CIREBON, KOMPAS — Sebanyak 135 warga di Dusun Parenca, Desa Gumulunglebak, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sudah lima hari mengungsi akibat pergerakan tanah. Mereka berharap segera direlokasi karena khawatir pergerakan tanah kembali terjadi di daerah perbukitan tersebut.
Pada Senin (20/2) pagi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Taruna Siaga Bencana Cirebon, TNI, polisi, dan warga setempat membersihkan puing-puing sejumlah rumah yang rusak di Dusun Parenca.
"Kami harap direlokasi. Ini sudah tidak bisa ditempati. Kami juga tidak bisa terus-menerus mengungsi," ujar Ardi, warga setempat yang rumahnya ambruk akibat pergerakan tanah.
Rumahnya merupakan salah satu dari empat rumah yang ambruk. Selain itu, juga tercatat 14 rumah retak dan 10 rumah terancam pergerakan tanah. Pergerakan tanah yang mengakibatkan rumah retak dan ambruk terjadi pada Rabu (18/2) bersamaan hujan deras. "Saat itu terdengar suara rekahan tanah. Kami keluar rumah sudah banyak retakan di tanah," ujar Ardi yang tinggal bersama istri, delapan anak, dan seorang cucu.
Sebanyak 135 warga atau 35 keluarga pun sejak Rabu malam mengungsi, antara lain ke rumah keluarga dan Balai Desa Gumulunglebak. Selain posko kesehatan, dapur umum juga dibangun BPBD Kabupaten Cirebon.
Pergerakan tanah dipicu derasnya aliran Sungai Cikanci yang berada sekitar 15 meter dari rumah warga. Sungai yang berada di bawah 30 meter dari permukiman warga juga menggerus tanah sekitar 200 meter di daerah permukiman. Pohon bambu bahkan beton bagian fondasi jembatan setempat ikut ambrol.
Sampah rumah tangga juga memadati beberapa titik longsor. Aliran sungai yang meluap juga menyebabkan banjir di sejumlah desa di Kecamatan Astanajapura, yang merupakan wilayah hilir sungai.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Cirebon Maryono mengatakan, sejumlah wilayah di Cirebon, seperti Kecamatan Greged dan Kecamatan Waled, rentan longsor. "Warga Gumulunglebak akan direlokasi," ujarnya.
Tertimbun longsor
Sementara itu, dua rumah warga RT 12/RW 04 Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, hancur tertimbun longsoran tebing pada Minggu (19/2) petang. Tidak ada korban jiwa pada kejadian itu, tetapi kerugian material diperkirakan mencapai Rp 700 juta.
"Kejadian sekitar pukul 18.30. Saya bersama istri dan anak sempat menyelamatkan baju dan surat-surat penting," kata Sumito (30), salah satu warga yang rumahnya rata tertimbun longsor, Senin (20/2).
Sumito mengatakan, tanda-tanda longsor sudah muncul sejak sepekan lalu karena aliran Sungai Wuni di samping rumahnya keruh kecokelatan dan sesekali terdengar suara gemuruh. Pada Minggu sore sekitar pukul 16.30, material tanah sudah turun ke sungai dan keluarganya segera bersiap mengungsi.
Warga lain yang juga kehilangan rumah adalah Sugiyanto (43). Saat kejadian, dia sedang bekerja di Purwokerto sebagai penjual gorengan. Di rumah hanya ada istrinya, Syakenah (33); serta kedua anaknya, Andika (15) dan M Zudin (5).
Selain rumah yang tertimbun, material longsor juga menghancurkan dua jembatan penghubung antardesa serta sebuah kandang ayam kosong milik warga, Darsono (45).
"Selain rumah, ada tiga sepeda motor yang tertimbun, sekitar 100 hektar lahan sawah, dan ada sejumlah pohon alba dan pinus," papar Kepala Desa Sirau Hendri Sutrisno.(IKI/DKA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.