Aksi Nyata Generasi Muda Selamatkan Bumi
Saat ini, banyak anak muda yang mendedikasikan dirinya untuk aktif dalam kegiatan menyelamatkan bumi.
Kiprah anak-anak muda menyelamatkan bumi kini tak lagi sulit ditemui. Mereka memulai dengan aksi kecil di sekitar lingkungannya. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi lingkungan, lalu berharap gaungnya bisa sampai ke seluruh pelosok negeri bahkan dunia. Semangat Hari Bumi yang diperingati tiap 22 April tak lagi terasa asing bagi anak-anak muda Indonesia.
Anak muda masa kini bukan lagi generasi tanpa suara. Dengan caranya, mereka bisa jadi penggerak perubahan untuk menyelamatkan bumi.
Kekuatan media sosial jadi salah satu faktor yang membuat banyak anak muda rela bergerak, menjadi relawan penyelamat bumi. Tak mesti jadi pesohor atau influencer dengan jutaakn pengikut, siapa pun bisa berperan menyampaikan suara berisi ajakan untuk menyayangi bumi.
“Saya Relawan Nature X Youth,” demikian unggahan foto di akun Instagram @baizalwi-ahmad pada 22 Maret lalu. Anak muda yang aktif di kegiatan lingkungan ini menjelaskan selama 60 hari ke depan, dirinya bersama 50 relawan terpilih Nature x Youth akan berbagi info menarik tentang keanekaragaman hayati.
Beberapa waktu kemudian, Ahmad menampilkan video singkat dirinya yang tengah menikmati alam terbuka sambil menikmati sirop dan manisan dari buah pala. Eits, tunggu dulu. Dirinya bukan sedang mengiklankan suatu produk tertentu.
“Indonesia menyimpan beragam aneka hayati yaitu rempah-rempah yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya pala. Namun, tahukah Anda, di Aceh, tepatnya di Kabupaten Aceh Selatan, sebagian komunitas petani lokal memanfaatkan pala sebagai olahan makanan dan minuman yang menyehatkan, di antaranya sirup pala, manisan pala, snack pala, dan minuman bir pala yang dijamin halal tanpa alkohol,” ujar pria yang pernah jadi peserta Jambore Indonesia Bersih dan Bebas Sampah 2019 ini.
Lalu, dia menginformasikan jika persebaran tanaman pala semakin hari semakin mengkhawatirkan. Hal ini karena perubahan iklim yang dipicu penebangan liar di hutan. Ajakan untuk merawat keanekaragaman hayati pun digaungkannya melalui medsos.
“Indonesia menyimpan beragam aneka hayati yaitu rempah-rempah yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya pala. Namun, tahukah Anda, di Aceh, tepatnya di Kabupaten Aceh Selatan, sebagian komunitas petani lokal memanfaatkan pala sebagai olahan makanan dan minuman yang menyehatkan, di antaranya sirup pala, manisan pala, snack pala, dan minuman bir pala yang dijamin halal tanpa alkohol,” ujar Ahmad.
Afrianti Pratiwi di akun IG @afriantipratiwi melakukan hal senada. Perempuan yang menyebut dirinya blogger dan bookreviewer ini juga bagian dari relawan WWF Indonesia yang menginisiasi program Nature x Youth. Dia mengunggah foto makanan lokal, tempe mendoan yang selalu dirindukannya saat pulang ke kampung halaman Kebumen, Jawa Tengah.
Di akun IG tersebut, diskusi interaktif pun dibangun bersama pengikutnya. “Nah, kalau makanan lokal kesukaanmu apa nih? Dan kamu tahu enggak sih bikinnya dari apa? Ceritain dong di kolom komentar,” ujar Afrianti.
Inilah cara kekinian anak-anak muda untuk berpartisipasi menyelamatkan bumi. Lewat unggahan di akun media sosial masing-masing menjadi salah satu cara berkontribusi yang nyata. Terlihat kecil, namun pengaruhnya untuk mengkampanyekan dan mengedukasi anak-anak muda lain agar peduli lingkungan punya jangkauan yang luas dan tanpa batas.
Margareth Meutia, Campaign Specialist WWF Indonesia, menjelaskan menyambut Hari Bumi 2020, WWF Indonesia bekerja sama dengan sejumlah influencer untuk mengunggah konten terkait keanekaragaman hayati atau biodiversity. Ada 50 relawan digital yang digandeng jadi relawan Nature x Youth, dari beragam latar belakang profesi dan daerah.
Program ini diharapkan bisa meningkatkan pemahaman generasi muda mengenai nilai keanekaragaman hayati. Selain itu, aksi nyata seperti ini bisa dipakai untuk melindungi keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Apalagi, Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati di dunia sehingga layak disebut megabiodiversity.
Margareth menjelaskan, ada waktu tiga bulan untuk membangun percakapan seputar keanekaragaman hayati di media sosial. Krisis keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini terjadi akibat sikap manusia yang abai dan cuek dalam mengenali memahami dan menghargai manfaat keanekaragaman hayati dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bagian dari keanekaragaman hayati, perlahan-lahan manusia semakin tidak tersambung dengan sumber kehidupannya.
