Kompetisi di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional atau Pimnas ke-36 menunjukkan upaya mahasiswa dalam mengabdi pada bangsa lewat penelitian.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Dalam kompetisi sengit di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional atau Pimnas ke-36, mahasiswa membahas pelbagai hal yang menggelitik nurani, perhatian, dan rasa ingin tahu tentang fenomena di sekitar. Selain belajar mencari jawaban, mereka berusaha menemukan solusi. Semua ini adalah bakti demi Indonesia yang lebih baik.
Berlangsung selama 26-30 November 2023 di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Universitas Gadjah Mada keluar sebagai juara umum dalam kompetisi ini. Mengutip data yang diperbarui di situs UGM, kampus ini meraih 29 medali, meliputi 11 emas, 9 perak, dan 9 perunggu. Terlepas dari itu, Pimnas ke-36 membuktikan setiap mahasiswa telah berupaya maksimal.
Suara Azisah Bari'ah Putri Irawan (21), mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, sampai serak untuk mempersiapkan Pimnas bersama tim. Tim Azisah beranggotakan Princess Stefany Jip, Angie Q’ Naya, Meisya Trimaulidya, dan A Alief Muadz. Karya ilmiah mereka berupa gagasan futuristik bernama Nova Terrae-Interlocutor Hologram Concept.
“Kami sampai ikut karantina di hotel untuk latihan presentasi, pembuatan presentasi, dan pembuatan poster sampai bagus. Itu berlangsung selama empat hari dari jam tujuh pagi sampai jam satu malam,” kata Azisah sambil batuk-batuk, seusai presentasi, Rabu (29/11/2023).
Nova Terrae-Interlocutor Hologram Concept adalah konsep teman bicara dalam bentuk hologram tiga dimensi di metamesta yang menggunakan kacamata realitas virtual (VR). Teman bicara virtual ini cocok untuk orang yang enggan curhat di dunia nyata karena malu, tidak memercayai orang, atau takut dihakimi.
“Banyak kasus kesehatan mental sampai bunuh diri terjadi belakangan ini, apalagi kepada mahasiswa semester akhir seperti kami ini. Penyebabnya beragam bisa karena stres dan depresi karena banyak hal, seperti masalah keluarga dan akademik,” tutur Azisah, sebagai mahasiswa tingkat akhir yang barusan kehilangan sang ayah.
Persiapan Pimnas yang luar biasa juga dilakukan Arman (21) dan teman-teman dari Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan. Mereka juga sempat menjalani karantina yang mencakup latihan presentasi, latihan bicara depan umum bersama ahli, dan meninjau presentasi, poster, serta laporan selama dua hari.
“Rasanya seperti kuliah, tapi kami senang banget karena ini buat meningkatkanskill juga. Di luar jadwal resmi kami juga latihan melalui Zoom maupun offline,” tutur Arman di mana timnya beranggotakan Anandyta Amalia, Nor Aisyah Amini, dan Norlaila.
Arman dan tim mempresentasikan riset sosial humaniora yang mengeksplorasi cara remaja korban kekerasan seksual mengubah trauma menjadi resiliensi lewat teknik Photovoice. Teknik ini membuat responden mengambil foto secara mandiri dan merefleksi proses tersebut. Mereka prihatin sebab kasus kekerasan seksual naik empat tahun terakhir, termasuk teman dekat Arman menjadi korban.
“Salah satu responden mengambil foto kucing yang dianggap sebagai support system, misalnya. Kami mendapati mereka bisa bangkit ketika memiliki tujuan hidup, sistem pendukung, spiritualitas, pencapaian, kesibukan, dan penerimaan diri,” kata Arman.
Kolaborasi multidisiplin
Dengan mengikuti Pimnas, sejumlah mahasiswa jadi belajar berkolaborasi dengan pendekatan multidisiplin dalam berkarya. Itulah yang dilakukan oleh Hadi Firdaus (20) dan timnya dari Universitas Padjadjaran, Bandung, saat menguji kebenaran mitos bahwa Pantai Kejawanan, Cirebon, bisa mengobati berbagai penyakit, seperti hipertensi dan stroke.
Penelitian itu melibatkan Hadi dan anggota tim lainnya, yaitu Andriano Sembiring, Annisa Zahra, Nabyla Nur’aeni, dan Mala Dewi Sopa. Mereka berasal dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Fakultas Ilmu Keperawatan.
“Lewat penelitian ini, aku bisa belajar tidak hanya dari latar belakang aku di jurusan kelautan, tetapi bisa juga dari bidang yang lain. Penelitian ini menggabungkan bidang kelautan dan kesehatan, multidisiplin,” tutur Hadi.
Penelitian itu bertajuk Kajian Oseanologi dan Recognition Tools untuk Mengembangkan Sea Sand Therapy yang Aman dan Berkelanjutan di Pantai Kejawanan Kabupaten Cirebon. Mereka mendapati, pasir hitam di pantai itu mengandung mineral Fe3O4 yang menjadi penghantar panas yang baik.
“Kami menemukan mitos itu terbukti sebagai fakta. Fe3O4 bisa menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi panas jadi kondisi lingkungan sekitar menjadi semacam sauna yang membuat tubuh rileks dan pembuluh darah lancar,” ujar Hadi.
Muhammad Rafi (22) dan anggota tim dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melakukan hal serupa. Tim Rafi beranggotakan Dafa Riski Prayoga, Kartika Puspita Sari, Ika Putri Salsabila, dan Selviana Ananta Putri yang berlatar belakang pendidikan teknik elektro dan informatika, manajemen informasi kesehatan, serta ilmu keperawatan.
“Kami adalah tim lintas disiplin. Awal perkenalan dengan anggota tim yang lain memang sedikit kaku, tetapi setelah kami menyatukan ide dan konsep, kami bisa sampai di Pimnas,” tutur Rafi.
Rafi dan teman-teman menciptakan Cyclezzz, yaitu jam tangan terhubung ponsel Android yang mengukur siklus tidur nyenyak pemakai dengan sensor. Jika si pemakai telah mendapat tidur nyenyak (deep sleep) cukup, baru jam ini akan membangunkan pemakainya lewat alarm.
Menyatukan kepala untuk menciptakan alat itu tidaklah mudah. “Kami belajar soal komunikasi antar-tim karena selama lima bulan ini kami sibuk tugas, magang, organisasi, dan lomba lain. Kami belajar mengerti satu sama lain, tetapi tetap komitmen untuk bertanggung jawab dengan tugas masing-masing,” ujar Rafi.
Bisa berguna
Ketua Umum Pimnas 36, Arief Sjamsulaksan Kartasasmita, mengatakan, perhelatan Pimnas berjalan baik sesuai rencana. Ia berharap, Pimnas pada tahun ini dapat membangkitkan atmosfer kreativitas dan berkarya untuk menciptakan sesuatu yang bisa berguna bagi bangsa.
“Juara atau hadiah itu bonus. Yang terpenting adalah kreativitas dan berkarya dengan model kolaborasi. Dengan mengikuti Pimnas, mereka bisa saling mengenal sesama mahasiswa di Indonesia sehingga setelah lulus bisa meneruskan ikatan yang sudah terjalin di Pimnas saat mereka sudah bekerja,” kata Arief yang adalah Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran.