SIDOARJO, KOMPAS-Meningkatnya jumlah peristiwa dan korban bencana di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, awal tahun ini mendorong pemerintah daerah menambah alokasi dana bencana melalui pos anggaran tak terduga. Peningkatan dana ini diharapkan mampu mengurangi beban warga korban dan memulihkan kehidupan mereka.
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, APBD 2017 menetapkan anggaran pos tak terduga sebesar Rp 6 miliar. Namun, karena banyak bencana di awal tahun, rencana akan ditingkatkan menjadi Rp 10 miliar. Usulan kenaikan anggaran itu akan disampaikan dalam pembahasan APBD-Perubahan. “Harapannya, usulan itu disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo,” ujar Nur Achmad, Selasa (21/2).
Seperti diberitakan, awal tahun ini, Kabupaten Sidoarjo terus menerus dirundung bencana. Selain banjir tahunan yang melanda hampir sebagian besar wilayah Sidoarjo mulai Kecamatan Krian, Taman, Sepanjang, Waru, Sedati, Gedangan, hingga Kecamatan Sidoarjo, tahun ini terjadi banjir besar di Kecamatan Jabon.
Banjir yang terjadi sejak awal Januari itu bertahan hingga lebih dari sebulan. Sebanyak 2.600 keluarga di lima desa terdampak. Desa itu meliputi Kupang, Semambung, Kedung Pandan, Kedungrejo, dan Tambak Kalisogo. Lebih dari 250 warga sempat tinggal di pengungsian sementara.
Belum tuntas penanganan banjir yang terjadi di wilayah pesisir utara Sidoarjo itu, masyarakat dikejutkan dengan bencana angin puting beliung yang melanda Desa Keboharan dan Desa Terung Kulon di Kecamatan Krian. Sedikitnya 449 rumah rusak parah akibat terjangan angin.
Hingga kini, pemerintah daerah masih melakukan pendataan rinci untuk mengetahui detil kerusakan dan nilai kerugian yang ditanggung warga korban. Pemerintah berjanji akan memberikan bantuan dana untuk memperbaiki rumah warga agar beban mereka menjadi ringan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan validasi data untuk memastikan bantuan yang diberikan tepat sasaran. Rencananya, warga korban bencana puting beliung menerima bantuan senilai Rp 5 juta hingga Rp 30 juta sesuai kategori kerusakan rumah yang dialami. “Masyarakat harap bersabar karena pendataan dan validasi yang dilakukan oleh petugas masih terus berjalan,” kata Dwijo.
Kepala Desa Terung Kulon Joko Sarwono mengatakan, bantuan perbaikan rumah untuk warga yang sudah dibagikan berupa material. Selain genteng ada juga kayu dan rencananya asbes. Perangkat desa berupaya keras membagikan bantuan agar merata dan tepat sasaran.
Rukmawati, salah satu warga, mengatakan, pihaknya berharap pemerintah segera memberikan bantuan material rumah agar warga bisa membangun kembali tempat tinggalnya. Alasannya, semakin ditunda perbaikannya, kondisi rumah akan semakin rusak parah.
Hingga Selasa petang, hujan deras yang mengguyur Sidoarjo mengakibatkan sedikitnya empat desa di dua kecamatan kebanjiran. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun, banjir melumpuhkan aktivitas warga karena merendam jalan desa dan jalan di permukiman penduduk.
Desa yang dilanda banjir itu Desa Kepuh Kiriman (Kecamatan Tulangan), Desa Trosobo, Desa Sidodadi dan Desa Bringinbendo di Kecamatan Taman. Jumlah rumah yang terendam mencapai ratusan dengan ketinggian air 20-50 sentimeter. Hingga sore kemarin banjir masih belum surut.
Camat Tulangan Abdul Wahib mengatakan, banjir di wilayahnya terjadi sejak Senin sore. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Kedung Uling karena tak mampu menahan debit air yang meningkat tajam akibat hujan deras di kawasan hulu, seperti Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.
Kian parah
Banjir yang kian parah akibat hujan sejak Minggu (19/2) hingga Selasa, mengakibatkan 8.000 penduduk Mojokerto harus mengungsi. Bukan hanya permukiman, tetapi juga ratusan hektar sawah dan permukiman di dua kelurahan Kota Mojokerto tergenang pada ketinggian 60 cm dari permukaan tanah. Sebanyak 3.000 pengungsi tinggal di bekas pabrik dan tenda pengungsian di Kota Mojokerto. Sedangkan 5.500 warga lain mengungsi di tenda yang didirikan BPBD.
Menurut Suwarno, Ketua RW di Kampung Keboan, Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, banjir terjadi setiap tahun di wilayahnya. Namun, kali ini hujan sangat deras sehingga genangan tak bisa langsung melintas. “Tahun lalu tinggi genangan hanya 20 – 30 cm dari permukaan tanah, kali ini mencapai 60 cm. Dulu setelah hujan malam, pagi sudah surut, sekarang sampai pukul 12.00 belum kunjung surut sehingga kami mengungsi,” katanya.
Posko Bencana juga digelar di wilayah Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Kepala BPBD Pemkab Mojokerto M Zaini menjelaskan, genangan merendam Desa Gebangmalang, Sumberjati, Gayaman, Kepuhanyar, dan Wunut, seluruhnya di Kecamatan Mojoanyar, juga Desa Kenanten, Kecamatan Puri dan Desa Jabon Tegal di Kecamatan Pungging.
Menurut Elsa Fifajanti (49), warga Kota Mojokerto, guyuran hujan akhir-akhir ini sangat deras, sehingga saluran air tidak mampu menampung air. “Banjir di rumahku di Kelurahan Wates memang mulai surut, tapi di Kelurahan Meri justru semakin siang air makin tinggi dari 30 cm kini 70 cm,” kata ibu dua anak ini.