Interpretasi Baru Kemewahan
Tak ada yang abadi. Begitu juga dengan salah satu produk ikon Mercedes Benz, yaitu seri E. Dengan penyegaran di sana-sini, sedan mewah besutan pabrikan Jerman ini muncul dengan interpretasi baru kemewahan di kelasnya.
Sedan dengan kode model W213 ini adalah generasi kelima sedan berukuran menengah sejak Mercedes Benz resmi menyematkan nama E-Class pada seri W124 di awal 1990-an. Namun, jika dihitung sejak Mercedes Benz mulai memproduksi sedan mewah ukuran menengah dengan seri W120 (dikenal dengan julukan Mercy Ponton atau Mercy Kentang), W213 ini adalah generasi ke-9.
Sebelum kelahiran C-Class, yang merupakan sedan terkecil Mercedes Benz, mobil-mobil generasi E-Class ini adalah representasi kemewahan Mercedes Benz paling populer. Di Indonesia, kita semua tentu masih ingat dengan Mercy Tiger, julukan untuk seri W123 yang pada masanya identik dengan kemewahan itu sendiri.
Lebih "sporty"
Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yakni seri W212, perubahan paling terlihat adalah pada bagian bonet atau hidung mobil. Gril depan W213 terlihat lebih cembung sehingga terkesan agak menonjol dibanding seri sebelumnya.
Apalagi dengan emblem yang melambangkan pabrikan mobil Jerman ini. Berbeda dengan seri-seri sebelumnya yang meletakkan emblem berdiri tegak lurus pada bagian tengah moncong mobil, emblem bintang bersudut tiga pada E-Class anyar ini menyatu dengan gril.
Imaji mewah masih terasa pada E-Class terbaru ini meski kesan sporty kini menjadi lebih menonjol, terutama dengan desain body yang melandai dengan atap rendah, seperti mobil-mobil coupe. Beberapa kali kepala terantuk pilar atap saat kami hendak memasuki sedan anyar ini ketika proses penyesuaian belum tuntas.
Bagi mata yang tidak awas, E-Class baru ini terkesan seperti C-Class yang berukuran lebih besar.
Dibandingkan dengan pendahulunya, panjang sumbu roda telah bertambah 65 milimeter (menjadi 2.939 mm dari sebelumnya 2.874 mm), dan panjang keseluruhan kendaraan bertambah 43 mm (menjadi 4.923 mm dari 4.880 mm).
Penambahan ruang kendaraan ini dilakukan demi kenyamanan para penumpang. Lebar jarak pijak roda bertambah 20 mm di bagian depan dan 7 mm di bagian belakang.
Mewah dan berkelas
Kesan mewah langsung menyeruak ketika Kompas masuk ke dalam kabin. Berbagai tuas yang serba elektronik jelas terlihat di bagian konsol antara kursi pengemudi dan kursi penumpang depan.
Duduk di bangku pengemudi, serasa berada di sebuah kokpit pesawat generasi terbaru dengan glass cockpit. Pasalnya, semua panel instrumen disajikan di dua layar elektronik berukuran masing-masing 12,3 inci. Tak ada lagi jarum analog untuk menunjukkan putaran mesin, kecepatan mobil, volume bahan bakar, atau temperatur cairan pendingin mesin. Tak ada pula lampu indikator lampu sein yang menyala berkedip-kedip. Semuanya sudah digantikan display digital macam gawai yang kita pakai sehari- hari.
Karena sudah digital, tampilan panel instrumen ini pun bisa diubah-ubah. Mercedes Benz memberikan tiga pilihan mode tampilan panel instrumen, yakni Sport, Classic, dan Progressive. Silakan pilih yang paling sesuai keinginan Anda.
Sebuah pertunjukan kemajuan teknologi yang mengesankan meskipun ada sisi negatifnya, yakni di saat terjadi gangguan yang membuat layar display tersebut mati, maka seluruh petunjuk indikator dasar tadi pun juga ikut tidak terpantau.
Sementara layar kedua yang terletak di bagian tengah dasbor menampilkan berbagai fitur hiburan dan informasi di mobil, mulai dari buku manual elektronik, fungsi hiburan, konektivitas dengan ponsel, hingga navigasi GPS.
Berbagai fungsi di layar-layar ini bisa dikendalikan dengan panel pengatur yang menyatu dengan roda kemudi. Panel-panel ini pun sudah mengaplikasikan fitur sentuh seperti di trackpad pada gawai Blackberry, sehingga cukup dengan menggeser-geserkan tangan di atas panel itu, berbagai pilihan menu di layar ikut bergeser.
Bagaimana dengan pengendalian? Dengan jalanan Jakarta yang padat, Anda mungkin akan lebih menikmati mode berkendara Comfort. Di malam hari, kenikmatan mengendarai atau menumpang sedan mewah ini ditambah dengan pilihan 64 warna pencahayaan ambient di kabin.
Telinga pengendara ataupun penumpang pun sangat dimanjakan dengan sistem audio premium keluaran Burmester dengan 14 pengeras suara dengan kekuatan hampir 600 watt, membuai telinga Anda.
Di jalan bebas hambatan, saatnya untuk menjajal mode Sport atau Sport+, sehingga perilaku mesin akan lebih agresif, apalagi saat Anda memilih mode manual untuk memindahkan 9 tingkat percepatan transmisi otomatis mobil ini. Meski demikian, bahkan dalam mode Sport pun, perpindahan gigi dan akselerasi terasa sangat halus. Bagaimana pun, E-Class adalah mobil yang masih mengutamakan kenyamanan dan keeleganan.
Di Indonesia, E-Class baru ini ditawarkan dalam dua varian, yakni E300 dan E250. Keduanya mengandalkan mesin bensin 4 silinder dengan kapasitas 1.991 cc, hanya keluaran tenaganya yang berbeda di antara dua varian itu.
PT Mercedes Benz Distribution Indonesia pada awalnya memperkenalkan seri W213 ini kepada publik sebagai sebuah mobil impor langsung (CBU) dari Jerman. Unit E300 yang kami uji ini adalah produksi langsung pabrik Mercedes Benz di Sindelfingen, Jerman.
Namun, sejak Januari 2017. Mercedes Benz telah merakit (CKD) E-Class baru ini di pabrik mereka di Wanaherang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hari Arifianto, Deputy Director Marketing Communication PT MBI, mengatakan, dengan harga yang lebih kompetitif dibanding mobil versi CBU Jerman, versi CKD ini memiliki berbagai tambahan fitur yang justru belum ada di versi CBU.
Jangan lupa mengeksplorasi langsung sedan ikonik Mercedes Benz ini di booth Mercedes Benz di Hall D1 A-B JIExpo Kemayoran dalam gelaran Indonesia International Motor Show 2017!
(MHD/DHF)