BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Banyuwangi menetapkan kawasan pantai Pulau Santen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai salah satu destinasi wisata syariah dengan membangun konsep beach for women. Segmentasi wisata syariah dinilai punya peluang untuk dikembangkan dan mendatangkan wisatawan khusus.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan itu dalam peluncuran Pantai Pulau Santen sebagai destinasi wisata syariah di Pulau Santen, Banyuwangi, Kamis (2/3).
“Saat ini wisata halal menjadi tren di dunia. World Halal Tourism Summit memprediksi, potensi perputaran uang di industri wisata syariah pada 2019 mencapai 238 miliar dollar AS. Potensi ini yang ingin kami manfaatkan,” ujarnya.
Anas mengatakan, peluang pengembangan segmentasi wisata syariah tersebut akan dimulai dari Pantai Pulau Santen. Menurut rencana, sejumlah destinasi lain juga akan dijadikan destinasi wisata halal. Namun, Annas belum merinci destinasi wisata mana saja yang akan dijadikan destinasi wisata halal.
Menurut dia, pengembangan Pulau Santen sebagai destinasi wisata syariah menjadi salah satu cara untuk membidik pasar kelas menengah Muslim yang terus tumbuh. Kendati demikian, konsep wisata syariah tidak serta-merta hanya dikhususkan untuk untuk kaum Muslim.
“Konsep pengembangan destinasi yang dilakukan adalah dengan memberikan jaminan makanan halal, tidak menjajakan alkohol, pemberitahuan waktu jelang beribadah (azan), fasilitas tempat ibadah, serta fasilitas berkonsep pemisahan antara pria dan wanita,” ujar Anas.
Nantinya di Pulau Santen akan dibangun pembatas antara daerah khusus pria dan perempuan. Di daerah khusus perempuan, seluruh petugas penjaga pantai, petugas kebersihan, serta penjaja makanan dan minuman akan dilakukan perempuan.
Anas berharap segmentasi wisata syariah dapat menjaring wisatawan dari kelompok khusus yang selama ini merasa kurang nyaman saat harus berwisata ke pantai umum.
Kunjungan wisata ke Pulau Santen juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga setempat. Warga yang mayoritas nelayan diharapkan dapat memiliki usaha sampingan dengan membuka warung atau menyediakan jasa rumah singgah bagi para wisatawan.
Perlu libatkan warga
Pulau Santen merupakan kawasan yang masih berada dalam satu daratan dengan Pulau Jawa. Namun, letaknya yang dipisahkan muara sungai membuat Pulau Santen seperti dataran yang terpisah. Selama ini pantai tersebut menjadi tempat nelayan beraktivitas. Pantai ini juga menjadi salah satu tempat bertelur penyu.
Warga yang tinggal di Pulau Santen sedikitnya berjumlah 80 keluarga atau sekitar 240 jiwa. Warga di Pulau Santen mayoritas memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Sedikitnya ada 30 pemilik perahu dan 250 nelayan, baik dari Pulau Wanten maupun dari wilayah sekitar yang biasa mencari ikan di Pulau Santen.
Ketua Kelompok Nelayan Bintang Timur sekaligus Kepala Lingkungan Pulau Santen Slamet Efendi berharap penetapan Pulau Santen sebagai destinasi wisata baru tidak membuat para nelayan semakin terpinggirkan. Ia tidak ingin dengan dibukanya Pulau Santen sebagai destinasi wisata diikuti larangan bagi para nelayan untuk mencari ikan di sekitar Pulau Santen.
“Selama ini kami sudah dipusingkan dengan banyaknya sampah di laut. Jangan sampai dibukanya Pulau Santen sebagai tempat wisata menambah sampah. Semakin banyak sampah, tangkapan kami semakin berkurang dan jaring nelayan semakin cepat rusak,” kata Slamet.
Secara terpisah Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas 17 Agustus Banyuwangi Irwan Kurniawan mengatakan, penetapan Pulau Santen sebagai destinasi wisata bisa mengancam konservasi penyu yang biasa mendarat dan bertelur di kawasan itu. Irwan juga berharap pemerintah memikirkan warga agar tak menjadi penonton saja atau bahkan jadi korban pengembangan wisata.