SINGKAWANG, KOMPAS – Kota Singkawang, Kalimantan Barat, mencetak sejarah baru dalam pilkada serentak 15 Februari 2017. Tjhai Chui Mie terpilih sebagai wali kota Singkawang perempuan Tionghoa pertama dalam sejarah kota itu. Ia meraih suara meyakinkan, yakni 38.549 suara atau 42,60 persen dari 155.514 daftar pemilih tetap.
Pasangan Tjhai Chui Mie-H. Irwan yang diusung PDI-P, Nasdem, Demokrat, dan Hanura mengalahkan tiga kandidat lainnya, yakni Tjhai Nyit Khim-Suriyadi yang hanya mendapatkan 12.217 suara atau 13,50 persen, kemudian pasangan Abdul Mutalib-Muhammadin yang memperoleh 24.234 suara atau 26,78 persen. Selain itu, unggul dari pasangan Andi Syarif-Nurmansyah yang hanya memperoleh 15.501 suara atau 17,13 persen.
Tjhai Chui Mie saat ditemui di Singkawang, Jumat (17/2) siang, menuturkan, kemenangan itu diperoleh karena persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari. Sebelum terjun ke politik, ia aktif sebagai pimpinan tiga yayasan di Singkawang. “Melalui yayasan yang saya pimpin, saya melakukan bakti sosial di masyarakat saat bencana banjir dan berbagai hal saat masyarakat membutuhkan bantuan. Dari sanalah sebetulnya saya mulai dikenal masyarakat,” ujar Tjhai Chui Mie.
Tahun 2004, ia memutuskan untuk terjun ke politik dengan menjadi anggota DPRD Kota Singkawang periode 2004-2009. Pada periode 2009-2014, ia kembali terpilih menjadi anggota DPRD Kota Singkawang. Di periode kedua itu, ia menjadi Ketua DPRD Kota Singkawang. Ia berhasil mempertahankan jabatan sebagai ketua DPRD Kota Singkawang periode berikutnya, sejak tahun 2014 hingga sebelum maju menjadi calon wali kota Singkawang.
“Di DPRD Kota Singkawang ada 30 anggota. Dari 30 anggota itu, perempuan hanya ada tiga orang. Namun, saya dipercaya oleh dewan untuk menjadi pimpinan di tengah posisi saya yang minoritas itu. Dari situ, saya mendapat mandat dari partai pengusung untuk maju dalam pilkada karena mereka percaya dengan kinerja saya,” katanya.
Para pimpinan partai di DPRD Kota Singkawang ikut berkampanye dan menjelaskan kepada masyarakat Singkawang tentang kepercayaan mereka terhadap Tjhai Chui Mie. Hal itu menumbuhkan partisipasi publik dengan munculnya relawan dari berbagai latar belakang suku dan agama untuk memenangkan dia.
Selain faktor rekam jejak, tak bisa dipungkiri pula ada faktor politik identitas. Di Singkawang, penduduk Tionghoa mencapai 42 persen. Namun, hal itu dalam pandangan Tjhai Chui Mie bukan faktor utama. Sebab, meski mayoritas, kalau tidak didukung dengan rekam jejak akan sulit mendulang suara.
Salah satu warga Kota Singkawang Suharyanto (45), menuturkan, ia mengenal Tjhai Chui Mie sudah sejak lama, sebelum Tjhai Chui Mie menjadi politikus. “Ia memang aktif dalam kegiatan sosial dan menyapa masyarakat saat ke lapangan. Saya jadi kenal siapa dia, sehingga saya berkeyakinan ia perempuan yang layak dipilih menjadi pemimpin. Apalagi, dia memiliki rekam jejak yang memadai. Kami tahu itu,” kata Suharyanto.
Warga lain, Trifina Guo (32), menuturkan, ia yakin dengan kemampuan Tjhai Chui Mie menjadi pemimpin Kota Singkawang karena Tjhai Chui Mie meniti karier mulai dari bawah. “Saya berkeyakinan orang yang meniti karier dari bawah menguasai permasalahan. Sebab, ia menyentuh semua lapisan masyarakat dalam berbagai kegiatan. Itulah sebabnya, ia perempuan yang mampu menembus budaya patrialistik di daerah,” kata Trifina.