AMBON, KOMPAS - Empat nelayan asal Desa Nusantara, Kecamatan Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, yang hilang sejak Senin lalu belum ditemukan. Pencarian terkendala karena tidak ada kapal SAR berukuran memadai, dan diperparah gelombang tinggi di atas 2,5 meter yang masih melanda Laut Banda.
Jumat (3/2/2017) pagi, pencarian dilanjutkan. Nelayan dimaksud adalah Ruslan Amtju (61) bersama dua anaknya, Neldi Amtju (27) dan Adi Cun Amtju (19), serta kemenakan Ruslan, Abdul Haji Lakembe (27). Mereka bertolak dari pesisir Desa Nusantara Senin dini hari sekitar pukul 03.00 WIT.
Arifin Lakembe (38), keluarga korban, ketika dihubungi dari Ambon, berharap pihak SAR Ambon agar mengirim kapal berkemampuan memadai, yakni di atas 100 gros ton (GT) untuk membantu pencarian. Pencarian saat ini hanya mengandalkan perahu cepat dengan ukuran kurang dari 5 GT.
"Kalau tidak ada kapal baru, hasilnya sama saja. Sampai Jumat pagi, gelombang masih tinggi. Kami berharap tim SAR bisa bergerak cepat," katanya.
Keempat korban itu menggunakan satu perahu motor berukuran 0,5 GT dengan mesin 15 tenaga kuda (PK). Panjang perahu itu sekitar 6 meter, lebar 1,2 meter dan tinggi kurang dari 1 meter. Perahu motor itu digunakan untuk memancing ikan tuna dan cakalang. Tempat memancing diperkirakan sekitar 40 mil laut (74,08 kilometer) dari darat. Waktu tempuh ke tempat itu sekitar 5 jam. Biasanya, paling lama 19 jam kemudian atau Senin sekitar pukul 23.00 WIT, mereka sudah kembali ke darat.
Pada Senin siang hingga petang, kata Arifin, sempat terjadi hujan dan angin kencang dengan ketinggian gelombang di atas 3 meter di Kepulauan Banda. Diduga, perubahan cuaca buruk itu yang menyebabkan mereka hilang. Angin kencang bertiup ke arah timur. Jika mereka selamat, diperkirakan mereka terdampar di pulau-pulau kecil sekitar Kabupaten Seram Bagian Timur.
Kepala Kepolisian Sektor Banda Naira Inspektur Satu Marsan Wulan yang dihubungi secara terpisah pada Kamis sore, mengatakan, pencarian terkendala tidak memadainya ukuran kapal yang digunakan tim SAR gabungan. Tim menggunakan speedboat bermesin 150 PK dengan kemampuan jelajah kurang dari 50 mil laut. Tinggi gelombang yang melampaui 2,5 meter menyulitkan petugas. Pencarian juga dibantu nelayan lokal dengan perahu motor seadanya.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, cuaca buruk melanda hampir semua perairan di Maluku. Angin, hujan dan gelombang masih sering terjadi selama satu pekan ke depan. Khusus Laut Banda, tinggi gelombang maksimal mencapai 4 meter. Sejumlah rute pelayaran rakyat dari Ambon ke beberapa daerah di Maluku yang melewati Laut Banda dihentikan sementara.
Nasib nelayan lokal
Penjabat Kepala Desa Nusantara Yuana Assidiq yang dihubungi secara terpisah mengatakan, tekanan ekomomi mendorong nelayan di Banda Naira nekat melaut kendati cuaca sedang buruk. Mereka umumnya mengandalkan perahu motor seperti yang dibawa keempat korban tersebut.
Kecelakaan serupa sudah sering terjadi. Mereka berharap, pemerintah membantu nelayan lokal dengan kapal yang memadai untuk mencari ikan. "Mereka terpaksa melakukan itu karena tidak ada pilihan lain. Semoga hal ini bisa menjadi perhatian pemerintah terkait nasib nelayan lokal," katanya.