logo Kompas.id
NusantaraIndustri Peternakan...
Iklan

Industri Peternakan Dikembangkan

Oleh
· 4 menit baca

CIREBON, KOMPAS — PT Rajawali Nusantara Indonesia bersinergi dengan PT Berdikari mengembangkan industri peternakan ayam dan sapi. Selain meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat, kedua badan usaha milik negara itu juga berharap dapat mengurangi ketergantungan impor.Hal itu mengemuka dalam penandatanganan perjanjian pemegang saham, Rabu (1/3), di kantor PT PG Rajawali II Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat. Pengembangan industri peternakan ayam dan sapi dilakukan PT PG Rajawali II, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), serta PT Berdikari United Livestock (PT BULS), anak perusahaan PT Berdikari.Pengembangan industri peternakan itu akan dilakukan terintegrasi dari hulu ke hilir. Lahan bekas pabrik penggilingan PT PG Rajawali II seluas 25 hektar di daerah Gempol, Kabupaten Cirebon, yang tak terpakai lebih dari 20 tahun akan digunakan sebagai tempat peternakan ayam broiler dan ras. Pengembangan indukan, ayam bakalan, hingga rumah pemotongan ayam juga akan dibangun di sana."Saat ini infrastruktur mulai dibangun. Ditargetkan tahun ketiga mulai beroperasi. Teknologi peternakan ayam menggunakan close house, teknologi yang menjamin produk ayam dan telur berkualitas prima serta minim polusi," ujar Direktur Utama PT PG Rajawali II Audry Harris Jolly.Menurut Audry, industri peternakan ayam itu dibangun dengan nilai investasi Rp 500 miliar. Untuk tahap pertama, peternakan itu mampu memproduksi 450.000 ekor ayam pedaging per bulan dan telur ayam hingga 14 ton per bulan. Hal itu diharapkan dapat menambah konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia.Badan Pusat Statistik pada 2015 mencatat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia 53,91 gram per kapita per tahun. Angka ini masih rendah dibandingkan kecukupan konsumsi protein sebesar 57 gram per kapita per tahun.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, 49,5 persen ibu hamil kekurangan protein dan 37 persen penduduk Indonesia termasuk anak kekurangan protein.Menurut Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo, asupan protein juga terkait daya beli masyarakat. Ketersediaan bahan pangan dan stabilisasi harga diharapkan dapat terwujud melalui sinergi dua BUMN itu. Pihaknya merencanakan pengembangan peternakan ayam bekerja sama dengan peternak plasma.Permintaan meningkatMenurut Didik, kebutuhan terhadap konsumsi daging sapi meningkat. Pada 2015, setiap orang rata-rata mengonsumsi 2,56 kilogram daging sapi, dan pada 2016 meningkat menjadi 2,7 kg per orang. "Kebutuhan yang meningkat mendorong permintaan tinggi," ujarnya.Karena itu, pihaknya bersama PT BULS mengembangkan peternakan sapi yang terintegrasi dari indukan sapi hingga sapi bakalan. Lokasi peternakan ialah daerah penggilingan tebu di Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.Menurut Direktur Utama PT BULS AS Hasbi Al-Islahi, pada tahap pertama yang ditargetkan Mei dan Juli, pihaknya akan mengimpor 5.000 ekor sapi dengan rincian 1.000 ekor untuk indukan dan 4.000 sapi bakalan. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49 Tahun 2016 terkait jumlah indukan dan bakalan sapi impor.Sapi indukan untuk pembibitan dikembangkan di lahan 6.623 hektar di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Hasil pembibitan sapi dibawa ke Jatitujuh untuk dibesarkan. "Ini untuk sementara. Nanti sapi indukan ditambah karena kapasitas kandang 50.000 ekor sapi indukan," ujarnya.Menurut Hasbi, industri peternakan sapi tersebut dapat memproduksi 10.000 ekor sapi tahun ini. Tahun depan akan menjadi 30.000 ekor sapi."Setidaknya ini bisa mengurangi ketergantungan impor sapi yang selama ini terjadi. Ini bentuk hadirnya negara," katanya.Kebutuhan daging sapi secara nasional saat ini setara dengan 4,5 juta sapi per tahun. Dari jumlah itu, 1,5 juta sapi atau setara 650.000 ton daging sapi berasal dari impor. Sisanya, sebanyak 3 juta sapi, dipasok dari sapi lokal (Kompas, 9/2). Pasar menengahIa melanjutkan, sapi yang diproduksi akan dipasarkan ke Jabodetabek yang kebutuhan daging sapinya mencapai 78 persen. Mekanisme penjualan direncanakan bekerja sama dengan BUMN lain, seperti Perum Bulog."Yang disasar adalah konsumen menengah ke bawah. Ini untuk membantu menstabilkan harga," katanya.Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Dwi Andreas Santosa mengatakan, upaya membangun industri peternakan ini berpotensi mengamankan pasokan sebab pasokan sapi peternakan rakyat belum mampu mencukupi kebutuhan daging sapi. Menurut dia, harga daging sapi stabil tinggi dan mencapai kesetimbangan baru pada Rp 115.000 per kg. Pemerintah harus menjaga harga agar tidak bergejolak naik. (IKI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000