Kolaborasi Serasi di Djakarta Warehouse Project 2019
Saat ini, kolaborasi musik menjadi suatu keharusan bagi para musisi. Semua hal bisa dicoba untuk membuat sebuah karya baru yang apik.
Oleh
·5 menit baca
Dentuman lagu bergenre Electronic Dance Music (EDM) memenuhi JiExpo Kemayoran, Jakarta Utara pada akhir pekan lalu, 13-15 Desember 2019. Lagu bertempo cepat yang diputar dengan kencang membuat pengunjung festival musik Djakarta Warehouse Project (DWP 2019) menari dengan bebas mengikuti irama lagu.
Dihias sedemikian rupa dengan semarak, para pengunjung yang hadir tidak hanya berasal dari dalam negeri, ada juga pengunjung yang datang dari Filipina, Thailand, dan Jepang. Penonton juga datang dengan beragam pakaian yang tidak kalah keren, ada yang berani menggunakan warna neon agar menyala diantara pengunjung lain atau memilih gaya santai dengan celana pendek dan kaus tanpa lengan.
Panggung megah dengan ragam warna dan lampu yang menyala menyemarakkan lagu yang dimainkan di atas panggung. Menyediakan tiga panggung, salah satunya adalah panggung Garuda Land yang sekaligus menjadi panggung utama untuk DWP. Sesuai namanya, panggung yang terletak di bagian outdoor ini memiliki sayap besar di samping kanan dan kiri panggung yang merepresentasikan kemegahan burung Garuda. Sayap ini dihias khas dengan layar LED pada bagian sayap, kepala dan mata sehingga bisa bergerak mengikuti irama lagu yang diputar di panggung.
Siapa sangka, dibalik grafis panggung yang gagah tersebut ada seorang Video Jockey (VJ) perempuan, Isha Hening. Pegiat seni yang fokus pada motion graphic atau grafis bergerak ini sudah bersiap menyetel panggung sejak Kamis (12/12/2019) dini hari. Memulai karirnya sejak 2007, Isha Hening sudah banyak menuangkan kreativitasnya ke beragam medium. Tidak melulu tentang tata panggung, Isha juga pernah melakukan video mapping ke beragam gedung ikonik seperti Monas.
“Saya belajar motion graphic secara otodidak, dan dulunya kuliah desain di Seni Rupa. Awalnya mulai dari belajar edit video, setelah itu belajar motion graphic, gemar dengan live show lalu baru tahu tentang VJ,” kata Isha saat wawancara dengan Kompas Muda di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (12/12/2019) ditengah persiapannya menyusun animasi panggung.
Khusus untuk perhelatan musik seperti DWP, Isha juga melakukan motion graphic sebagai visual yang mengiringi permainan Disc Jockey (DJ) yang tampil. Baginya, memainkan visual dengan spontan sesuai dengan lagu yang dimainkan diatas panggung menjadi kesenangan tersendiri. Melihat karya seninya dalam layar besar merupakan alasan utamanya menyukai pekerjaannya saat ini. Dalam tiga hari, Isha banyak melakukan kolaborasi dengan berbagai DJ nasional dan internasional seperti Dua Lipa dan Zedd.
“Awalnya senang bisa kolaborasi sama artis-artis besar, tapi karena saya sadar ini pekerjaan yang harus dilakukan secara profesional, jadi sekarang sudah terbiasa. Untuk sekarang, saya lebih tertarik pada proyek yang berkualitas. Selama karyanya keren siapapun yang kolaborasi bersamaku tidak menjadi masalah,” jelas perempuan yang mengenyam pendidikan seni rupa di Institut Teknologi Bandung ini.
Ikatan harmonis
Salah satu DJ tanah air yang turut tampil di panggung Garuda Land adalah Patricia Shuldtz. Gelapnya Minggu (15/12/2019) malam tak padamkan lincahnya jari-jari perempuan yang akrap disapa Pat ini untuk memutar musik. Susunan lagunya saat itu ditata dengan apik untuk memecahkan gelora dan gebrakan dalam nada yang memeriahkan suasana.
