Aktivitas Vulkanis Sinabung Tinggi, Warga Tetap Bertani di Zona Berbahaya
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS – Aktivitas vulkanis Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Rabu (8/2/2017), masih masih tetap tinggi. Awan panas guguran kembali meluncur. Erupsi juga masih terjadi dengan tinggi kolom mencapai 3.500 meter. Namun, warga masih tetap bertani di zona berbahaya hingga radius empat kilometer dari kawah gunung.
Ketua Tim Tanggap Darurat Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Nugraha Kartadinata, di Karo, mengatakan, pada Rabu (8/2) hingga pukul 18.00 terjadi lima kali erupsi dengan tinggi kolom 3.000 meter hingga 3.500 meter. Erupsi mengarah ke timur. Sementara, awan panas guguran meluncur 2.500 meter pada pukul 12.31 ke arah timur-tenggara atau ke arah Desa Gamber, Berastepu, dan Kutatonggal. Abu vulkanis pun mengguyur Kecamatan Berastagi dan Simpang Empat.
Nugraha mengatakan, dalam sepekan terakhir, suplai energi dari kantong magma semakin besar yang ditandai dengan meningkatnya gempa frekuensi rendah (LF). Pada Rabu (8/2) hingga pukul 18.00, telah terjadi gempa berfrekuensi rendah sebanyak 92 kali. Sehari sebelumnya, gempa dengan jenis serupa terjadi sebanyak 53 kali. “Suplai energi yang besar dari kantong magma mendorong keluar dalam bentuk erupsi,” katanya.
Nugraha mengatakan, ancaman dari awan panas guguran masih tinggi. Hingga kini, volume kubah lava Gunung Sinabung juga masih 1,2 juta meter kubik. Mulut kawah gunung yang selama ini hanya terbuka ke arah timur-tenggara, kini mulai terbuka ke arah selatan. Acaman awan panas guguran pun melebar ke arah selatan atau ke arah Desa Sukameriah dan Gurukinayan. “Sepanjang 2016, awan panas guguran hanya mengarah ke timur-tenggara, ini membuat warga di selatan Gunung Sinabung merasa aman dari terjangan awan panas,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas, warga masih banyak yang bertani di zona berbahaya Gunung Sinabung hingga di radius empat kilometer dari kawah gunung seperti di Desa Berastepu, Desa Sibintun, dan Desa Gamber. Sebagian besar warga masih datang ke ladang pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Sebagian warga bahkan ada yang nekat tinggal di jalur awan panas yakni di Desa Berastepu.
Padahal, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan zona merah atau zona berbahaya radius 7 km untuk sektor selatan-tenggara, 6 km untuk sektor tenggara-timur, dan 4 km untuk sektor utara-timur dari kawah Gunung Sinabung.
Pikir Meliala (75), warga Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, adalah salah seorang warga yang masih tinggal dan bertani di zona berbahaya. Ia tinggal di rumahnya bersama istrinya meskipun listrik di desa itu sudah lama diputus total.
Pada Rabu sore, ia menjaga padi yang baru ia panen dan ditumpuk di ladangnya di kaki Gunung Sinabung. Saat terjadi erupsi dan terdengar gemuruh dari arah gunung, ia pun hanya menoleh sebentar. Ketika melihat tidak ada awan panas guguran, ia juga kembali melanjutkan aktivitasnya. “Kami terpaksa bertani di zona berbahaya untuk melanjutkan hidup,” katanya.
Untuk berjaga-jaga, Pikir menyiagakan sepeda motornya dipinggir jalan. Kunci sepeda motor itu pun ia buat dalam posisi hidup. Saat ada awan panas yang mengarah ke ladangnya, ia berencana segera menyelamatkan dengan sepeda motornya.