Sebuah kapal kayu atau longboat yang membawa empat orang penumpang terbalik di perairan Mapadegat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Jumat (12/4/2019) siang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian yang diduga dipicu gelombang tinggi tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MENTAWAI, KOMPAS — Sebuah kapal kayu atau longboat yang membawa empat penumpang terbalik di perairan Mapadegat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Jumat (12/4/2019) siang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian yang diduga dipicu gelombang tinggi tersebut.
Kepala Kantor SAR Mentawai Akmal saat dihubungi dari Padang, Jumat siang, mengatakan, kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 11.20 di perairan Mapadegat, Kecamatan Sipora Utara, sekitar 152 kilometer lepas pantai Sumatera Barat atau Padang.
”Kapal tersebut tengah dalam perjalanan dari Mapadegat menuju Desa Batumonga yang masih berada di Kecamatan Sipora Utara. Akan tetapi, karena gelombang yang tinggi, kapal terbalik,” kata Akmal.
Menurut Akmal, mereka baru mendapat informasi dari salah seorang warga sekitar pukul 11.30. Begitu mendapat informasi, sekitar pukul 14.00 tim SAR langsung ke lokasi. ”Tim terdiri dari Kantor SAR Mentawai, Komando Distrik Militer 0319/Mentawai, Pangkalan TNI Angkatan Laut, polisi perairan, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), dan masyarakat,” kata Akmal.
Begitu tiba di lokasi, mereka langsung mengevakuasi empat korban yang terdiri dari dua laki-laki, yaitu bernama Alex (35), Seperus Ulu (32), dan dua perempuan, yakni Ida (45) dan Misna (19). Keempatnya ditemukan dalam kondisi selamat. Mereka bertahan dengan duduk di atas bagian kapal yang terbalik.
”Sekitar pukul 12.25, keempat korban berhasil dievakuasi dan dibawa ke Dermaga Tua Pejat. Meski selamat, kondisi mereka lemas sehingga kami pulihkan terlebih dahulu, termasuk memberi makan. Baru setelah pulih, kami serahkan kepada keluarga,” kata Akmal.
Terkait kejadian itu, Akmal mengimbau masyarakat untuk waspada dan memperhatikan cuaca. ”Kalau cuaca tidak bagus, jangan dipaksakan untuk berlayar, baik itu dari dusun ke dusun, dusun ke desa, maupun dari pulau ke pulau. Hal itu agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi,” kata Akmal.
Kabupaten Kepulauan Mentawai berada sekitar 150 kilometer daratan Sumbar (Padang). Kabupaten tersebut bisa dijangkau menggunakan kapal cepat selama empat jam atau feri selama 12 jam. Terbatasnya jalur darat membuat masyarakat Mentawai masih mengandalkan kapal sebagai transportasi utama, baik antar pulau, desa ke desa, maupun desa ke dusun.
Masyarakat Mentawai dan kapal yang tengah berlayar di daerah tersebut sering kali harus berhadapan dengan cuaca dan gelombang laut yang tinggi. Pada 2018, berdasarkan catatan Kompas, terjadi beberapa kali kecelakaan kapal akibat cuaca buruk. Kapal bermuatan 11 nelayan terbalik di pantai barat Pulau Siberut pada Maret. Kemudian, perahu nelayan terbalik di Pulau Nuko, Kecamatan Sipora Utara dan Kapal Bagan Arung Samudera ”Mama Muda 04” pada Agustus.
Pada Jumat ini, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Teluk Bayur, tinggi gelombang di kawasan perairan Sumbar hingga Mentawai berkisar 0,1 meter-2,25 meter. Kondisi itu, menurut prakirawan BMKG Stasiun Maritim Teluk Bayur, Ferdi Gustian, disebabkan kondisi angin yang kencang dan tekanan di samudra lepas yang menyebabkan kenaikan gelombang dan masuk ke perairan Sumbar.
Menurut Ferdi, mengingat ketinggian gelombang mencapai di atas 1,5 meter, ia mengimbau kapal kecil dan kapal penyeberangan agar lebih waspada. ”Ketinggian gelombang hingga 2,25 meter itu diperkirakan berlangsung hingga Jumat malam pukul 19.00. Sementara setelah itu hingga Sabtu pukul 19.00 berkisar 0,3 meter-1,5 meter,” kata Ferdi.