logo Kompas.id
NusantaraProduktivitas Jagung Digenjot
Iklan

Produktivitas Jagung Digenjot

Oleh
· 3 menit baca

BANGKALAN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya meningkatkan produktivitas jagung pada empat kabupaten di Pulau Madura. Petani juga mulai diperkenalkan jagung jenis baru yang produktivitasnya dua kali lipat dibandingkan jagung lokal dan tahan lama.Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Achmad Nurfalakhi, Minggu (5/3), di Surabaya, mengatakan, pemerintah dan perguruan tinggi di Madura mengintensifkan pengenalan benih jagung nonlokal kepada petani Madura. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jagung yang selama ini belum maksimal.Lahan jagung di Madura, menurut Nurfalakhi, seluas 350.000 hektar. Area tanam itu merupakan 30 persen dari total lahan jagung di Jatim. "Produktivitas jagung di Madura kurang dari setengah dari hasil total produktivitas jagung di Jatim," katanya.Hal itu disebabkan mayoritas petani jagung di Madura masih menggunakan bibit jagung lokal. Produktivitasnya hanya 2,4 ton per hektar, kalah dibandingkan petani jagung di Pulau Jawa yang mencapai 5,8 ton per hektar. "Petani di Madura enggan menggunakan bibit jagung hibrida ataupun persilangan hanya dengan alasan tidak bisa lama disimpan," ujar Nurfalakhi.Untuk memaksimalkan potensi pertanian jagung di Madura, Dinas Pertanian Jatim memperkenalkan penanaman jagung hibrida seluas 11.000 hektar dan jagung persilangan seluas 26.000 hektar. Jagung hibrida disebar di Pamekasan 1.000 hektar, Sampang 3.000 hektar, Sumenep 5.000 hektar, dan Bangkalan seluas 2.000 hektar. Sementara jagung persilangan disebar di Pamekasan 5.000 hektar, Sampang 5.000 hektar, Sumenep 11.000 hektar, dan Bangkalan 5.000 hektar. "Percontohan dilakukan untuk memberikan bukti kepada masyarakat terhadap produktivitas jagung jenis lain yang lebih menguntungkan," ujarnya.Lumbung panganKetua Gabungan Kelompok Tani Jagung Sukamakmur 5 Imron Rosadi (39) mengatakan, mayoritas petani Madura cenderung memilih jagung lokal karena tahan disimpan dalam jangka waktu lama. Jagung dijual apabila petani memerlukan uang.Pantauan Kompas di lumbung jagung di Desa Bajeman, Kecamatan Tregeh, Kabupaten Bangkalan, petani menyimpan jagung di atas dapur. Jagung disimpan masih menempel pada bonggol. Mereka mengonsumsi jagung sebagai campuran nasi.Abdul Latief (47), petani jagung lainnya, mengatakan, 37 orang dari kelompok tani Sukamakmur pernah mencoba bibit jamur M1 dan M2 dari Maros, Sulawesi Selatan. Mereka juga selalu mendapatkan bibit jagung hibrida dari dinas setempat, tetapi tidak digunakan. Sebab, jagung hibrida tak bertahan lebih dari tiga bulan sehingga petani kembali memilih jagung lokal. "Meskipun tongkol jagung 25 sentimeter, lebih besar 10 sentimeter dibandingkan jagung lokal, petani lebih pilih yang bertahan lama. Kalau ada jagung yang lebih besar dan bisa bertahan setidaknya setahun, kami pasti beralih," ujarnya.Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Achmad Amzeri, mengatakan, kebiasaan warga Madura yang tidak bisa lepas dari jagung merupakan potensi yang sangat baik. Hal itu membuat lahan pertanian jagung di Madura sulit berkurang. "Tinggal produktivitasnya harus digenjot agar hasilnya bisa maksimal," katanya.UTM, kata Amzeri, mulai memperkenalkan jagung jenis Madura 1 dan Madura 2 kepada petani sejak 2015. Bibit itu menjadi perangsang bagi petani lokal untuk beralih ke jagung jenis lain yang produktivitasnya lebih banyak. Jagung jenis M1 dan M2 bisa menghasilkan sekitar 5 ton per hektar.Menurut Rektor UTM Muh Syarif, penamaan jenis jagung yang diperkenalkan kepada petani harus menggunakan unsur Madura. Alasannya, budaya menanam jagung sudah mengakar turun-temurun di masyarakat Madura sehingga apa saja yang hendak dikembangkan di "pulau garam" ini menggunakan nama lain yang asing di telinga masyarakat setempat pasti sulit menerima. "Butuh waktu lama," katanya.Dari kedua bibit tersebut, saat ini UTM tengah mengembangkan jagung baru, yakni M3, M4, dan M5 yang diyakini bisa membuat masyarakat tertarik menanam jagung jenis lain. Jagung tersebut merupakan hasil persilangan jagung dari Maros dengan 16 varietas jagung unggulan di Madura. (SYA/ETA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000