logo Kompas.id
NusantaraDua TKI Asal NTB Meninggal
Iklan

Dua TKI Asal NTB Meninggal

Oleh
· 3 menit baca

MATARAM, KOMPAS — Kembali kabar duka menimpa dua tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Korban bernama Salim Al Jabar (40), asal Kabupaten Bima, meninggal di Kepulauan Solomon, dan Safaria (27) Binti Muhammad Saleh, asal Kabupaten Dompu, meninggal diduga karena dianiaya majikannya di Dubai, Uni Emirat Arab.Menurut Kepala Balai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nusa Tenggara Barat Muharrom Ashadi, Selasa (14/3), di Mataram, tidak disebutkan kronologi meninggalnya dua buruh migran itu. Hanya disebutkan keduanya berangkat secara ilegal dan tidak tercatat resmi sebagai TKI yang bekerja di luar negeri pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Bima dan Dompu."Saya baru mendapat informasi almarhum Salim bekerja di Malaysia. Tetapi, namanya tidak tercatat di kantor kami," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bima Adel Linggiardi. Meski demikian, demi kemanusiaan dan keduanya adalah warga negara Indonesia, pemerintah memfasilitasi kepulangan jenazah keduanya ke Tanah Air.Jenazah almarhum Salim diterbangkan dari Port Moresbi, Papua Niugini, ke Bandara Ngurah Rai, Bali, kemudian ke Bandara Internasional Lombok (BIL), Selasa. Hari itu pula, pukul 13.00 Wita, jenazah dibawa dari BIL menggunakan mobil ambulans ke kampung asalnya, Desa Kangga, Kecamatan Langgudu, sekitar 40 km dari Kota Bima.Rusnah (39), istri Salim, yang dihubungi dari Mataram, mengatakan, suaminya berangkat ke Malaysia tahun 2015. Ia bekerja pada sebuah perusahaan penebangan kayu sebagai sopir truk. Dua tahun di Malaysia, Januari 2017, Salim pindah ke Kepulauan Solomon dan bekerja pada perusahaan penebangan kayu juga sebagai sopir truk. Lewat seorang rekan almarhum, Rusnah, diinformasikan suaminya meninggal pada 5 Maret 2017 karena tertimpa kayu gelondongan saat sedang bekerja. Sehari sebelum peristiwa itu, Rusnah sempat ditelepon suaminya yang menanyakan dua anak mereka. Sejak di Kepulauan Solomon, almarhum belum bisa mengirim uang buat keluarga.Sementara itu, almarhumah Sarafiah, warga Dusun Madapanda, Desa Mumbu, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, yang meninggal Februari lalu, diduga kuat karena dianiaya majikannya di Dubai. "Majikannya kini sudah ditahan pihak kepolisian di Dubai," kata Muharrom Ashadi. Safaria, menurut Siti Arah (ibundanya), berangkat ke Dubai pada April 2016. Ia diberangkatkan sebuah PJTKI yang berpusat di Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa. Keluarga memperoleh kabar Safariah meninggal pada 16 Februari dari Dinas Tenaga Kerja Dompu. Siti Arah sempat pingsan mendengar berita duka itu. Almarhumah selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan paspor kunjungan wisata. Sejak berangkat, almarhumah belum pernah berkomunikasi dan belum sempat mengirim uang untuk keluarganya.Atas permintaan keluarga, almarhumah agar segera dipulangkan untuk dimakamkan di kampung halaman. Jenazah Safariah diberangkatkan dari Dubai, Selasa, dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 15.45. "Kini kami tinggal menunggu kepulangan jenazah dari Jakarta ke Lombok. Kami sudah menyiapkan mobil ambulans untuk membawa jenazah ke desa asalnya," tutur Muharrom. Kampung pengirim TKI Dari Provinsi Jambi dilaporkan, Kabupaten Kerinci menjadi penyumbang TKI terbanyak di Jambi, yakni rata-rata 6.000 orang per tahun dari total TKI Jambi yang mencapai 12.000 orang per tahun. Masyarakat Kerinci menjadi TKI karena alasan ekonomi. Staf ahli Bupati Kerinci Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan Kemasyarakatan, sekaligus mantan Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Kerinci Hasvery Akmal, saat dihubungi dari Palembang, Sumatera Selatan, Selasa, mengatakan, angka 6.000 itu merupakan jumlah TKI asal Kerinci yang legal. "Sementara untuk yang ilegal, jumlahnya bisa dua kali lipat," kata Hasvery Akmal. TKI asal Kerinci itu kebanyakan bekerja ke Malaysia sebagai buruh di perusahaan ataupun perkebunan. Mereka memilih kerja di luar negeri terutama di Malaysia karena upah yang lebih baik. Upah di Jambi sekitar Rp 100.000 per hari, di Malaysia upahnya bisa mencapai Rp 250.000 per hari. (RUL/DRI/VIO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000