”Binge Watching” dan Pertaruhan Waktu
”Binge watching” dicurigai turut memengaruhi produktivitas seseorang. Kita diimbau mewaspadainya.
Binge watching, aktivitas menonton serial atau film dalam jumlah besar pada satu waktu, kini populer di kalangan anak muda. Banyak yang melakukannya untuk melepas penat dari kesibukan. Meskipun kerap dianggap hiburan, hubungannya dengan produktivitas kerap menjadi perdebatan.
”Movie Marathon Time!”
Itulah yang selalu dituliskan Sandra Gita Dewina (21) dalam unggahan cerita Instagramnya setiap kali ia menutup hari dengan streaming rangkaian serial. Secara rutin, mahasiswi yang akrab disapa Gita ini meluangkan waktunya untuk menonton serial atau film pada layanan streaming video-on-demand (VoD).
Baca juga: Keasyikan Menonton ”Streaming” Jangan Sampai Menjadi ”Binge Watching”
Cukup membuka laptop atau tablet, ia bisa menyimak tayangan hingga berjam-jam tanpa perlu menekan tombol apa pun pada remote. Aktivitas movie marathon-nya inilah yang disebut juga binge watching. ”Mulai dari drama yang bikin baper sampai action yang seru banget. Kadang-kadang, gue juga suka nonton series yang lebih lama, biar bisa lihat perjalanan karakternya dari awal sampai akhir,” tutur mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma tersebut.
Jadi, gue enggak menghabiskan uang, dan enggak banyak buang energi buat keluar rumah.
Berbagai genre film dan serial dilibasnya. Jika tayangan berbentuk film, Gita membutuhkan waktu lebih lama untuk move on sehingga ia merasa cukup menonton satu film saja dalam satu hari itu. Namun, jika berbentuk serial, ia bisa memakan waktu lebih panjang untuk menonton lebih dari satu episode. Gita juga sering menonton ulang serial yang pernah ditontonnya.
Bukan tanpa alasan. Aktivitas ini dianggap membantunya terlepas dari rasa kesepian. Bagi Gita yang sendirian di tempat kos, aktivitas ini dianggapnya sebagai alternatif paling murah untuk membunuh waktu yang membosankan. ”Jadi, gue enggak menghabiskan uang, dan enggak banyak buang energi buat keluar rumah,” ungkapnya.
Senada dengan Gita, binge watching juga familiar untuk Bayu Putra Negara (21). Ia pertama kali binge watching saat dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Tepatnya, sejak ia mengenal seri Game of Thrones pada 2016. Sejak itu, Bayu menyadari bahwa dirinya sangat menggemari serial bergenre fantasi yang menyoroti politik. Alhasil, ia pun berhasil menyelesaikan serial dengan 8 sesi tersebut.
”Bahkan, saat Game of Thrones masih on going, kan, aku masih sekolah, ya. Nah, rasanya mau buru-buru pulang, ha-ha-ha...,” ujar mahasiswa semester akhir Sosiologi Universitas Brawijaya itu, Kamis (25/4/2024).
Baca juga: Jalur Masuk PTN Pengaruhi Pengalaman Mahasiswa
Menurut Bayu, tontonan yang paling sering membuatnya melakukan binge watching adalah yang memiliki ending menggantung. Baginya, sebuah tontonan menjadi menarik saat ceritanya membuatnya penasaran sehingga ia bisa merasakan ikut masuk dalam suasana serial tersebut. Selain itu, seperti Gita, serial-serial yang sering ditonton Bayu sekarang juga tak hanya satu genre.
Hal ini juga dirasakan Firqin Najmi Saffanah, mahasiswi semester akhir Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia. Hobinya menonton drama Korea (drakor) sejak SMP berlanjut hingga saat ini. Namun, kini, ia melakukan binge watching drakor hanya saat sedang banyak waktu luang, seperti saat libur semester.
”Saat libur, aku bisa nonton 5–8 episode dalam satu hari. Drakor, kan, satu episode durasinya sekitar 1 jam 20 menit, jadi aku bisa nonton sampai maksimal 10 jam dalam sehari,” tuturnya, Rabu (24/4/2024).
Nah, kalau udah kayak gitu, mengembalikan jam tidurnya supaya balik normal lagi itu cukup susah.
