logo Kompas.id
NusantaraPengusaha Ditantang Manfaatkan...
Iklan

Pengusaha Ditantang Manfaatkan Peluang

Oleh
· 3 menit baca

SURABAYA, KOMPAS — Pengusaha industri mikro, kecil, dan menengah berbasis ekonomi kreatif di Jawa Timur ditantang memanfaatkan peluang pasar konsumsi. Peluang akan terbuang percuma jika yang memanfaatkannya justru pengusaha mancanegara lewat produk unggul. Tahun lalu, pasar konsumsi itu senilai Rp 600 triliun. Untuk itu, pengusaha IMKM ekonomi kreatif dituntut menghasilkan produk berkualitas prima, harga lebih murah daripada produk sejenis impor, unik atau tiada duanya, dan pengiriman ke konsumen yang cepat. Ekonomi kreatif dengan nilai peluang pasar yang begitu besar adalah ladang yang amat sayang jika tidak dimanfaatkan.Dalam pembukaan pameran ke-12 Batik, Bordir, dan Aksesori, Rabu (10/5), di Surabaya, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim 2016 senilai Rp 1.855 triliun. Senilai Rp 1.200 triliun di antaranya untuk konsumsi makanan minuman dan bukan makanan minuman. Untuk yang bukan makanan minuman, antara lain konsumsi busana, hiburan, pariwisata, aksesori, dan gaya hidup senilai Rp 600 triliun.Pendapatan per kapita menembus 3.700 dollar AS atau senilai Rp 4,94 juta. Sekitar 20 juta atau separuh dari populasi, diyakini menikmati pendapatan per kapita minimal dua kali lipat dari Rp 4,94 juta. Dengan demikian, konsumsi masyarakat bukan sekadar makanan, minuman, kesehatan, dan pendidikan, melainkan juga merambah ke gaya hidup. "Lihatlah, setiap liburan, di kota-kota wisata seperti Malang dan Batu terjadi kemacetan. Kalangan warga yang mampu tak lagi membeli sepeda motor, tetapi mobil minimal 1.000 cc," kata Soekarwo.Kelompok ekonomi menengah itulah yang amat menggiurkan bagi pelaku IMKM ekonomi kreatif. Jika tidak direkat dengan produk domestik yang bagus, mereka akan lari dan mengonsumsi produk impor seperti busana dan aksesori. Dalam konteks itulah, pengusaha IMKM dalam negeri ditantang untuk membuat produk yang mampu mengatasi ancaman produk impor. Sutra alamSementara itu, pemerintah kabupaten di beberapa sentra sutra di Sulawesi Selatan meminta pemerintah memberi izin untuk mengimpor bibit ulat sutra sembari menunggu Perum Perhutani menemukan bibit yang cocok untuk dikembangkan petani. Selama ini budidaya ulat sutra dan usaha pemintalan benang sutra mati suri akibat persoalan bibit. Sentra industri kain sutra pun lebih banyak menggunakan benang impor karena semakin sulit mendapatkan bahan baku benang sutra lokal.Hal itu mengemuka dalam pertemuan membahas persutraan alam yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (10/5). Pertemuan melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perum Perhutani, Dinas Kehutanan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Soppeng, Pemkab Wajo, dan akademisi Universitas Hasanuddin.Bupati Soppeng Kaswadi Razak mengatakan, kondisi usaha budidaya ulat sutra dan pemintalan benang sutra di Soppeng kini seperti ungkapan "hidup segan mati tak mau". Padahal, hingga tahun 1990-an, benang sutra menjadi salah satu komoditas andalan daerah itu. Soppeng pun menjadi pemasok utama bahan baku sutra di pusat kerajinan sutra di Kabupaten Wajo. Soppeng bahkan memasok kebutuhan sutra sejumlah industri batik di Pulau Jawa."Persoalannya hanya pada bibit ulat sutra. Bibit yang dibudidayakan petani dari Perum Perhutani produksinya kecil dan ulatnya rentan terkena penyakit. Mereka pernah menggunakan bibit impor dan hasilnya bagus," kata Kaswadi.Kaswadi pun berharap bisa diberi izin impor sembari menunggu Perum Perhutani menemukan bibit yang tepat untuk petani ulat sutra. "Soal lahan dan anggaran, biar Pemkab Soppeng yang menyiapkan," kata Kaswadi.Ia mengatakan, sejarah persutraan alam di Soppeng sudah dimulai sejak 1964 dan pernah jadi salah satu sentra sutra terbesar di Indonesia. (BRO/REN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000