Nonton pertandingan e-sport juga bisa heboh. Ada yel-yel dan teriakan seperti nonton pertandingan bulu tangkis.
Oleh
Soelastri Soekirno
·3 menit baca
Gelaran Piala Presiden E-sports 2020 usai sudah, namun kemeriahan di dalamnya masih terasa. Bunyi tambur ditingkah teriakan penonton mengisi kompetisi terutama saat delapan tim bertanding di free fire (gim tentang perang-perangan).
Pada kompetisi olahraga elektronik (gim) itu panitia mengadakan empat lomba. Ada Mobile Premiere League dengan gim berjudul Fruit Dart, Free Fire, eFootball Pro Evolution Soccer (PES) atau gim permainan sepak bola, serta gim karya anak bangsa bernama Ultra Space Battle Brawl.
Sebenarnya pada lomba gim PES yang diikuti atlet Indonesia Rizky Faidan, penonton bersemangat. Tapi ketika Rizky kalah dari I Made Aris Sandra semangat penonton kendur. Apalagi ketika mereka melihat dua pemain Vietnam, Do Trung Thanh dan Nguyen Tuan Anh memperebutkan piala Presiden.
Sebelumnya pada gim free fire, semangat untuk mendukung tim pujaan amat terasa. Kompetisi ini diikuti delapan tim, Dranix dari Surabaya (Indonesia), Big Akar (Indonesia), Elvo GI (Indonesia), Louvre (Indonesia), KHKR (Kamboja), Pak Royal Army (Filipina), Illuminate (Thailand), Evos-MG1 (Thailand), Team Flash (Vietnam), Cloud (Vietnam), Argon My (Malaysia), High Quality (Malaysia) dan High Quality Squad (Malaysia).
Dalam kompetisi selama dua hari, Sabtu-Minggu (1-2 Februari 2020) itu, delapan tim bersaing ketat. Jelang akhir ronde, suasana mulai memanas. Beberapa penonton yang duduk di bangku belakang mulai berdiri sambil mengacungkan semacam balon dari plastik yang mereka tepukkan.
Panitia memasang enam layar besar untuk penonton. Salah satu layar berukuran 10 meter x 10 meter yang berada di atas panggung seluas 48 meter persegi. Kondisi itu memudahkan penonton menikmati jalannya pertarungan, apalagi di setiap pertandingan ada komentator dan diiringi musik, tata lampu yang membuat kompetisi lebih seru.
Kalau penonton di bagian tengah hanya berteriak dan menepukkan balon plastik, pendukung Dranix yang duduk di sebelah kanan lebih heboh. Mereka terus-menerus membunyikan tambur dan tepukan balon plastik. Bahkan saat Dranix menang pada dua ronde, salah satu penonton berlari ke depan panggung sambil membawa kain lebar bertulisan Dranix.
Tahun 2019, Indonesia menjadi negara nomor 16 untuk market share gim.
Sayang, sukacita itu tak berlangsung lama karena akhirnya Dranix kalah dari tim Vietnam yang membawa pulang Piala Presiden ke negaranya beserta hadiah sebesar Rp 300 juta. Dranix tahun ini menjadi runner-up.
Tak hanya remaja lelaki yang menonton Piala Presiden E-sport, di antara penonton banyak remaja perempuan ikut nonton. Tiga di antaranya mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Lampung, yakni Nadila Firjuan Dini (20), Anisha Noviani Dwikasari (21), dan Yunidia Tarlim (20).
Melihat antusiasme tim yang menjadi peserta pertandingan dan penonton, Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yakin e-sport akan lebih berkembang di Indonesia.
Menurut Hari, tahun 2019 Indonesia menjadi negara nomor 16 untuk market share gim. Nilai market share mencapai 937 dollar AS dan diperkirakan naik menjadi 1.010 dollar AS pada tahun 2020.
”Sayangnya, kontribusi gim lokal kita baru 0,4 persen. Semoga lima tahun ke depan menjadi 20 persen,” ujar Hari. (LUK/*)