Kebiasaan ini pun seolah tertanam jadi pola hidup baru. Firqin mengungkapkan, meskipun tak binge watching pada hari kerja, ia biasanya tetap menyempatkan diri menonton satu episode sebelum tidur. Dengan begitu, ia bisa tertidur dengan keadaan yang lebih rileks dan nyaman.
”Nonton drama Korea untuk merasa happy, sih. Aku mau punya pikiran yang baik dan positif sebelum tidur, di akhir hari setelah seharian lelah bekerja atau kuliah,” ujar Firqin.
Pengaruhi produktivitas
Tak tanggung-tanggung, anak-anak muda bisa menghabiskan waktu streaming video tersebut semalam suntuk. Meski esok harinya masih menghadapi kesibukan, aktivitas streaming tersebut seolah menjadi candu tersendiri bagi mereka.
Seperti Gita yang hampir semalam suntuk beralih dari satu episode ke episode lainnya. ”Itu candu banget, soalnya tiap episode pasti bikin penasaran mau lanjut next-nya,” tutur Gita antusias.
Walaupun begitu, bukan berarti ia tidak memiliki tanggung jawab di siang harinya. Pola aktivitas ini seolah-olah telah menjadi kebiasaan yang mengatur ulang pola tidur dan rutinitas.
Dalam pengaruhnya terhadap produktivitas, Gita sering bangun lebih siang karena menonton serial semalaman. Aktivitas di pagi harinya dijalani dengan terburu-buru dan tidak maksimal. Ini dirasakannya karena sering kali ia tidak fokus mengerjakan sesuatu. Bahkan, Gita selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat karena ingin buru-buru menonton kelanjutan episode dari serial yang ditontonnya.
Soal pola tidur, Firqin sependapat. Akibat binge watching, ia merasa pola tidurnya saat libur cenderung berantakan. Karena tetap terjaga hingga subuh untuk menonton, bangun tidur pun jadi siang hari. ”Nah, kalau udah kayak gitu, mengembalikan jam tidurnya supaya balik normal lagi itu cukup susah,” katanya.
Sementara itu, berlawanan dengan pendapat sebagian orang, bagi Bayu, binge watching tak selalu berdampak negatif pada produktivitas. Dengan menonton, ia justru jadi belajar banyak hal baru.
Menurut Bayu, sekalipun menonton film atau serial genre fantasi, sering kali tetap ada fakta-fakta unik di kehidupan nyata yang bisa didapatkan di sana. Bahkan, kecakapan berbahasa asing juga ia latih lewat binge watching.
Baca juga: Harapan untuk Bumi melalui Aksi Sukarela
”Sejak SMP, saat menonton tuh aku sudah mulai pakai subtitle English terus. Jadi, dengan menonton, aku mengasah kemampuan bahasa Inggris juga,” ungkapnya.
Namun, Bayu tetap menyadari, dampak binge watching itu nyata. Oleh karena itu, ia selalu memprioritaskan kewajibannya sebagai mahasiswa daripada hiburan seperti menonton.
”Selagi ada tanggung jawab yang bisa diselesaikan, aku selesaikan dulu. Jadi, buatlah binge watching semacam hadiah dari diri sendiri untuk diri sendiri,” ujarnya.
Menyadari hal itu, Gita juga mulai memberi batasan terhadap kegemarannya menonton serial. Ia mulai menerapkan pola baru dalam hobi menontonnya agar tak merusak aktivitas sehari-hari lainnya.
”Gue bikin jadwal yang lebih ketat buat nonton dan batasi waktu buat nonton. Misalnya, gue atur sendiri kalau gue cuma nonton selama dua jam atau tiga episode saja per hari,” katanya.
Tak dapat dimungkiri, menonton rangkaian serial dan film dapat membuat perasaan senang. Namun, jika terlalu sering, binge watching bisa menjadi bumerang bagi produktivitas dan kesehatan diri kita. Jadi, jangan sampai keasyikan binge watching hingga melupakan aktivitas lainnya, ya!
—
Tulisan ini hasil kolaborasi dengan mahasiswa magang di Kompas:
- Kamila Meilina, Mahasiswa Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
- Chelsea Anastasia, Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran