PADANG, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, Selasa (2/5/2017) malam mengevakuasi seekor harimau dahan (Neofelis nebulosa) yang terjepit batu selama beberapa hari di Nagari Serukam, Kecamatan Payung Sakaki, Kabupaten Solok, sekitar 62 kilometer utara Padang. Meski sempat mendapat penanganan, salah satu satwa dilindungi tersebut tidak bisa diselamatkan karena kondisinya memburuk.
Kepala Satuan Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Zulmi Gusrul di Padang, Rabu (3/5/2017) mengatakan, harimau jantan berusia sekitar 10 tahun itu diduga sudah terjepit batu antara Jumat (28/4) atau Sabtu (29/4). Masyarakat diduga terlambat mengetahui kondisi harimau tersebut karena baru melapor ke kantor kepolisian setempat pada Selasa pagi kemarin.
”Saat melapor, masyarakat membawa serta harimau tersebut. Kondisi harimau saat itu sudah lemas dan tidak bisa melawan lagi,” kata Zulmi.
Zulmi menambahkan, begitu mendapat laporan, polisi berkoordinasi dengan BKSDA Sumbar dan menindaklanjuti dengan mengirim tim. ”Melihat kondisi harimau yang sudah sangat mengkhawatirkan itu, kami langsung membawanya ke Padang pada Selasa malam. Apalagi di sana tidak ada dokter hewan,” katanya.
Menurut Zulmi, mereka tiba di Padang larut malam dan saat itu tak ada dokter hewan sehingga mereka baru bisa membawa harimau tersebut ke Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Laboratorium Kesehatan dan Klinik Hewan (UPTD BLKKH) Dinas Peternakan Sumbar pada Rabu pagi. ”Dokter di sana sempat memberi penanganan, termasuk memasang infus. Sayangnya, karena dehidrasi sangat tinggi, harimau gagal diselamatkan,” katanya.
Fira Leni, dokter hewan di UPTD BLKKH Dinas Peternakan Sumbar, mengatakan, saat masuk klinik, kondisi harimau tersebut memang sudah kritis. Selain suhu badan yang sudah tidak normal lagi ditandai dengan kulit yang pucat, harimau tersebut juga mengalami infeksi pencernaan karena mengeluarkan cairan usus. ”Kami sudah menanganinya sesuai prosedur. Tapi karena kondisi kesehatan harimau sudah sangat parah, hewan itu tak bisa diselamatkan,” kata Fira.
Zulmi menambahkan, kematian harimau dahan tersebut merupakan yang pertama sepanjang 2017. Pada 2016, seekor harimau dahan juga mati setelah ditabrak kendaraan di Solok. Zulmi belum bisa memastikan populasi harimau tersebut saat ini. Meski demikian, menurut Zulmi, harimau dahan sudah langka karena termasuk salah satu satwa yang dilindungi.