Platform Digital Jajaki Kreator Konten untuk Kolaborasi
Kolaborasi platform digital dengan pembuat konten kreatif memberi peluang positif. Selain bisa menyebarkan karya, kreator berpeluang memonetisasi kontennya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah platform digital menjajaki kerja sama dengan kreator konten kreatif dalam negeri. Ini tidak hanya membuka peluang kreator untuk menyebarkan karya kreatif mereka, tetapi juga monetisasi konten.
CEO GoPlay Edy Sulistyo mengatakan, GoPlay akan fokus mengembangkan konten live streaming (siaran langsung) interaktif tahun ini. Pengembangan konten ini mengandalkan kolaborasi dengan para pembuat konten kreatif dari berbagai bidang, mulai dari hiburan, teknologi, gim, musik, hingga kuliner.
”Potensi live streaming di Indonesia sangat besar. Data kami mencatat jumlah live show di GoPlay meningkat sepuluh kali lipat di kuartal I-2021. Jumlah pembuat konten di 2021 pun meningkat hingga 100 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Edy melalui telekonferensi pers, Jumat (9/4/2021).
Minat publik terhadap hiburan live streaming juga tinggi dan diperkirakan terus tumbuh. Laporan dari App Annie menunjukkan, masyarakat Indonesia menghabiskan total waktu 8,33 miliar jam untuk menggunakan aplikasi streaming video pada kuartal IV-2020. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV-2019, yakni 4,94 miliar jam.
Publik juga diyakini mengunduh lebih dari satu aplikasi streaming. Tingginya minat publik terhadap hiburan baru dinilai berhubungan dengan pandemi Covid-19 dan aturan untuk tinggal di rumah.
Menurut Edy, daya tarik utama acara live streaming adalah interaksi antara audiens dan pembaca acara secara langsung (real time). Itu sebabnya kolaborasi dengan kreator konten kreatif akan digencarkan. Kolaborasi terbuka untuk semua kreator dari berbagai daerah.
Sejumlah fitur dikembangkan untuk mendukung interaksi audiens dengan kreator. Beberapa di antaranya fitur obrolan atau chat, live shopping, dan jajak pendapat. Ada pula fitur virtual gift untuk memberi hadiah buat kreator konten saat live streaming. Hadiah itu dipotong dari saldo GoPay pemberi hadiah.
”Kami mau menjadi wadah bagi semua kreator konten, baik kreator besar maupun kecil. Intinya bagaimana agar kreator bisa ditemukan audiens dan (karyanya) berkelanjutan. Keberlanjutan bisa dicapai dengan monetisasi konten di platform ini,” kata Edy.
Peluang monetisasi konten juga dapat dilakukan di platform lain, Youtube misalnya. Pengguna Youtube bisa memonetisasi konten saat memiliki 1.000 pengikut (subscriber) dan lebih dari 4.000 jam tayang. Semakin banyak konten yang diproduksi dan ditonton, semakin besar pula pendapatannya (Kompas.id, 24/2/2021).
Walau terkesan ’main-main’, pekerjaan sebagai kreator konten sesungguhnya sangat menjanjikan. Pendapatan seorang kreator yang telah memonetisasi kontennya berpotensi lebih tinggi dari seorang pekerja kantoran.
Menjanjikan
Walau terkesan ”main-main”, pekerjaan sebagai kreator konten sesungguhnya sangat menjanjikan. Pendapatan seorang kreator yang telah memonetisasi kontennya berpotensi lebih tinggi dari seorang pekerja kantoran.
Kreator video di Youtube, Abhe Arif (38), memutuskan keluar dari pekerjaannya di sebuah perusahaan besar pada pertengahan 2020 karena beberapa hal, salah satunya agar bisa fokus menjadi Youtuber. Menurut dia, menjadi kreator konten menyuguhkan peluang yang baik, terlebih setelah dia memonetisasi kanal Youtube-nya pada Desember 2019.
