Langit Jakarta mulai gelap seiring roda bus tingkat berkelir abu – abu itu menggelinding meninggalkan Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (26/12/2016). Selepas adzan magrib berkumandang, bus tingkat milik Putera Mulya Sejahtera itu memulai perjalanan pertamanya menggilas aspal dari Jakarta menuju Wonogiri, Jawa Tengah. Keamanan dan kenyamanan perjalanan jadi pemikat utamanya.
Suryadi (45) warga Wonogiri, tak ingin melewatkan pengalaman pertamanya ini. Dia adalah satu dari delapan penumpang duduk di dek bawah (elegant class). Hanya dengan dua tombol dan tuas, kursinya berubah fungsi seperti tempat tidur bersabuk pengaman. Dibuai musik dari monitor LCD dalam bus, ia pun jadi mengantuk.
“Nyaman sekali menggunakan bus ini. Saya yakin tidak terasa melelahkan kalau seperti ini,” ujar pengusaha bakso asal Wonogiri, Jawa Tengah.
Hari itu, dia membeli dua tiket untuk keluarganya di elegant class dan satu tiket di first executive class. Dia membayar Rp 325.000 per tiket elegant class dan Rp 225.000 untuk first executive class.
Sementara Suryadi mulai menahan kantuk, 38 penumpang lain di lantai dua (first executive class), juga tak ingin melepaskan pengalaman pertama itu. Ketimbang tidur, banyak di antara mereka sibuk merekam deretan lampu tol Cipali dari ketinggian dalam foto dan video. Laju bus sekitar 100 kilometer per jam tak mengganggu keceriaan malam itu.
Salah satunya adalah Abdul Nafii (24), warga Semarang. Teknisi salah satu perusahaan gas di Jakarta itu menuturkan, ongkos bus setimpal bila dibandingkan dengan kelas eksekutif di bus konvensional. Tempat duduk yang bisa diatur otomatis serta sajian film masa kini, membuat perbedaan Rp 50.000 tak jadi soal.
Sekitar pukul 21.00, lampu kabin dinyalakan membangunkan penumpang dari tidurnya. Mereka dipersilahkan turun mengisi perut di salah satu rumah makan. Sembari menyantap hidangan prasmanan, para penumpang bertukar pengalaman berkendara anyar itu. Bagi mereka, Perjalanan yang aman dan nyaman itu ternyata bukan mimpi.
Bukan yang pertama
Perjalanan 584 kilometer dari Jakarta – Wonogiri itu adalah kali perdana bagi bus berbasis Scania ini. Namun, di Indonesia, bus ini bukan yang pertama kali menggilas aspal. Sekitar tahun 1980-an, bus tingkat buatan Swedia dan Inggris pernah berseliweran di Jakarta, Medan, dan Solo. Namun, popularitasnya meredup 20 tahun kemudian. Baru tahun 2015, bus tingkat kembali populer. Dua tahun lalu, bus tingkat kembali menjadi pilihan konsumen untuk mejelajahi rute Banda Aceh – Medan.
Perwakilan Bus Putera Mulya Sejahtera Kurnia Lesani Adnan mengatakan, pihaknya ingin memberi pengalaman baru pada masyarakat mengenai nikmatnya naik bus tingkat. Stigma buruk bus, yang jauh dari rasa nyaman, ingin ditepis. Dia seperti tak ingin pengguna bus beralih ke moda lain yang dirasa lebih baik. Sebagai gambaran, Natal dan Tahun Baru kemarin. Pada 24 Desember 2016 atau saat puncak mudik, penumpang dari Kampung Rambutan turun 61 persen ketimbang momen yang sama setahun lalu. Data itu kontras dengan perkiraan jumlah penumpang kereta api saat Natal dan Tahun baru 2016. Jumlahnya naik 6 persen dibandingkan tahun lalu.
Faktor keamanan bus tingkat, menurut Kurnia, jadi pemikat konsumen. Bus tingkat itu dilengkapi fitur canggih otomatis, Anti-lock Braking System, Electronic Brake System, Retarder dan Cruise Control. Semua perangkat itu menjadi mitigasi keselamatan, mengontrol laju kendaraan, merekam perjalanan, dan memandu perilaku pengemudi.
Rimbani (40), penumpang tujuan Wonogiri lain, mengatakan, selain aman, ongkos perjalanannya setengah lebih murah dibandingkan membawa mobil sendiri. Bila membawa mobil sendiri, ia butuh Rp 2 juta. Uang itu untuk menyewa sopir, membeli bensin, membayar tol, hingga biaya makan selama perjalanan.
Menurut Manajer Komersial PO Efesiensi Syukron Wahyudi, harga tiket yang masih tinggi membuat jadwal keberangkatan bus tingkat hanya dilakukan hari – hari tertentu, seperti hari libur. PO Efesiensi adalah salah satu operator yang mengoperasikan bus tingkat jurusan Cilacap – Yogyakarta.
“Segala keterbatasan akan kami benahi. Kami yakin bus ini menjadi masa depan transportasi yang aman,” ujarnya.
Upaya memperbaiki citra
Pakar transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menilai, kehadiran bus tingkat adalah upaya para operator memperbaiki citra bus yang selama ini dinilai sebagai moda transportasi yang kurang nyaman. Ada stigma banyak armada tak laik jalan. Sopirnya pun kerap ugal-ugalan di jalan.
“Bus tingkat harus didukung dengan infrastruktur jalan yang baik. Selain itu, tidak ada kabel-kabel yang melintang di pinggir jalan. Pemerintah harus memperbaiki itu semua,” katanya.
Djoko mengatakan, penawaran moda transportasi yang nyaman dan aman ini seharusnya tak hanya milik bus. Moda transportasi lain harus berubah. Kereta api perlahan berubah. Tak terlihat lagi rebutan kursi atau penumpang nekat masuk lewat jendela. Penumpang di semua kelas juga mendapatkan kemewahan pendingin udara.
Secara khusus, ia menyoroti layanan moda transportasi laut. Pengalaman Djoko menumpang kapal kecil di perairan Kalimantan, dia tidak menemukan pelampung. Ia terpaksa harus menyiapkan sendiri pelampung sebelum mengarungi lautan. Bila hal ini terus terjadi, tentu menghancurkan nama baik Indonesia di dunia transportasi.
“Kecelakaan KM Zuhro Express di Kepulauan Seribu menjadi perhatian serius. Kepulauan Seribu adalah satu dari 10 destinasi wisata andalan Indonesia yang tak jauh dari Jakarta,” katanya.