“WWF Indonesia menginisiasasi kampanye Nature x Youth dengan tema Unity in Biodiversity untuk mengajak generasi muda kembali mengenali dan memahami manfaat keanekaragaman hayati guna menyelamatkan alam dan segenap isinya, termasuk keberlangsungan hidup manusia,” ujar Margareth.
Inovasi mahasiswa
Kiprah anak muda menyelamatkan bumi, juga hadir dalam inovasi riset berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Ajang kompetisi yang memfasilitasi mahasiswa untuk jadi bagian solusi menghadirkan keberlanjutan atau sustainability dalam sebuah industri, salah satunya difasilitasi L’Oreal Indonesia lewat program L’Oreal Brandstorm. Program ini bisa mendorong lahirnya start up berbasis iptek dari kalangan anak muda dengan semangat untuk menjadi solusi bagi lingkungan hidup.
Mahasiswa punya segudang ide untuk turut serta menyelamatkan bumi dari kerusakan akibat sampah plastik, termasuk yang dihasilkan industri kecantikan. Para mahasiswa lintas ilmu berkutat dengan data, lalu meriset, untuk bisa menghadirkan inovasi yang membantu industri kecantikan, misalnya, untuk mengurangi penggunaan plastik.
Mereka adalah Tim Plustree dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Teknologi Industri ITB yakni Antonius Reynard Affandi, Karin Adriana, dan Farhan Hadi Taskaya. Tim Plustree bakal mewakili Indonesia di kompetisi global di Paris, Perancis.
Antonius mengatakan penggunaan sachet plastik untuk mengemas pewarna rambut atau masker wajah yang sedang diminati konsumen menyumbang masalah pada bumi. Kemasan plastik yang digunakan tidak ramah lingkungan mencemari bumi.
Ketiga mahasiswa ini menawarkan Plustree yang merupakan kemasan biomassa yang dapat terurai ke dalam tanah. Produk ini mengubah lapisan pada kemasan yang terbuat dari petroleum menjadi bahan alami yang terbuat dari serat pati seperti jagung dan singkong. Usai digunakan konsumen, kemasan Plustree dapat ditempatkan ke dalam vas sebagai benih untuk menumbuhkan tanaman.
Farhan menambahkan Plustree akan mengubah perilaku konsumen menjadi lebih sadar akan lingkungan dan membuat program komunitas ramah lingkungan dengan bantuan aplikasi interaktif. "Bukan sekadar ikut mengurangi plastik, tapi nanti konsumen juga bisa memanfaatkan sachet untuk ditanam di rumah jika bijinya sayuran. Atau juga tanaman untuk mendukung penghijauan," kata Farhan.
Jadi inspirasi
Sementara itu, di acara serial diskusi online bertajuk Aksi Iklim Anak Muda Indonesia: Inspirasi dari Jakarta, Gresik, dan Jayapura yang digelar EcoNusa Foundation di Jakarta, Senin (20/04/2020), terungkap isu pengelolaan sampah dari rumah tangga, seperti menghentikan penggunaan plastik sekali pakai, sedotan, hingga styrofoam, maupun ajakan mengubah gaya hidup di kalangan anak muda, menjadi kepedulian para pegiat muda di bidang lingkungan. Di usia muda mereka menggagas organisasi yang memberdayakan lingkungan sekitar untuk hidup dengan penuh cinta pada bumi yang sedang rusak ini.
Bambang Sutrisno, pendiri dan Direktur Eksekutif menginisiasi Teens Go Green Jakarta. Ada ratusan relawan anak muda yang digandeng, yang kini diajak jadi mitra Taman Rekreasi Impian Jaya Ancol di Jakarta. Para relawan diajak mengkampanyekan tidak menggunakan stryfoam dan sedotan plastik kepada pengunjung dan tenant di Ancol.
Sementara itu dari Gresik, Jawa Timur, Thara Bening Sandrina, siswa kelas XII SMA, memulai gerakan membersihkan Sungai Brantas yang penuh sampah bersama teman-teman sekolahnya. Kini, komunitas River Warrior Gresik meluas yang diikuti dari siswa berbagai sekolah.
Kampanye yang diusung terkesan sederhana, namun justru jadi solusi nyata. Ketika menemukan di Sungai Brantas banyak pampers bayi yang dibuang, mereka mulai mengkampanyekan penggunaan pampers dan pembalut dari kain yang bisa dipakai berulang-ulang.
Dari sini, meningkat ke kampanye yang lebih serius lagi. Thara dengan tegas meminta Bupati Gresik untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai di daerah ini. Dan, seruan itu terus bergema.
Itulah sekelumit kisah anak-anak muda yang menyayangi bumi. Mereka bergerak dan mengajak anak muda bergerak, dari aksi kecil, yang penting nyata.