Demensia bisa dicegah sejak dini. Salah satunya dengan mengajak anak muda tidak terlalu sering galau.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Bicara perihal penyakit demensia alzheimer, kebanyakan orang pasti langsung beranggapan itu sebagai bagian dari penuaan. Padahal, demensia bisa dicegah sejak dini. Salah satu caranya dengan mengajak anak muda jangan terlalu lama atau sering galau.
Seperti yang diketahui, demensia merupakan suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual. Kondisi ini membuat fungsi kognitif penderita mundur sehingga mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Gejala yang paling umum adalah penderitanya cepat lupa alias pikun atau mengalami perubahan perilaku.
”Faktor risiko utama penyebab penyakit demensia alzheimer adalah usia, kemudian diikuti oleh faktor genetik dan jenis kelamin. Namun, ada juga faktor risiko vaskular yang ikut memengaruhi, tetapi bisa dimodifikasi,” kata Ketua Neurogeriatric Study Group, Indonesian Neurological Association (INA), Yuda Turana di sela-sela Friday Coffee Break ”Stop Pikun di Usia Muda” di Jakarta, Jumat (6/3/2020).
Faktor risiko vaskular adalah penyakit atau kondisi medis yang dapat menurunkan fungsi kognitif. Beberapa contoh ialah hipertensi, gangguan jantung, diabetes, kolesterol tinggi, stroke, cedera kepala, insomnia, dan obesitas.
Yuda mengatakan, berapa pun usia seorang individu, perilakunya pada saat ini sangat berpengaruh terhadap kondisi otak di usia senja. Setiap individu dapat ”memodifikasi” gaya hidupnya agar tetap sehat sehingga terhindar dari penyakit-penyakit risiko vaskular tersebut.
Kesehatan mental
Selain kesehatan fisik, setiap individu rupanya juga perlu menjaga kesehatan mental sepanjang hidupnya. Mereka perlu menghindari penyebab stres, galau, dan depresi, serta mengalami lebih banyak pengalaman positif.
”Emosi negatif bisa memengaruhi seseorang untuk terkena risiko vaskular. Hal ini karena emosi negatif dapat meningkatkan hormon pemicu stres dan tensi darah,” kata Yuda yang juga penulis buku Stop Pikun di Usia Muda.
Menurut dia, emosi negatif juga berdampak besar terhadap kepribadian seorang individu yang terkena demensia. Otak manusia memiliki dua jenis memori, yakni data netral dan data emosional. Data emosional kemudian terbagi menjadi data emosional positif dan data emosional negatif.
”Pada proses penuaan, data netral biasanya dilupakan lebih dulu kemudian data emosional positif. Mengapa data emosional negatif tersimpan lebih dalam dan terhapus paling lama? Itu karena sifat dasar manusia adalah tidak ingin membuat kesalahan yang sama,” ujarnya.
Kondisi itulah yang membuat kepribadian penderita demensia biasanya berubah, misalnya cepat marah. Oleh karena itu, penting agar setiap individu mengisi pengalaman hidupnya dengan banyak pengalaman bahagia agar tidak menjadi masalah di hari tua.
Seberapa muda seseorang perlu untuk menjaga kesehatan fisik dan mental guna mencegah demensia? Menurut Yuda, istilah muda yang dimaksud masuk dalam definisi batas umur.
Sejak kecil, orangtua perlu menyiapkan agar bayinya memiliki tubuh sehat dan otak yang produktif. Ketika dewasa, individu tersebut perlu berupaya sendiri untuk menjaga agar otaknya dapat terus produktif. Mereka dapat menstimulasi otak melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti makan pangan bergizi, berolahraga, dan menghindari stres.
Generasi muda
Anak muda perlu menyadari pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental guna mencegah demensia. Apalagi, ancaman demensia tidak lagi hanya membayangi orang tua. Berdasarkan riset The Alzheimer’s Society pada 2014, sekitar 42.000 penduduk usia produktif di Inggris terkena tanda-tanda awal dementia (EOD).
”Generasi muda berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup diri sendiri. Melalui kampanye Elphie Youth, kami harap generasi muda tergerak untuk meningkatkan kualitas hidup diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan mental sehingga bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan ramah demensia dan lansia di Indonesia,” kata Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifik dan Founder Alzheimer’s Indonesia (ALZI) DY Suharya.
Kampanye Elphie (Elevate, Love, Passion, Humanity, Inclusivity, Engage) Youth adalah upaya meningkatkan kesadaran anak muda mengenai risiko demensia yang disebabkan oleh gaya hidup sejak muda. Elphie Youth merupakan kerja sama antara ALZI dan Unika Atma Jaya.
World Alzheimer Report pada 2019 mencatat, dua dari tiga orang masih berpikir bahwa demensia disebabkan oleh penuaan yang normal. Sementara itu, satu dari empat orang berpikir tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah demensia.
Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia Patricia Tumbelaka menambahkan, penyakit demensia bukan masalah orang tua, melainkan seluruh usia. Anak muda perlu memperhatikan masalah demensia karena mereka tentunya akan bertambah tua dalam 20 hingga 30 tahun ke depan. Untuk itu, masa tua perlu dipersiapkan dari saat ini.