Anak Muda Diajak Produktif dan Kreatif di Akhir Pekan
Generasi muda diajak kreatif di akhir pekan. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan anak muda untuk lebih produktif.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak muda Indonesia yang bakal menjadi generasi emas Indonesia pada tahun 2045 diajak untuk terus produktif menghasilkan karya. Tantangan generasi muda saat ini yang menghadapi pandemi Covid-19 harus tetap dihadapi dengan semangat dan ajakan untuk mengembangkan diri dan berkolaborasi.
Untuk melipatgandakan antusiasme anak muda bangsa saat ini agar tetap produktif, We The Youth dan Dyandra Promosindo menggelar gerakan No Sleep For Weekend. Peluncuran secara daring dalam acara webinar No Sleep For Weekend, Sabtu (27/6/2020), disambut antusias sekitar 260 peserta dari kalangan mahasiswa, media, dan profesional muda.
Hadir sebagai pembicara di webinar, Ratu Dyah Ayu Widyaswari selaku Direktur Eksekutif We The Youth; Head of Convention Dyandra Promosindo Abynprima Rizki; penulis buku Generasi Phi dan Generasi Kembali ke Akar, Muhammad Faisal; serta Co-founder dan Direktur Program M Bloc Space Wendi Putranto.
Kegiatan pertama gerakan No Sleep For Weekend adalah konferensi daring bertema hidup di dunia normal baru pada 25-26 Juli 2020. Acara bakal dibuat asyik bagi anak muda dengan menghadirkan sajian musik dan tokoh serta topik menarik yang terkait dengan normal baru yang dihadapi anak muda saat ini. Topik yang relevan antara lain soal berburu pekerjaan atau job hunting di era kini, soal kesehatan, membangun jejaring, dan menggali potensi diri menjadi lebih baik lagi di era normal baru.
”Bisa gabung sampai 500 anak muda milenial. Ini bakal seru karena bareng-bareng dapat ilmu, seru dapat koneksi, orang bakal terinspirasi dan senang-senang dalam musik. Seharian enggak bakal bosan, deh. Yang disampaikan mudah dicerna karena gaya anak muda banget,” tutur Abyn.
Setelah konferensi daring, menyusul kegiatan Youth Workshop Activities. Jika situasi sudah membaik dan bisa menggelar event secara langsung, ditargetkan juga untuk menghadirkan youth conference dan exhibition. Peserta yang disasar meliputi mahasiswa, mahasiswa yang baru lulus, hingga profesional muda.
”Semoga No Sleep For Weekend bisa jadi wadah anak muda untuk bisa berlipat percaya diri dengan bergandengan bersama. Intinya kami mau memberdayakan anak Indonesia sebagai generasi emas 2045,” jelas Abyn.
Program No Sleep For Weekend ini bermakna bahwa kapan pun anak muda tetap bisa produktif. Saat akhir pekan, yang jadi waktu santai dari kegiatan kuliah dan kerja, tetap bisa dipakai untuk kegiatan produktif. Salah satunya dengan menikmati berbagai kegiatan yang membangkitkan antusiasme dan membangun kolaborasi di antara anak-anak muda Indonesia.
Generasi berpendidikan
Widi mengatakan, berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik, saat ini seperempat tenaga kerja Indonesia didominasi oleh generasi muda. Mereka diramalkan akan mencapai puncak kariernya pada tahun 2045. Generasi muda ini juga dikenal sebagai generasi paling berpendidikan di Indonesia. Pada tahun 2019, hampir tidak ada generasi muda yang tidak bisa membaca dan menulis.
Sayang, di sisi lain generasi muda Indonesia saat ini paling berpendidikan, tetapi hasil penelitian CSIS menunjukkan generasi muda saat ini lebih pesimistis tentang masa depan mereka daripada beberapa tahun lalu. Kekhawatiran ini memuncak ke seberapa kuat mereka memegang nilai-nilai mereka di masyarakat.
”Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, kejadian yang langka bagi suatu negara. Kita tidak ingin peluang ini jadi bencana, tetapi harus jadi berkah,” ujar Widi.
Apalagi, ujar Widi, bangsa ini terbukti mengalami perubahan dan kemajuan justru karena semangat anak-anak muda di masanya. Adanya Budi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Kemerdekaan RI tahun 1945, hingga Gerakan Reformasi 1998 menunjukkan anak muda sebagai agen perubahan.
”Generasi sekarang memiliki tantangan juga dengan perkembangan teknologi yang membuat interaksi sosial menjadi berubah. Di sisi lain, ada tantangan menghadapi hoaks, juga terbaru menghadapi pandemi Covid-19. Kita ingin, meskipun ada tantangan-tantangan, anak muda tetap optimistis,” ujar Widi.
Menurut Widi, gerakan No Sleep For Weekend ingin menjadi wadah untuk mengobarkan optimisme anak muda bangsa. Anak muda diajak membuka wawasan dan koneksi baru, mendatangkan orang-orang yang menginspirasi untuk menyebarkan optimisme terhadap orang muda.
”Kami melihat ada orang muda yang insecure terhadap diri dan pekerjaan, ada yang ingin berkembang, serta ada yang sudah punya nilai. Ketika orang muda insecure dengan finansial mereka, ada peluang bisa jadi entrepreneur. Kalau yang sudah punya nilai bisa menjadi socialpreneur atau social movement. Kalau insecure terhadap hobi akan membentuk komunitas. Jadi No Sleep For Weekend ingin mengambil tiga kelompok anak muda ini dengan kolaborasi untuk melipatgandakan optimisme anak muda,” papar Widi.
Bisa gabung sampai 500 anak muda milenial. Ini bakal seru karena bareng-bareng dapat ilmu, seru dapat koneksi, orang bakal terinspirasi dan senang-senang dalam musik. Seharian enggak bakal bosan. Yang disampaikan mudah dicerna karena gaya anak muda banget.
Sementara itu, Faisal mengatakan, titik pemisah generasi biasanya tidak dengan tahun, tetapi peristiwa. Peristiwa pandemi Covid-19 berkontribusi mengubah karakter generasi muda sekarang. Faisal meyakini gerakan untuk kembali kepada lokal akan semakin kuat.
Di Italia, salah satunya, generasi mudanya kini menjalani kehidupan seperti generasi dulu yang kembali ke desa. Bidang pertanian dan kehidupan desa lainnya pun dilirik, yang tentu saja akan memengaruhi selera terhadap musik, film, dan gaya hidup.