Berbeda dengan DWP tahun sebelumnya yang diadakan di Bali dengan suasana santai, kini ia harus kembali membangun energi baru. Untuk penampilannya tahun ini Pat lebih fokus menyusun lagu-lagu untuk menyambut DWP kembali di Jakarta. Di balik gelegar karyanya, kolaborasi menciptakan ikatan harmonis untuk musik yang dinamis.
Menurutnya, kolaborasi berpengaruh dalam setiap langkahnya di dunia musik EDM. Ia juga tidak sembarangan memilih teman untuk membuat karya, perlu kesamaan visi dalam bermusik agar bisa serasi. Meski malam itu ia tampil sendiri, DJ yang sudah langganan tampil di DWP ini pernah memberikan kolaborasi yang beragam sebelumnya.
“Karena taste of music (selera musik) nya sama, perbedaan pendapat pun dapat dihindari,” tuturnya saat diwawancarai di salah satu restoran di Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2019).
Kolaborasi juga menjadi awal mula ia berkarya. Mengenal musik EDM sejak remaja, ia akhirnya mewujudkan mimpunya saat berkuliah di Australia. Diajari oleh temannya, ia akhirnya mengenal turntable dan dasar-dasar menjadi seorang DJ. Akibat kecintaannya ini, ia malah menekuni hobinya ketimbang fokus berkuliah.
“Aku ketemu DJ Stan di Indonesia. Dia ngajak aku buat coba main jadi DJ. Awalnya iseng lalu keterusan dan enggak bisa berhenti main. Seru banget!” ujarnya seraya tertawa.
Kolaborasi tidak melulu harus berawal dari niat untuk berkarya. Seperti yang dilakukan oleh Pon Your Tone, label dan publisis musik EDM buatan Dipha Barus, Jidho dan kawan-kawannya ini awalnya hanya iseng-iseng belaka. Sudah mengenal satu sama lain sebelum terkenal seperti saat ini membuat pertemanan merekalah yang justru menjadi akar kolaborasi dalam bermusik.
Iseng-iseng
Salah satunya seperti penampilan yang dilakukan pada Minggu (15/12/2019) di panggung Neon Jungle. Tampil bertujuh, Pon Your Tone yang terdiri dari Fadhil atau Matter Mos (rapper), Monica Karina (penyanyi), Ganarjito Abirowo atau Jidho (disc jockey), Dipha Barus (disc jockey) dan Daffa Jenaro Muchtar (disc jockey), bersama Kallula (penyanyi) tampil bersama meramaikan malam terakhir DWP 2019.
“We come as a family, DJ yang main disini memberikan penampilan yang berbeda karena tampil bersama. Kangen banget sudah lama gak main bareng, ditambah penampilan Monica Karina dengan singlenya, Kallula yang membawakan single barunya dan Matter Mos,” terang Dipha Barus ketika ditemui di studionya di Kemang, Jakarta Selatan pada Rabu (11/12/2019).
Bagi mereka, setiap membuat lagu rasanya tidak seperti bekerja. Kegemaran dalam dunia musik disertai lingkungan yang sangat dekat bagai keluarga membuat mereka semua sangat senang ketika sedang bersama dan bertemu satu sama lain.
“Kita menikmati, jadi tidak pernah terasa seperti kerja. Pada akhirnya, rasa lelah yang dirasakan worth it karena kami bersenang-senang saat bekerja,” terang Monica Karina.
Kebersamaan ini juga membuat pandangan mereka sama dalam bermusik. Meskipun tampil dengan jumlah orang yang banyak, tidak sulit bagi mereka untuk menyatukan pikiran saat menyusun konsep penampilan. Bahkan bagi mereka, tampil keroyokan justru membuat mereka merasa lebih leluasa tampil diatas panggung.
Kolaborasi penting untuk dilakukan siapa saja, ketika sebuah kegiatan dilakukan bersama-sama tentu lebih banyak ide yang keluar dan bisa menampilkan warna baru dalam karya yang berbeda. Seperti yang terjadi pada DWP tahun ini, ragam kolaborasi dilakukan mulai dari latar panggung hingga penampilan yang tidak dilakukan sendiri. Tujuannya, agar musik yang disajikan bisa dinikmati oleh banyak orang untuk berdansa bersama dan melupakan kepenatan untuk sementara.