Demikian halnya dengan fotografi olahraga untuk halaman olahraga tersebut. Sebuah foto olahraga lebih sering bukanlah informasi karena banyak pertandingan olahraga sudah disiarkan langsung di berbagai saluran televisi. Foto olahraga yang bisa ”menjual” adalah foto yang bisa memancing emosi pembaca menjadi senang, bangga, ataupun kagum.
Pada kejuaraan dunia terjun payung di Lombok dan Bali pada 1991, redaktur olahraga Kompas, Jimmy S Harianto, waktu itu menantang saya untuk memotret sambil terjun. Sepekan sebelumnya, Jimmy yang biasa dipanggil Pak Bo ini sudah melakukan terjun tandem (digendong) di Jakarta.
Akhirnya, dengan kepastian bahwa biaya terjun tandem itu akan diganti kantor (200 dollar AS), dan sedikit pompa keberanian diri, saya memberanikan diri ikut terjun tandem sambil memotret. Tetapi, peraturan keamanan tidak mengizinkan peserta terjun tandem membawa kamera.