SOREANG, KOMPAS — Infrastruktur fasilitas kesehatan, seperti pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit, perlu dibenahi untuk meningkatkan pelayanan bagi para difabel. Selain itu, sumber daya manusia juga harus dilatih memahami pasien, seperti menggunakan bahasa isyarat saat berinteraksi dengan pasien difabel tunarungu.
Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, baru tujuh petugas kesehatan di tujuh puskesmas yang mendapatkan pelatihan disability inclusive development (DID) bersama Bandung Independent Living Center (BILiC), lembaga peduli difabel. Pelatihan ini memberikan pemahaman melayani pasien difabel, mulai dari pintu masuk puskesmas hingga menuntun ke toilet.
”Jumlah itu masih minim karena Kabupaten Bandung memiliki 31 kecamatan. Kami menargetkan setiap kecamatan mempunyai minimal satu petugas yang terlatih DID,” ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Saptarini saat menghadiri peluncuran pelayanan kesehatan mata inklusif disabilitas di Puskesmas Cimaung, Kabupaten Bandung, Kamis (23/2/2017).
Puskesmas Cimaung menjadi percontohan puskesmas yang ramah bagi penyandang disabilitas. Puskesmas ini memiliki sejumlah fasilitas yang diperuntukkan bagi pasien difabel, di antaranya bidang miring (ramp) untuk pengguna kursi roda, toilet yang dilengkapi pegangan (handdril), dan ruangan pemeriksaan yang dilengkapi tulisan Braille.
Saptarini mengatakan, 48 dari 62 puskesmas di Kabupaten Bandung telah memiliki fasilitas untuk penyandang disabilitas. Namun, masih diperlukan sejumlah perbaikan agar pasien difabel semakin nyaman saat memeriksakan kesehatan. Satu di antaranya belum tersedianya jalur pandu berjalan (guiding block) untuk pasien dengan hambatan penglihatan.
”Ini akan terus diperbaiki. Kami juga meminta masukan dari penyandang disabilitas agar pelayanan untuk mereka terus ditingkatkan,” ujarnya.
Karena guiding block belum tersedia, Saptarini mengatakan, pasien difabel netra akan dituntun petugas puskesmas. Sementara itu, untuk melayani pasien difabel rungu, petugas puskesmas dibekali penggunaan bahasa isyarat.
Berdasarkan data Dinas Sosial Bandung, terdapat 9.351 penyandang disabilitas di kabupaten itu. Itu terdiri dari 1.939 anak-anak dan 7.412 orang dewasa. Untuk itu, layanan kesehatan bagi pasien difabel harus segera ditambah.
Direktur BILiC Yuyun Yuningsih mengatakan, pihaknya mendorong Dinas Kesehatan Bandung untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap penyandang disabilitas. Dia berharap, semua fasilitas kesehatan di daerah itu rama bagi pasien difabel.
”Fasilitas dan layanan di Puskesmas Cimaung semoga segera diterapkan di puskesmas lain. Kami juga berharap kemudahan akses disabilitas ini dimanfaatkan dengan baik oleh pasien difabel,” ujar Yuyun.
Salah satu pasien difabel, Alit Samsudin (41), mengatakan, fasilitas layanan penyandang disabilitas membuatnya nyaman. Dia yang menggunakan kursi roda diberikan akses khusus melalui ramp yang disediakan dengan kemiringan 10-15 derajat. ”Nyaman karena masuk ke puskesmas jadi mudah. Petugas juga mau membantu mendorong kalau ada kesusahan,” kata Alit.