logo Kompas.id
NusantaraPemodal Besar Terlibat
Iklan

Pemodal Besar Terlibat

Oleh
· 3 menit baca

PALU, KOMPAS — Pemodal besar diduga ikut menambang di lokasi pertambangan emas tanpa izin di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Indikasinya berupa begitu banyaknya alat berat dan truk beroperasi di lokasi tambang. Polri berjanji menyelidiki keterlibatan itu. Berdasarkan video yang beredar di kalangan wartawan di Palu, terlihat empat alat berat mengeruk material yang diduga mengandung emas. Sekitar 100 truk mengantre untuk mengangkut material yang digali dengan alat berat. Truk mengangkut material yang mengandung emas itu ke tanah lapang untuk diolah. Video ini diduga direkam seorang sopir truk pada 22 Januari dan 23 Januari 2017.Lokasi pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang terletak di perbukitan itu berada di kawasan Hutan Taman Raya Sulteng. Saat ini lahan perambahan mencapai 40 hektar. Penambangan dilakukan sejak 2009. Jumlah petambang sudah sangat jauh berkurang, tak lebih dari 300 orang dari sekitar 5.000 petambang pada awal beroperasinya. Kepala Bidang Pertambangan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sulteng Aris B Pasaru memastikan pertambangan di Poboya ilegal, termasuk dugaan keterlibatan pemodal besar. Karena itu, kewenangan penindakan berada di tangan kepolisian. Terkait hal itu, Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Tertentu Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sulteng Ajun Komisaris Besar Gani Alamsyah menyatakan sudah dua kali ke lokasi untuk menghentikan penambangan. Bahkan, kini penyidik sedang berkoordinasi dengan instansi terkait Provinsi Sulteng.Zat berbahaya Di PETI Poboya, material yang diduga mengandung emas diolah di tromol. Pengolahan dengan tromol menggunakan zat kimia merkuri (Hg) untuk memisahkan emas dan logam lainnya dari material. Merkuri yang mengikat butiran emas lalu diperas dan cairannya dialirkan ke bak penampung yang terbuka. Selain itu, pengolahan emas di Poboya memakai cara perendaman. Material yang diduga mengandung emas ditumpuk dengan dilapisi terpal. Merkuri disiram di tumpukan tersebut agar mengikat bijih emas. Menurut dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu, Isrun Muh Nur, yang meneliti pada awal 2015, tanah di Kelurahan Paboya terpapar merkuri. Di lahan terbuka dan semak belukar, kandungan merkuri 1,26-55,23 per part milion (ppm) dari baku mutu 0,01-0,30 ppm. Pada areal tanaman pangan (sawah, kebun kelapa), diperoleh cemaran merkuri 0,85-2,62 ppm. Di areal pengolahan pencemaran tanah sangat tinggi dengan kandungan merkuri 84,15-575,16 ppm. Penyebaran merkuri terjadi secara langsung (limbah) ataupun tidak langsung melalui penguapan dari bak penampung yang terakumulasi di udara. "Kondisi lingkungan di Palu sebenarnya sudah tidak sehat. Sepanjang ada pengolahan emas yang tak ramah lingkungan, selama itu pula terjadi kerusakan lingkungan, tetapi tak dihiraukan," tuturnya. (VDL)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000