Saat ini, diskusi buku secara daring semakin marak.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU & ELSA EMIRIA LEBA
·6 menit baca
Mendiskusikian buku biasanya dilakukan dengan kumpul bersama, sekaligus bisa menyentuh dan membolak-balik halaman buku. Namun, pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan pegiat literasi dan pecinta buku untuk memanfaatkan diskusi buku secara daring atau online. Masa-masa belajar atau bekerja dari rumah pun kini bisa diisi dengan mengikuti berbagai diskusi buku atau soal literasi secara daring di berbagai media sosial maupun aplikasi.
Perayaan Hari Buku Sedunia yang jatuh tiap 23 April biasanya diisi dengan selebrasi dan kampanya baca buku di tempat publik maupun menggelar festival buku secara meriah. Tapi tahun ini berbeda, tidak ada kumpulan pegiat literasi, relawan, dan masyarakat untuk merayakan pentingnya membaca dengan menikmati buku yang disukai. Pilihan pun jatuh dengan perayaan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sehingga ajakan untuk membaca dan menikmati buku tetap bisa dilakukan
Komunitas keREADta (gabungan tiga komunitas literasi yakni Taman Baca Inovator, Indoreadgram, dan Booktube Indonesia) yang didukung Campaign.com menggelar Kencan Buku Online lewat aplikasi zoom pada Sabtu (18/04/2020). Selebrasi Hari Buku Sedunia oleh keREADTA yang dilakukan sejak 2017 biasanya di kereta komuter atau MRT. Tahun ini, untuk pertama kali menggelar kencan buku online yang melibatkan sekitar 50 peserta yang berdiskusi soal buku yang disukai secara daring.
Booktuber Haris Quds membuka sesi buku bercerita dengan menunjuk peserta untuk menampilkan buku yang dipamerkan secara daring dan mengisahkan hal menarik dari buku tersebut selama tiga menit. Peserta pun sudah siap di layar zoom dengan buku yang hendak diceritakan. Sesi yang direncanakan satu jam molor hingga 1,5 jam dengan menghadirkan ulasan 16 buku dari peserta.
“Saya baca ulang lagi buku Life of Pi di masa pandemi ini. Isinya pas banget dengan kondisi saat ini, bagaimana kita bisa survive,” ujar CEO Campaign.com William Gondokusumo sambil menunjukkan buku yang mengisahkan perjuangan seorang pria bernama Pi yang terombang-ambing di lautan bersama harimau.
Saat William berkisah, di kolom komentar sudah muncul tanggapan dan pertanyaan seputar buku yang juga diangkat ke layar lebar dengan judul sama. Tiap peserta yang menyarikan kisah buku favoritnya mendapat tanggapan dari peserta lain. Ada yang bernada pertanyaan serius, ada yang antusias karena bertemu dengan peserta yang menyukai buku sama, ataupun yang menambahkan informasi lain soal buku yang dibahas.
Peserta lain, Dini Indah, menampilkan novel karya Arswendo Atmowiloto berjudul Rabu Rasa Sabtu. Dini mengaku tertarik membaca novel ini karena buku dijual dengan harga diskon. Ceritanya soal seorang anak yang sakit dan soal budaya Indonesia. Diskusi lewat kolom chat pun berkembang yang mengapresiasi almarhum Arswendo yang karya-karya tulisnya menarik. Sampai ada yang pensaran “Jadi, Rabu rasa Sabtunya gimana sih,” kata peserta lain. Terkadang pembahas menyimpan hal yang membuat penasaran supaya peserta lain mau membaca buku.
Acara Kencan Buku Online menghadirkan beragam kisah buku dengan berbagai topik. Ada soal sejarah Hitler, gen manusia, cerita detektif, puisi, pendidikan, hingga pengeloaan dana kemanusian. Puncak acara ditutup dengan games online berhadiah via kahoot.it untuk menebak soal buku. Peserta ditantang untuk bisa memilih judul atau penulis buku yang benar dengan menampilkan gambar sejumlah sampul buku Dan, selalu saja ada peserta yang mampu menjawab dengan benar.
Inisitor keREADta Nur Kholis Makki mengatakan acara Kencan Buku Online jadi acara selebrasi Hari Buku Sedunia tahun 2020 yang dirayakan secara online. “Kami biasa merayakan di kereta/MRT. Soalnya kereta paling banyak digunakan masyarakat Jabodetabek. Nah, kami ingin membangun kesadaran kepada pengguna kereta bahwa kita bisa lho membaca buku di dalam kereta,” ujar Makki yang bergiat di Taman Baca Inovator.
