logo Kompas.id
NusantaraRibuan Orang Terancam
Iklan

Ribuan Orang Terancam

Oleh
· 4 menit baca

BANYUWANGI, KOMPAS — Sekitar 1.400 jiwa di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, terancam tertimbun tanah longsor. Kontur alam yang berbukit dengan kemiringan lebih dari 45 derajat dan kondisi tanah yang gembur memperbesar ancaman longsor. "Kontur tanah di Dusun Sumberdadi, Desa Kandangan, itu mirip lokasi longsor di Ponorogo. Tanahnya sudah gembur dan tidak bisa ditanami tanaman keras," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi Eka Muharam saat ditemui di Banyuwangi, Rabu (5/4).Eka menekankan, BPBD Banyuwangi menemukan beberapa titik tanah retak. Bahkan, telah dilaporkan longsor kecil di Dusun Sumberdadi. Ketika dusun itu diguyur hujan selama 2 jam, biasanya terjadi longsor. Beberapa hari lalu, terjadi tanah longsor dari sebuah retakan selebar 1 meter dengan panjang hingga 10 meter di sebuah bukit. "Kami kesulitan merelokasi warga Sumberdadi karena mereka keberatan tinggal jauh dari lokasi mata pencarian," kata Eka.Meskipun demikian, BPBD telah memasang sistem peringatan dini di bukit Dusun Sumberdadi itu. Sistem peringatan dini itu terhubung dengan sistem pemantauan di kantor BPBD Banyuwangi. Dusun Sumberdadi kini menjadi salah satu daerah prioritas pemantauan. Apalagi, dalam tiga hari terakhir hujan terus mengguyur Banyuwangi. Kepala Desa Kandangan Riyono mengatakan, warganya sudah paham kerawanan desanya yang terancam longsoran bukit Sumberdadi yang tingginya 500 meter dari permukiman warga. "Bila terjadi hujan lebih dari 1 jam, warga langsung keluar rumah untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Biasanya, mereka berkumpul di masjid dan balai desa," ujar Riyono.Menurut Riyono, sebagian warga keberatan direlokasi mengingat mata pencarian mereka di sekitar permukiman. Mayoritas warga Sumberdadi merupakan peternak dan pekebun. Komoditas yang ditanam warga antara lain kopi, jahe, dan lada. Meminimalkan korban Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta kepala daerah di kabupaten/kota di Jabar memanfaatkan peta daerah rawan bencana longsor. Peta itu diyakini efektif meminimalkan korban jiwa akibat bencana alam."Saya sudah berkoordinasi dengan BPBD Jabar supaya mendapatkan laporan terkait potensi longsor. Pemda harus mendengar masukan BPBD terkait potensi bencana di daerahnya," ujar Heryawan di Kabupaten Indramayu, Jabar, Rabu kemarin. Jabar merupakan salah satu provinsi rawan rekahan tanah. Dari 195 kasus tanah bergerak di Indonesia, sebanyak 111 kasus terjadi di Jabar. Wilayah rawan itu antara lain di Kabupaten Garut, Majalengka, dan Kuningan.Menurut Heryawan, pemerintah desa juga diminta untuk selalu siap jika kantor dan rumah warga dijadikan tempat relokasi sementara bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana.Dihubungi terpisah, Kuwu (Kepala Desa) Cilayung Danta Hidayat mengatakan, saat ini 209 warga Dusun Cimeong, Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan, menanti relokasi permanen. Pasalnya, permukiman warga di dusun itu rawan rekahan tanah karena berkemiringan 40 derajat. Sebelumnya, sejak 1 Januari, warga Cimeong terpaksa mengungsi ke rumah-rumah keluarga setelah pergerakan tanah yang mulai tampak sejak November 2016 semakin parah. Meski tidak ada korban jiwa, pergerakan tanah itu menyebabkan 37 rumah dari total 58 rumah di dusun itu rusak. Sebanyak 19 rumah di antaranya bahkan rusak berat.Danta menginformasikan, warga Cimeong akan direlokasi ke lahan desa di Blok Cisalak, Dusun Ciputat, Desa Cilayung. Ia menargetkan lahan relokasi itu bisa ditempati pada Juli 2017.Banjir di BantenSementara itu, dari Banten dilaporkan, banjir setinggi 1 meter melanda enam desa di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Penyebabnya adalah luapan Sungai Cipaseh dan Sungai Cipaas.Sekretaris Kecamatan Anyer Johny Setiabudi mengatakan, desa yang terendam banjir adalah Sindangmandi, Sindangkarya, Tanjungmanis, Kosambironyok, Anyer, dan Mekarsari. Total warga yang kebanjiran sekitar 2.150 orang dan 720 rumah terendam. Namun, bencana banjir tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa. Sungai Cipaseh dan Cipaas mulai meluap pada Selasa (4/4) sekitar pukul 22.00. Luapan didahului hujan deras yang turun di daerah hulu, yakni di Gunung Pabeasan. Berdasarkan pantauan, banjir di Desa Anyer, misalnya, tak hanya merendam rumah, tetapi juga merusak beberapa bangunan toko. Namun, banjir tidak menghambat lalu lintas di jalan utama menuju kawasan wisata Anyer. (GER/NIK/WER/IKI/BAY)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000