Pencarian Difokuskan di Selatan Buru
KENDARI, KOMPAS — Tim gabungan Search and Rescue, hingga Senin (30/1), terus mencari KM Masela Permai 03, kapal nelayan yang hilang kontak di perairan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, seminggu lalu. Pencarian difokuskan di wilayah Laut Banda di selatan Pulau Buru, Maluku.Juru bicara Kantor SAR Kendari, Sulawesi Tenggara, Wahyudi, saat dihubungi dari Makassar, Sulawesi Selatan, mengatakan, pencarian antara lain melibatkan SAR Kendari dan Ambon, Polri, TNI, instansi pemerintah daerah, dan masyarakat. "Selain di laut, ada pula tim yang dikerahkan mencari di pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di sekitar perairan Wakatobi dan Laut Banda," ujar Wahyudi. Kapal pencari ikan itu dinakhodai La Gani dengan 10 orang awak. Kapal itu berlayar dari Pulau Binongko, Wakatobi, 21 Januari lalu, dan hilang kontak pada 23 Januari. Keluarga awak kapal melaporkan hal itu ke Kantor SAR Kendari pada 26 Januari. Dari kontak terakhir pada 22 Januari, kapal itu diketahui berada di perairan Tuwu-Tuwu, sekitar 43 mil laut (80 kilometer) arah timur Binongko. Wahyudi mengatakan, pencarian terkendala areal perairan yang luas serta cuaca buruk di laut. "Ketinggian gelombang di Laut Banda saat ini mencapai 1-2 meter. Karena itu, besok (hari ini) kami akan mengerahkan KN Pacitan, kapal terbesar milik Badan SAR Nasional, yang biasa beroperasi di lautan lepas dan dilengkapi teknologi pencarian canggih," ujarnya.Secara terpisah, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kendari Aris Yunatas mengatakan, ketinggian gelombang laut di perairan selatan Wakatobi dan Laut Banda timur Sultra diprediksi 1,25-2,5 meter. "Hal ini karena pengaruh angin musim barat dan perlu diwaspadai oleh aktivitas pelayaran hingga lima hari ke depan," katanya. Cuaca buruk juga menghambat aktivitas nelayan serta transportasi laut di perairan utara dan selatan Jawa Tengah sejak sepekan terakhir. Gelombang tinggi hingga 4 meter disertai angin kencang menyebabkan ribuan nelayan di pantai utara dan selatan Jateng menunda melaut. Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jateng Ali Mulyono mengatakan, dari sekitar 80.000 nelayan yang terdaftar sebagai anggota HNSI di pantura, 40.000 nelayan tidak melaut sepekan terakhir.Cuaca buruk juga menyebabkan penyeberangan dari Kendal dan Pelabuhan Jepara menuju Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, terhenti sejak Jumat lalu. Kepala Kantor Syahbandar Pelabuhan Jepara Suripto, saat dihubungi dari Semarang, Senin, mengatakan, Ketinggian gelombang di Laut Jawa mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin sekitar 35 kilometer per jam. Sementara itu, jenazah terdampar di pesisir Bintan, Kepulauan Riau, terus bertambah. Kini, RS Bhayangkara Batam menyimpan 19 jenazah yang terdampar di Bintan dan Batam. "Kami belum bisa memastikan korban termasuk WNI yang karam di Malaysia atau bukan," kata Kepala Bidang Humas Polda Kepri Komisaris Besar Saptono Erlangga Waskitoroso di Batam. (eng/gre/raz/kor)