Merayakan Band The Brandals di Menara
Untuk edisi e-paper Minggu (19/1/2020)
Band rock asal Jakarta, The Brandals, Kamis (16/1/2020) sore, melepaskan dahaga sebagian penggemar mereka. Kelima anggota band yang terdiri dari Eka Annash (vokalis), Tony Dwi Setiaji (gitaris), Mulyadi PM (gitaris), Radhit Syaharzam (bass), dan Firman Zainudin (drummer) itu tampil cukup enerjik di acara “Rooftop Gigs” yang digelar Kompas TV berkolaborasi dengan majalah Hai di Balkon lantai 6, gedung Menara Kompas, Jakarta.
Gig bertema intimate dengan fans itu memang menawarkan suasana yang berbeda dengan gig yang lain. Selain tampil langsung di hadapan penggemar, program tersebut menonjolkan kedekatan dan keakraban para anggota band dengan para penggemarnya.
Penampilan The Brandals dibuka dengan lagu “Obsesi Mesin Kota” dan “Lingkar Labirin”. Eka, meski sudah berusia 43 tahun, masih membuat penonton mengentak-entakkan kaki dan badan mengikuti kelincahannya menyanyi. Ia melompat-lompat, mengepalkan tangan ke atas bahkan sempat menyanyi sambil jongkok.
Cuaca sore hari yang semula cerah tetapi tiba-tiba berubah mendung dengan tiupan angin cukup kencang tak menghalangi Eka dan kawan-kawan beraksi. Penonton pun ikut bersemangat dibuatnya. Para penonton tak menunggu aba-aba, mereka turut menyanyi sejak lagu pertama dibawakan. Dua lagu tanpa jeda, seusai lagu “Lingkar Labirin” ada sesi tanya jawab dengan penonton yang hadir.
Teman sejak kecil
Pada sesi itu, Eka menceritakan awal mula band tersebut terbentuk dan kisah-kisah dibalik lagu-lagu yang mereka ciptakan. “Sebenarnya kami (anggota band) memang sejak kecil sudah saling mengenal, tinggal dalam satu lingkungan dan juga sempat beberapa kali ada pergantian personil,” kata Eka.
Ya, anggota lama The Brandals, Eka dan Tony memang bertetangga dan berteman sejak kecil. Sang vokalis dan Rully, drumer The Brandals yang meninggal dunia adalah kakak-adik. Kemudian soal keberadaan PM dan Radhit, personil “baru” yang sudah 10 tahun di band tersebut, ternyata dulu keduanya pernah main band bareng dengan Eka dan Tony.
“Lingkarannya begitu aja. Sudah saling tahu sejak lama. Ini memudahkan komunikasi antar kami,” tutur Tony saat mengobrol sebelum The Brandals manggung.
Setelah berbincang-bincang dengan penonton, The Brandals melanjutkan pertunjukan dengan menyajikan lagu “Komplikasi Cinta Transit”, “Retorika”, dan “Awas Polizei!”.
Usai membawakan tiga lagu berturut-turut, The Brandals menceritakan proyek yang sedang mereka kerjakan di tahun 2020 ini. “Tahun ini kami ada persiapan album baru, sudah 80 persen. Insyaallah sebelum Lebaran bakal keluar,” ujar Eka.
Suasana justru semakin meriah ketika The Brandals pamit undur diri. Sontak para penonton yang belum puas bernyanyi bersama, berteriak dengan kompak, “Lagi, lagi, lagi”. Setelah Annas berdiskusi dengan anggota yang lain, The Brandals menyajikan satu lagu terakhir berjudul “24.00 Lewat”. Kali ini suasana semakin pecah. Penonton ikut berjingkrak bersama sampai masuk stage.
Sempat vakum
Bagi penggemar music rock, nama The Brandals sudah tak asing lagi meski band yang berdiri tahun 2003 itu sempat vakum dua kali karena kesibukan setiap anggota, apalagi ditambah Rully meninggal dunia karena serangan jantung pada tahun 2015. Mereka memilih untuk rehat sejenak dari dunia musik.
Namun momen itu tidak berlangsung lama, The Brandals kembali ke sirkuit rock musik Indonesia pada tahun 2016. Ternyata kesibukan di dunia kerja tak mampu membendung kecintaan para awaknya untuk bermain musik. “Dan juga almarhum Rully sebelum meninggal berpesan ke kami, harus tetap nge-band,” ujar Eka sebelum pertunjukan dimulai.
Kini, meski Eka bekerja sebagai creative director lepas, Tony (40) menjadi produser eksekutif dan komposer musik di Rooftopsound, Radhit (38) jadi produser di Rumah Produksi LynxFilms, PM (37) jadi fotografer lepas, dan Firman (39) jadi video editor di Ismaya Grup. Di sela kesibukan masing-masing, The Brandals kembali menerima tawaran manggung. Masalah waktu mereka akui menjadi kendala, karena tak mungkin selalu membolos di hari kerja.
“Kami hanya menerima tawaran manggung pada akhir pekan atau tanggal merah karena mayoritas karyawan. Mau di dalam kota atau di luar kota sama, hanya akhir pekan,” kata Tony sambil tertawa.
Eka menambahkan bila di dalam kota, masih memungkinkan tampil pada Jumat malam. Sementara untuk latihan persiapan manggung, menurut Radhit biasanya dilakukan malam hari setelah jam kerja usai.
Namanya anak band, keinginan mereka untuk berkarya tak pernah putus. Setelah delapan tahun tidak membuat album, The Brandals akan merilis album baru pada tahun ini. “Untuk album ini kami tetap memberi spirit lama tapi dengan nuansa baru,” ujar Eka.
Soal lirik lagu, sejak awal mereka mengangkat keresahan para awak band. “Keresahan kami sebagai warga Jakarta, coba kami tuangin dalam bentuk karya musik supaya lebih gampang dinikmati,” kata Eka lagi.
Lirik yang kental dengan nuansa perjuangan kaum marjinal dan kritik sosial dipastikan akan tetap menjadi ciri The Brandals yang mereka harapkan bisa dinikmati dari generasi ke generasi.
Selain mengeluarkan album baru, mereka juga akan merilis karya lain seperti film dokumenter, vinyl, dan produk cendera mata. “Banyak karya-karya kami rata-rata bentuknya ada kaset dan DVD. Kami akan membuat versi digital agar dapat diakses kapanpun dan bisa bertahan lama,” tambah Tony. Pembuatan versi digital karya-karya The Brandals agar ada regenerasi penggemar dari grup musik garage punkers ini. (*)
Liputan ini hasil kolaborasi dengan dua mahasiswa magang Harian Kompas, yakni Rakha Arlyanto D (Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran Bandung) dan Reza (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)