logo Kompas.id
NusantaraBencana Alam Semakin Mudah...
Iklan

Bencana Alam Semakin Mudah Terjadi

Oleh
· 3 menit baca

CIREBON, KOMPAS — Kondisi lingkungan yang semakin buruk membuat bencana alam mudah terjadi dengan dampak yang semakin merusak di Jawa Barat. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kondisi ini."Penanganan bencana ini tidak bisa seketika. Butuh waktu yang lama untuk memulihkan kondisi yang telanjur memburuk ini," kata Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar saat dimintai komentar terkait peringatan Hari Air Sedunia di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (22/3).Kondisi Daerah Aliran Sungai Citarum misalnya. Menurut dia, alih fungsi lahan oleh masyarakat menjadi perumahan dan tanaman sayur rentan merusak kawasan hulu Citarum. Kondisi tersebut mudah memicu kejadian bencana banjir dan longsor saat musim hujan."Telanjur terjadi dan meluas, saat ini ada sekitar 6.000 hektar lahan di kawasan hulu Sungai Citarum yang butuh direhabilitasi," katanya. Sementara itu, lebih dari 80 hektar tanaman padi di tiga desa di Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, gagal panen karena banjir. Banjir merendam tanaman padi sejak Sabtu (18/3), dan hingga Rabu (22/3) kemarin belum juga surut. "Tanaman padi sudah tak mungkin bisa diselamatkan karena hingga saat ini saja (kemarin) rata-rata ketinggian air di sawah masih mencapai 1 meter," ujar Penjabat Kepala Desa Rowodadi Widodo Raharjo, kemarin. Selain di Desa Rowodadi, banjir dan kegagalan panen juga terjadi di Desa Bendungan dan Desa Trimulyo. Usia tanaman padi yang gagal panen itu berkisar 1 minggu hingga 30 hari. Kegagalan panen biasanya akan langsung terjadi setelah tanaman padi terendam lebih dari tiga hari.Menurut Widodo, banjir memang rutin terjadi setiap musim hujan. Banjir ini berasal dari luapan tiga sungai sekaligus, yaitu Sungai Delanggu, Sungai Ande-ande, dan Sungai Lereng. Saat pertama banjir, Sabtu lalu, ketinggian air di sawah bahkan mencapai 2 meter. Mengacu pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya, banjir baru akan surut sekitar satu minggu.Gagal panen kedua Sahono, petani, mengatakan, kejadian ini merupakan banjir dan kegagalan panen kedua yang dialaminya. "Padahal, dalam satu kali tanam, saya mengeluarkan biaya tanam Rp 3,5 juta-Rp 4 juta per hektar," ujarnya. Sahono memiliki lahan sawah seluas 1 hektar. Usia tanaman padi miliknya yang baru saja gagal panen baru berkisar dua hari hingga 15 hari.Menurut Sahono, tidak ada lagi yang bisa dilakukan, kecuali menunggu air surut. Karena sudah dua kali mengalami gagal panen, ia pun memutuskan baru akan memulai aktivitas tanam lagi saat musim kemarau sekitar Mei atau Juni.Hal serupa dirasakan Suyono, petani di Desa Trimulyo. Kegagalan panen yang terjadi minggu ini bahkan sudah menjadi kegagalan panen ketiga yang dialaminya. Suyono memiliki areal sawah seluas 5.000 meter persegi yang baru ditanami padi sekitar sebulan. (IKI/EGI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000