logo Kompas.id
NusantaraWisata Karisma Desa di Desa...
Iklan

Wisata Karisma Desa di Desa Setanggor Lombok

Oleh
· 2 menit baca

Mau makan buah sawo, minta izin dulu pada pemiliknya, pasti dikasih," ujar Ida Wahyuni (29), penggagas wisata Desa Setanggor, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (15/1). Saat itu Ida mengawal tamu berwisata mengitari wilayah wisata di desa itu, yang halaman rumah warganya rata-rata memiliki satu-dua tanaman sawo.Tanaman sawo lokal itu dibudidayakan berabad silam, buahnya sebatas untuk konsumsi sendiri. Sawo itu berfungsi sebagai tanaman perintis guna menumbuhkan tanaman di areal kurang subur di Desa Setanggor yang tanahnya mengandung tanah liat. Tahun 1970-an, Desa ini menjadi ajang uji coba sistem tanam padi gogo rancah yang kemudian turut membawa NTB swasembada beras.Memetik sendiri buah sawo, kates, dan buah naga adalah atraksi yang ditawarkan kepada wisatawan. Pemilik pun maklum bila buah tanamannya dipetik karena selain ada kompensasi dari pengelola wisata, juga bentuk dukungannya bagi pengembangan wisatawan desa yang berjarak sekitar 5 km barat Bandara Internasional Lombok itu. Menurut Ida, obyek wisata Desa Setanggor dirintis pada September 2016 dengan konsep wisata halal sejalan citra Lombok sebagai Destinasi Halal. Untuk itu, Ida-dengan merogoh kocek Rp 20 juta-mengemas dan membenahi destinasi itu. Ia merangkul pemuda dan masyarakat untuk mengangkat potensi seni dan budaya desa sebagai atraksi wisata. Januari 2017, Desa berpenduduk 4.065 jiwa meliputi 14 dusun itu mulai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri, seperti Jakarta, Semarang, Malaysia, Norwegia, Perancis, Islandia, Australia, Inggris, Sri Lanka, dan Swedia. "Saya lagi kedatangan 30 wisatawan Eropa hari ini," kata Ida, Kamis (19/1). Dengan Rp 300.000 per paket, selain disediakan santap, wisatawan juga bisa tur keliling desa. Untuk menjelajahi seluruh area plus makan siang, wisatawan cukup membeli satu paket wisata seharga Rp 3.00.000.Kini, sesuai namanya, Setanggor (asal tanggor yang artinya memanggil), mengundang tamu menyadap karismanya, seperti kehidupan sosial, kekayaan seni, dan budaya lokal yang tetap terjaga. "Tiap hari Rabu, Kamis, Sabtu, kami rutin mengadakan acara Memaos (membaca naskah lontar, seperti Lontar Puspakarma dan Rengganis)," kata Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Desa Setanggor Sirajudin. "Anak-anak pun kami ajar membaca-menulis aksara Jejawan (turun aksara Hanacaraka)," ujar Sirajudin.Sebelum tur, wisatawan disambut grup Gendang Belek, disiapkan busana adat, mengendarai cidomo (kereta khas di Lombok), atau jalan menelusuri saluran irigasi dan perkampungan. Pada musim hujan, tamu bisa menjajal cara bertanam padi, membongkar tanah dengan pacul. Pada musim kemarau, tamu diajak menugal tanah, serta menanam benih biji kedelai dan kacang tanah di tanah yang ditugal tadi. (chairul anwar)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000