Kampanye untuk membaca buku di dalam kereta dilakukan komunitas keREADta dengan cara mengajak relawan membawa membawa satu buku yang hendak dibaca dan satu buku untuk didonasikan di akhir acara. Dengan posisi duduk atau berdiri di dalam kereta, para relawan nampak asyik membaca buku. Penumpang yang membawa anak diberi buku bacaan anak.
Di masa pandemi, Taman Baca Inovator yang punya 35 taman baca dari Sumatera Utara sampai Maluku Tenggara Barat juga mulai menggelar kegiatan buku online. “Pekan lalu kami diskusi via live instagram bareng penulis Lestari Dee dan beberapa patner kami,” ujar Makki.
Berdiskusi dengan Penulis
Seri diskui buku online yang menampilkan buku baru dengan ulasan dan tanya jawab secara langsung penulisnya juga mulai rutin digelar Penerbit Buku Kompas lewat live IG bukukompas. Acara bertajuk Bincang Buku selama satu jam menghadirkan berbagai topik dari soal kesehatan terkini yakni Covid-19 hingga generasi muda.
Bertepatan dengan perayaan Hari Kartini (21/0402020), Bincang Buku bersama @bukukompas menghadirkan Muhammad Faisal, penulis buku bertajuk Generasi Kembali ke Akar. Buku berdasarkan riset ini mengisahkan generasi muda di Indonesia yang cenderung melawan arus dibandingkan pemuda dari negara lain. Ketika penetrasi teknologi digital, media sosial, dan ponsel pintar masuk, generasi muda Indonesia justru semakin bersikap kolektif. Banyak komunitas dan perkumpulan bermunculan di dunia maya maupun dunia nyata.
Berdiskusi buku secara daring membuat interaksi peserta dan penulis begitu cair. Komentar maupun pertanyaan tertulis dari layar berseliweran di layar IG. Saat Bincang Buku menghadirkan penulis dokter Handrawan Nadesul yang baru menerbitkan buku berjudul Covid-19 : Bagaimana Agar Tidak Tertular, peserta memuaskan rasa ingin tahu soal benar-tidaknya berbagai berita yang berseliweran di media sosial terkait Covid-19 langsung pada ahlinya.
Diskusi buku daring yang menghadirkan para penulis juga ditawarkan Penerbit Komunitas Bambu yang menerbitkan buku sejarah dan humaniora. Program #bukudisenjakala digelar live dari instagram @bukukobam. Buku-buku bernuansa sejarah dibahas penulis.
Yang terbaru, Selasa (05/05/2020), tamu yang dihadirkan yakni Eko Prasetyo, yang merupakan imam besar Social Movement Institute dan penulis sejumlah buku kiri Islam. Diskusi kali ini membahas buku berjudul Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern karya SI Poeradisastra. Sebagai generasi pemikir Islam baru, ada keresahan kepada Islam yang semakin jauh dari ilmu pengetahuan hanya membuat Islam jatuh terpuruk.
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pekan lalu, Komunitas Bambu menghadirkan diskusi soal buku sejarah bertajuk Mustikarasa : Resep Masakan Indonesia Warisan Sukarno. Diskusi yang menghadirkan jurnalis Harian Kompas Ahmad Arif yang juga penulis buku seri pangan lokal ini, membahas soal politik pangan yang bisa menjadi panduan dalam mengatasi krisi pangan akibat pandemi Covid-19. Di masa Presiden Soekarno isu soal keankeragaman pangan Indonesia selain beras sudah dimunculkan. Diskusi ini menjadi ajakan untuk merefleksi pada sejarah sebagai pedoman untuk masa depan bangsa.
Tak hanya menyajikan bahasan soal buku dan penulisnya. Komunitas literasi lainnya juga mengadakan acara diskusi yang membahas pengembangan dunia literasi di berbagai daerah yang memungkinkan pertukaran informasi tanpa batas. Forum Taman Bacaan Indonesia lewat @forum_tbm menyajikan diskusi #Energi Literasi dari Rumah dari pegiat TBM di berbagai wilayah di Indonesia.
Sementara itu, Perkumpulan Literasi Indonesia menggelar Online Festival dengan 30 acara diskusi secara daring untuk merayakan Hari Buku Dunia dan Hari Pendidikan Nasional. Acara ini untuk mengkampanyekan Indonesia agar cerdas berliterasi.
Nah, masa-masa harus tinggal di rumah pun kini bisa dimanfaatkan untuk menambah wawasan. Belajar dari buku yang merupakan jendela dunia bisa dinikmati secara daring. Tinggal sesuaikan saja dengan minat tiap orang.