logo Kompas.id
NusantaraPeternak Ayam Petelur Tertekan
Iklan

Peternak Ayam Petelur Tertekan

Oleh
· 4 menit baca

BLITAR, KOMPAS — Keluhan para peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar dan Malang, Jawa Timur, ternyata belum berakhir. Harga jual telur yang naik hingga di atas Rp 15.000 per kilogram hanya bertahan singkat. Harga telur kini turun lagi dan hanya berada di kisaran Rp 14.000 per kilogram. Saat ini, beban peternak ayam petelur justru bertambah dengan kenaikan harga jagung yang menjadi pakan ternak. Harga jagung naik dari Rp 3.800 per kg menjadi Rp 4.400 per kg. Pasokan jagung berkurang karena musim panen telah lewat. "Dibandingkan bulan lalu, harga telur sempat naik di atas Rp 15.000 per kg dari Rp 13.000 per kg, tetapi kini turun lagi," kata Wakil Ketua Perhimpunan Peternak Rakyat Nasional Blitar Sukarman, Rabu (29/3).Di Blitar, kini harga telur ayam di tingkat peternak hanya Rp 14.100-Rp 14.400 per kg. Adapun di Malang harga telur hanya Rp 14.200 per kg. Menurut peternak, idealnya harga jual telur ayam dari tingkat peternak mencapai Rp 17.500 per kg. Dengan harga tersebut, peternak mampu mengimbangi kenaikan harga jagung. Sebagai gambaran, setiap 1.000 ekor ayam mampu menghasilkan sekitar 50 kg telur per hari. Jika dijual dengan harga Rp 14.400 per kg, penghasilan peternak hanya Rp 720.000 setiap hari. Jika dihitung, peternak defisit karena untuk menghidupi 1.000 ekor ayam dibutuhkan 120 kg pakan per hari. Dengan harga pakan campuran (jagung, bekatul, dan lainnya) yang mencapai Rp 5.500 per kg, total pengeluaran untuk pakan Rp 660.000 sehari. Pengeluaran itu bahkan belum termasuk biaya upah pekerja, listrik, dan obat-obatan yang mencapai Rp 100.000 lebih per hari. Dengan demikian, total pengeluaran harian peternak Rp 760.000. Apabila harga telur ayam mencapai Rp 17.000 per kg, peternak masih mendapatkan Rp 850.000 per hari atau untung Rp 90.000 per hari.Jagung sulit didapat Sukarman pun mengeluh kesulitan mencari jagung untuk pakan ternak. Biasanya, dua hari sekali ia mendapatkan 7-8 ton jagung dari Purwodadi dan Blora, Jawa Tengah. Namun, kini hanya 2 ton jagung yang dia dapatkan dalam kurun waktu dua hari. Peternak juga digempur berbagai isu. "Kami dengar, jagung dari Bulog Surabaya tinggal sekitar 4.000 ton. Jumlah tersebut tidak akan mencukupi kebutuhan 4.000-an peternak dengan populasi ayam sekitar 15 juta ekor," kata Sukarman. Peternak juga mempertanyakan kebenaran isu ekspor jagung 500.000 ton ke Malaysia selama tahun 2017. Menurut peternak, daripada diekspor lebih baik jagung difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.Demi menyuarakan keinginan peternak ayam, pada Rabu (29/3) siang sekitar 1.000 peternak berangkat dari Blitar ke Jakarta untuk berdemonstrasi di depan Istana Negara. Dari Blitar digunakan 20 unit bus, sedangkan dari Malang digunakan 4 unit bus. Ketua Paguyuban Peternak Ayam Mitra Makmur Sentosa, Donomulyo, Kabupaten Malang, Bagus Sugiharto (29), yang ikut berangkat ke Jakarta, berharap pemerintah, dalam hal ini Presiden, dapat lebih memperhatikan nasib peternakan rakyat. Selain dihadiri peternak ayam petelur, demonstrasi pada Kamis ini juga dilakukan peternak ayam yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional. Mereka menuntut pemerintah menaikkan harga jual ayam pedaging dan telur di atas harga pokok produksi. Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan, telah diprediksi kelebihan pasokan sejak dua tahun lalu. Namun, langkah pemerintah dinilai tidak optimal sehingga peternak unggas rakyat justru semakin terpuruk. Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, pihaknya telah menerbitkan surat edaran ke seluruh perusahaan pembibit untuk mengurangi produksi sebesar 8 persen. Hal itu bertujuan untuk mengurangi produksi 65 juta ekor ayam per minggu menjadi 63 juta ekor ayam per minggu. Pengurangan dilakukan bertahap mulai Senin (27/3) dan akan ditinjau setiap dua pekan. Surat edaran juga dilayangkan kepada produsen bibit pejantan ayam petelur untuk mengurangi produksi sebesar 20 persen. Akan tetapi, para peternak menilai pemerintah terlambat menerbitkan kebijakan. Dampak pengurangan dari produksi bibit juga baru terlihat setelah 6-8 minggu mendatang. (WER/MKN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000