencari strategi untuk menggaet pembeli dan anggota. Ia meminjamkan beberapa produk ke teman dan saudara dan rajin promosi melalui media sosial. Upaya kerasnya ternyata membuahkan hasil. Dari bisnis itu Ella kini punya penghasilan Rp 3 juta-Rp 4 juta per bulan.
Setelah tiga tahun bergabung, untuk pertama kalinya ia dinyatakan berhak mendapat bonus jalan-jalan gratis ke luar, tepatnya ke Seoul, Korea Selatan dan Singapura. "Pas dibuatin kolase selamat aku dapat trip ke Korea oleh leader dan dibagilan ke grup WA, jariku sampai bergetar. Rasanya senang luar biasa," kenang Ella.
Ella selalu tersenyum mengingat keberhasilannya dapat bonus jalan-jalan ke Korea pada tahun depan. "Kebetulan pas dapat kabar, aku di dapur sama bapak. Langsung aku peluk bapak. Enggak nyangka bisa dapat jalan-jalan gratis ke luar negeri," kisah Ella.
Keberuntungan berlanjut terus. Ella mendapatkan satu tiket lagi ke Singapura yang bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-20 perusahaan MLM tempat ia bergabung. Ia mengejar tiket kedua supaya bisa membawa ayahnya liburan gratis di Singapura.
Sejak di bangku kuliah, Ella Nurmala (24) ikut bisnis MLM do MCI. Pertama kalinya Ella memenangkan bonus jalan-jalan gratis ke Korea Selatan.Yuliani Tamara (19), mahasiswi Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya, BSD juga merasa mendapatkan banyak keuntungan menjalankan bisnis MLM. Ia mengaku sejak SMA telah menggeluti bisnis MLM, namun belum serius. Kini, ia tergabung dalam MLM produk diet berupa olahan buah plum dan produk kecantikan.
“Awalnya melihat unggahan Instagram dari teman, hingga akhirnya aku tertarik untuk mencoba. Saat aku sedang tidak fokus menjalankan bisnis ini, tetap ada pelanggan yang membutuhkan produk ini,” terang mahasiswi semester tiga yang rajin mengikuti pertemuan mingguan setiap Rabu dan Kamis bersama komunitas MLM-nya. Ia mengaku, bisnis ini menyita perhatian sehingga ia harus pintar-pintar mengatur waktu antara kuliah dan MLM.
Sejauh ini, belum banyak keuntungan finansial apalagi bonus yang diperoleh Yuliani. Namun, ia mengaku mendapat keuntungan lain yakni kepribadiannya semakin matang. Ia juga bisa berbagi persoalan termasuk bisnis dengan komunitas MLM yang ia ikuti.
Angga mencoba usaha ini untuk menambah pengetahuan dunia bisnis. “Selain itu untuk menambah relasi, menambah lingkup pertemanan," ujar mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Lelaki berusia 21 tahun ini berusaha total menjalankan bisnisnya, meski mengaku belum tahu ke depan bisnisnya akan dikembangkan lebih luas lagi atau tidak. “Usaha ini saya kerjakan untuk menambah uang saku, jadi nggak terlalu di seriusin, cukup dijalani saja,” sambung Angga.
Perhatikan legalitas
Praktisi pendidikan kewirausahaan dan pengajar di Universitas Ciputra Surabaya Antonius Tanan mengatakan terlibat di bisnis MLM merupakan peluang yang baik bagi mahasiswa untuk bisa mengembangkan kemampuan berwirausaha. "Yang pertama, pastikan bisnis MLM yang diikuti legal dan bermanfaat bagi banyak orang," ujar Antonius.
Dengan bergabung di bisnis MLM, terang Antonius, mahasiswa bisa belajar sebuah sistem dalam bisnis. Selain itu, bisa belajar tentang penjualan yang butuh kemampuan komunikasi persuasif. Mahasiswa juga dapat menambah jejaring karena adanya pertemanan baru.
"Biasanya di bisnis MLM yang legal dan berkualitas, ada pelatihan-pelatihan yang diberikan untuk anggotanya. Mahasiswa dapat bekal untuk berbagai skill penting di dunia kerja dan usaha," paparnya.
Menurut Antonius, memiliki kemampuan pintar menjual punya banyak manfaat di masa depan. "Kalau mahasiswa punya waktu dan berminat untuk belajar penjualan, bergabung di bisnis MLM tidak hanya untuk dapat uang. Tapi pengalaman dan ilmu bisa didapat secara langsung," kata Antonius.
Berikut ini tanggapan beberapa mahasiswa terkait dengan bisnis MLM:
Yohanes Daga, Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang
Konsep pemasaran MLM memberikan daya tarik tersendiri bagi saya. Mendapat penolakan dan bahkan tidak mendapat keuntungan sama sekali sudah menjadi hal yang lumrah saya alami. Selain itu, saya juga sering mendapat komentar buruk dari orang-orang yang tidak mengenal apa itu MLM. Namun, saya tidak pernah patah semangat.
Saya juga memperoleh banyak pelajaran dari MLM. MLM tidak mengenal istilah ‘atas injak bawah’. Dalam MLM semua orang bisa memperoleh keuntungan seturut dengan seberapa besar kerja dan usahanya. Saya bisa belajar berjuang dan bekerja keras. Karena tanpa kerja, saya tidak mungkin mendapatkan apa-apa.
M Syahrul Mubaraq, mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Sebagai mahasiswa yang merantau, pastinya saya membutuhkan uang jajan tambahan. Karena itu, saya memilih untuk memulai bisnis MLM. Saya memilih MLM yang melatih setiap distributornya. Pelatihan skill berkomunikasi dengan setiap pelanggan nya sehingga terbentuk jiwa personal selling yang kuat antara penjual dan juga pembeli, dan juga untuk memperluas wawasan kita.
Suka duka kita saat menjalani sebuah bisnis tersebut ialah, Sukanya kita dapat berkenalan dengan banyak orang dan saling berbagi ilmu, serta saling berbagi pengalaman. Dukanya ketika kita sedang sulit mendapatkan pelanggan.