logo Kompas.id
NusantaraPerusahaan Turunkan Biaya...
Iklan

Perusahaan Turunkan Biaya Operasional

Oleh
· 3 menit baca

PALANGKARAYA, KOMPAS — Mengantisipasi jatuhya harga sawit di sejumlah daerah, perusahaan sawit di Kalimantan Tengah menurunkan biaya operasional. Meskipun akan berpengaruh pada produksi tahun depan, hal itu dilakukan untuk menghindari pemecatan karyawan atau buruh."Memang masih fluktuatif, tetapi kami siasati dengan mengurangi biaya operasional. Cara ini sudah dilakukan sejak dulu dalam kondisi seperti ini," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Kalimantan Tengah Dwi Darmawan di Palangkaraya, Senin (27/2).Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah (Kalteng), harga tandan buah segar (TBS) sawit masih berkisar Rp 1.000 sampai Rp 1.200 per kilogram. Namun, hal itu berpotensi berubah lagi apabila di daerah lain harga TBS sawit sudah mulai turun, seperti di Sumatera yang berkisar Rp 200-Rp 300 per kg.Menurut Dwi, di Kalteng harga TBS ditentukan pemerintah dengan berbagai pertimbangan, seperti transportasi dan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Fluktuatifnya harga membuat pengusaha dan petani sawit khawatir. "Kalau berkelanjutan, kualitas perawatan kebun akan berkurang," ujar Dwi.Penurunan biaya operasional dalam perawatan tersebut akan berpengaruh terhadap produksi sawit di Kalteng. Namun, hal itu dinilai jalan terbaik daripada pemecatan buruh sawit.Gubernur Kalteng Sugianto Sabran berharap harga TBS di daerahnya tidak merosot jauh. Apalagi, saat ini pihaknya sedang gencar mengawasi dan memantau perusahaan perkebunan untuk menyiapkan kewajiban kebun plasma meningkatkan perekonomian masyarakat Kalteng.KaretKondisi mengkhawatirkan juga terjadi pada komoditas karet. Harga karet yang naik pada akhir 2016 kini kembali melorot. Memasuki akhir Februari ini, terjadi penurunan harga Rp 1.000 per kg. Tren penurunan harga itu mulai mengkhawatirkan petani. "Sudah seminggu ini harga karet turun. Harga yang sebelumnya Rp 10.000 turun menjadi Rp 9.000 per kg. Harga yang sebelumnya Rp 9.000 turun menjadi Rp 8.000 per kg. Harga sesuai dengan kualitas karet," kata Muhammad Refki, Ketua Gabungan Kelompok Tani Bunga Rampai, Desa Sungai Alang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalsel, di Banjarmasin, Senin.Menurut Refki, para pengumpul beralasan harga jual karet di pabrik juga sudah turun Rp 1.000 per kg. Harga pembelian di petani menyesuaikan dengan harga jual karet di pabrik. "Bagi petani, harga karet pada kisaran Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kg memang masih bagus. Namun, kami juga khawatir tren penurunan harga ini terus berlanjut," tuturnya.Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Cabang Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Hasan Yuniar mengemukakan, penurunan harga karet di tingkat petani saat ini merupakan imbas penurunan harga karet di pasar global. Harga Standard Indonesian Rubber yang sebelumnya 2,2 dollar AS turun menjadi 2,1 dollar AS per kg."Penurunan harga itu berimbas pada semua pelaku usaha perkebunan karet, mulai dari eksportir, industri atau pabrik, hingga produsen karet di tingkat petani," ujar Hasan.Hasan menyebutkan, penurunan harga karet itu dipicu peningkatan suplai karet di pasar global dari negara-negara produsen karet, terutama Thailand. Suplai karet di pasar global yang berlebihan menyebabkan harga turun. "Sekarang, kebijakan pembatasan atau pengurangan ekspor karet yang pernah disepakati Dewan Tripartit Karet Internasional, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand, tidak dijalankan lagi. Kesepakatan itu berakhir pada 31 Desember 2016 lalu," katanya. (ido/jum)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000