Abhe bisa mendapat Rp 1-2 juta dari satu video yang ia unggah di Youtube. Adapun ia mengunggah 9-12 video per bulan.
Semakin banyak video ditonton, semakin banyak pula rupiah yang didapat. Salah satu cara agar video ditonton banyak orang adalah dengan menggunakan konsep optimasi mesin pencari (search engine optimization atau SEO). Konsep ini diterapkan dengan membuat judul video berisi kata yang sering dicari audiens. Video juga disertai dengan tagar yang berkaitan.
”Pendapatan sebagai content creator itu memang tidak tetap, tergantung pada iklan dan jumlah view. Namun, pekerjaan ini cukup menghidupi,” kata Abhe saat dihubungi terpisah, Sabtu (10/4/2021).
Di sisi lain, kreator konten juga mendapat tawaran iklan (endorsement) dari sejumlah merek. Bayaran yang diberikan biasanya disesuaikan dengan jumlah pengikut. Namun, kreator dan influencer umumnya punya rate card yang menjelaskan tarif pemasangan iklan.
Dengan 6.900 pengikut (subscriber), Abhe memasang tarif iklan rata-rata Rp 500.000 untuk satu video. Ia menambahkan, angka itu bisa dinegosiasikan dengan pengiklan.
”Ada juga yang menerima endorsement dengan sistem kontrak. Pendapatannya bisa puluhan hingga ratusan juta rupiah karena pengikutnya (follower) jutaan. Intinya, kita sebagai content creator harus membuat rate card yang sesuai dengan jumlah pengikut. Tahu diri saja,” katanya.
Lebih jauh, kreator konten yang ingin mendulang sukses dituntut untuk konsisten. Karya harus diunggah berkala. Youtuber yang konsisten akan terdeteksi oleh algoritma Youtube, kemudian videonya akan direkomendasikan ke lebih banyak penonton. Hal ini bisa meningkatkan jumlah view suatu video.
Selain itu, kreator konten juga perlu menunjukkan ciri khas kepada audiens. Hal ini ditunjukkan oleh idola virtual Andi Adinata. Ketimbang menunjukkan wujud aslinya, Andi tampil dalam bentuk animasi yang bisa bergerak, berbicara, hingga bernyanyi layaknya manusia. Idola virtual atau virtual idol populer di sejumlah negara, seperti Jepang dan China.
”Untuk sesama content creator, pokoknya jangan takut berkarya, jangan takut karyanya jelek. Di awal mungkin akan terasa demikian. Namun, seiring berjalannya waktu, kita akan bisa mengasah kemampuan dan karya kita menjadi semakin bagus,” ujarnya.
Musik
Kolaborasi dengan kreator musik juga dijajaki platform streaming Joox. Kolaborasi dilakukan dengan sejumlah musisi dalam negeri, antara lain Feast, Iga Massardi, Kamga, Laze, Mantra Vutura, MARTIALS/, dan Natasha Udu. Hasil kolaborasi berupa lagu berjudul ”Kedap Suara” yang dirilis sebagai konten bertema Ramadhan 2021.
Head of Marketing Joox Indonesia Yuanita Agata mengatakan, tahun ini Joox bakal berkolaborasi dengan banyak musisi, komunitas, dan pelaku industri kreatif lokal. Produk kolaborasi bukan hanya lagu, melainkan juga konten kreatif lain seperti siniar (podcast).
Adapun minat masyarakat terhadap konten kreatif cukup tinggi. Berdasarkan survei Kompas pada 27 Desember 2020 hingga 9 Januari 2021, responden dari berbagai kelompok usia pernah membuat konten kreatif selama pandemi. Milenial muda adalah yang paling aktif memproduksi konten kreatif.
Para responden membuat dan mengunggah konten kreatif di Tiktok (45,9 persen), Facebook (41 persen), Instagram (34,3 persen), dan Youtube (30,7 persen).