Katon Bagaskara mengubah beberapa lirik lagu ”Dinda Dimana” dalam bahasa jawa. Lagu ini diluncurkan di Solo, JawaTengah. Ini bisa dibaca sebagai tapal lini masa dia masuk dunia campursari.
Oleh
Tri Agung Kristanto
·2 menit baca
Musisi pop Katon Bagaskara akhirnya nyemplung ke aliran campursari juga. Pekan lalu, dia meluncurkan singel lamanya, ”Dinda Dimana”, sebuah lagu dari album solo karier perdananya yang berjudul Katon Bagaskara pada 1993-1994. Namun, kali ini syair lagu tentang pencarian kekasih yang hilang itu sebagian digubah dalam bahasa Jawa, dan disajikan dengan gaya campursari.
”Dinda, angin godong melu ngroso abote kangen ta\'songgo....” (Dinda, angin dedaunan turut merasakan beratnya rindu yang kutahan....) Sebagian syair lagu karya Katon itu masih tetap dipertahankan dalam bahasa Indonesia.
”Dengan hanya mengubah sebagian syair berbahasa Jawa, agar publik ingat, bahwa ’Dinda Dimana’ populer berbahasa Indonesia,” jelas Katon di Jakarta, Rabu (17/6/2020).
Rilis ”Dinda Dimana” versi Jawa dilakukan secara tak sengaja bertepatan dengan hari ulang tahun ke-74 Pemerintah Kota Solo. Video lagu itu pun diluncurkan dengan latar cerita Kota Solo atau Surakarta, Jawa Tengah, dan pengambilan gambarnya dilakukan Februari lalu.
”Saya menentukan sendiri tanggal rilis singel itu, dan tak tahu bahwa Solo juga berulang tahun. Ini semesta yang mengatur,” ujar Katon, yang terlahir pada 14 Juni tersebut.
Menurut Katon, Solo dipilih sebagai lokasi penggambaran singel versi barunya itu sebab merupakan salah satu kota yang menjadi sumber kebudayaan Jawa. Ia juga terinspirasi maestro campursari asal Solo, Didi Kempot.
”Saya, kan, solo karier lewat ’Dinda Dimana’ versi Jawa ini. Solo sama-sama solo. Apalagi, kalau Yogyakarta sudah identik dengan KLA Project,” paparnya lagi.
KLA Project adalah kelompok musik yang didirikan Katon bersama Lilo dan Adi, dan salah satu lagu ternamanya berjudul ”Yogyakarta”.
Katon juga akan menggubah sebagian lagunya lagi ke bahasa Jawa. ”Dinda Dimana” dipilih dahulu, selain karena populer, dengan penjualan albumnya hingga lebih dari dua juta keping, juga karena sering diminta penggemar saat Katon tampil di area terbuka. Meski lagu sedih, massa tetap bergoyang. Lebih bergoyang lagi dengan iringan campursari. (TRA)