logo Kompas.id
NusantaraSwiss Gandeng Unair Buat...
Iklan

Swiss Gandeng Unair Buat Vaksin

Oleh
· 3 menit baca

SURABAYA, KOMPAS — Pengembangan dan penyiapan vaksin flu burung perlu dilakukan sebagai langkah preventif menghadapi kemungkinan pandemi flu burung. Kolaborasi antar-perguruan tinggi di tingkat internasional menjadi salah satu langkah mempercepat penemuan formulasi vaksin yang lebih efektif dan efisien.Hal itu mengemuka dalam forum "Swiss-Indonesian Vaccine Formulation Symposium" di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/3). Simposium tersebut menjadi penanda dimulainya kolaborasi riset formulasi vaksin flu burung antara Unair dan dua perguruan tinggi dari Swiss, yakni Universitas Lausanne dan Universitas Geneva.Kepala Pusat Penelitian Flu Burung Unair Chairul Anwar Nidom mengatakan, kolaborasi itu untuk merancang vaksin flu burung yang hanya perlu satu suntikan bagi manusia atau hewan untuk mencegah flu burung."Saat ini, suntikan vaksin flu burung masih dilakukan beberapa kali sehingga permintaan dan persediaan global tidak cukup. Karena itu, formulasi vaksin satu kali suntikan perlu dikembangkan untuk menghadapi kemungkinan wabah flu burung pada masa mendatang," kata Nidom. Kerja sama riset akan berlangsung hingga 2019 dan dibiayai Pemerintah Swiss melalui Swiss Science National Foundation. Dana yang disediakan sekitar Rp 8 miliar.Peneliti Universitas Geneva Gerrit Borchard menuturkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjuk Swiss untuk mengembangkan vaksin flu burung sekali suntik. Meski Swiss memiliki teknologi untuk memformulasikan vaksin itu, mereka tidak memiliki sampel virus penyakit flu burung untuk riset tersebut."Unair ditunjuk menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia untuk berkolaborasi karena telah lama meneliti flu burung serta memiliki sampel virus yang dibutuhkan," kata Borchard.Dua strategiPeneliti dari Universitas Lausanne, Christophe Barnier-Quer, memaparkan, peneliti dari tiga universitas itu akan menerapkan dua strategi dalam mengembangkan vaksin flu burung.Strategi pertama adalah memasukkan sejumlah vaksin flu burung ke dalam sebuah partikel, kemudian mencari cara agar vaksin dalam partikel itu hanya perlu disuntikkan sekali kepada manusia dan hewan.Strategi kedua dilakukan sebagai antisipasi jika vaksin sekali suntik tidak bisa ditemukan pada 2019, yakni menggabungkan vaksin dengan adjuvant (substansi yang ditambahkan untuk meningkatkan efektivitas vaksin).Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinis PT Bio Farma Novilia Sjafri Bachtiar mengatakan, sebagai satu-satunya produsen vaksin flu burung di Indonesia, pihaknya mengalami sejumlah hambatan dalam pengembangan vaksin tersebut. Hambatan itu antara lain keterbatasan teknologi serta tingginya biaya pengembangan.Untuk mengatasi masalah tersebut, PT Bio Farma tidak bisa bergerak sendiri. Kerja sama dengan perguruan tinggi dinilai bisa menghemat waktu pengembangan dan biaya penelitian vaksin."Kalau PT Bio Farma melakukan sendiri, penelitian untuk menemukan formulasi vaksin flu burung yang efisien diperkirakan baru bisa dicapai setelah lebih dari 10 tahun," kata Novilia. Jika peneliti dari Unair, Universitas Lausanne, dan Universitas Geneva berhasil menemukan formulasi vaksin yang efisien, PT Bio Farma bersedia memproduksi vaksin tersebut secara massal.Kerja sama diperluasGubernur Jawa Timur Soekarwo, saat menerima kunjungan Duta Besar Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann di Gedung Negara Grahadi Surabaya, mengatakan, pihaknya mendorong agar kerja sama Swiss dan perguruan tinggi di Jawa Timur tidak hanya pada riset di satu bidang penyakit menular, seperti flu burung. Soekarwo juga berharap ada kolaborasi riset penyakit tidak menular, misalnya diabetes. Menurut Soekarwo, Swiss merupakan negara dengan kemajuan teknologi yang tinggi. Kemajuan Swiss di bidang vokasi diharapkan bisa mengembangkan vokasi di Indonesia. Salah satunya, melalui kerja sama dengan Pemprov Jatim dalam pengembangan sekolah menengah kejuruan dan balai latihan kerja.Pemprov Jatim akan membentuk tim pelaksana untuk menyusun detail program kerja sama dengan Swiss. "Nantinya akan dibahas apakah peserta didik dapat magang di perusahaan Swiss atau kami akan mendatangkan pelatih dari Swiss ke Jatim," kata Soekarwo. Sementara itu, Baumann mengatakan, Pemerintah Swiss mendorong peningkatan kerja sama dengan perguruan tinggi di Jatim. Selain berkolaborasi dengan Unair, perguruan tinggi Swiss juga akan melakukan riset bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. (ADY)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000