SEMARANG, KOMPAS – Kawasan Pecinan di Kota Semarang, meliputi Jalan Gang Pinggir, Jalan Wotgandul dan Gang Baru di lingkup Johar, Jawa Tengah, bukanlah tempat eksotis yang sekadar menjadi obyek tatapan turis. Kawasan Pecinan merupakan entitas warga Tionghoa seperti halnya warga negara Indonesia lain yang memiliki martabat.
“Pecinan bisa jadi merupakan kawasan warisan masa silam. Bisa jadi Pecinan merupakan produk politik pemisahan yang terjadi di kalan kolonialisme Belanda masih bercokol,” ujar pengamat sosiologi komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang, Triyono Lukmantoro, pada diskusi bedah buku Pecinan Semarang dan Dar-Der-Dor Kota yang berlangsung di Gedung EIN Institute, Mataram, Kota Semarang, Sabtu (4/2) malam.
Bedah buku karya Tubagus P Svarajati, seorang peneliti sekaligus pemerhati Budaya dan Entetis Tionghoa di Kota Semarang itu dihadiri puluhan peminat sejarah dan budaya Tionghoa di Semarang, juga mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo juga menghadirkan pembicara Widyajanti Dharmowiyono (Ketua Yayasan Widya Mitra), Asmarani Februandarai (Peneliti Pecinan Lasem dan Semarang) dengan Ahciar Permana sebagai moderator.
Tubagus P Svarajati mengemukakan, buku ini merpakan kumpulan tulisan esai yang dirangkum sebagai sajian otokritik. Tulisan ini memotret pecinan dalam tiga zaman yakni masa orde lama, masa orde baru dan masa era reformasi. Dalam perjalanannya, warga Tionghoa memiliki pilihan untuk berkembang bersama warga lain.
Untuk mencapai tujuan itu, tentunya warga Tionghoa juga harus terbuka, membuka diri pada masyarakat. Akankah masih merasa nyaman di zona perdagangan yang selama ini sangat dikuasai atau keluar dari zona nyaman itu untuk bersama-sama menjadi Orang Indonesia Tionghoa, bukan Orang Tionghoa Indonesia.
Menurut Widjajanti, terlalu banyak stereotif negatif yang dialamatkan pada warga Tionghoa. Stereotif yang positif bagi warga Tionghoa hanya satu yakni pintar berdagang, dan kaya. Kondisi demikian merupakan warisan yang harus diterima warga Tionghoa, baik karena warisan semasa kolonial Belanda maupun berlanjut hingga periode pemerintahan Orde Baru.
Oleh karena era reformasi telah berjalan, memberi ruang bagi warga Tionghoa untuk berbuat banyak bersama warga masyarakat lain, tentunya fungsi dan identitas kawasan Pecinan di Kota Semarang perlu diperkuat. Bahkan kalau perlu ada museum Pecinan di Semarang yang akan memberi gambaran lengkap mengenai sejarah Pecinan.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.