Jumlah Pelaku Ekonomi Perlu Ditingkatkan Lagi
BANYUWANGI, KOMPAS — Pertumbuhan produk domestik bruto dari sektor ekonomi kreatif selama tahun 2010-2015 meningkat hingga 10,14 persen per tahun. Namun, warga yang terlibat dalam ekonomi kreatif cenderung stagnan.Tahun 2010, pelaku ekonomi kreatif sekitar 14,3 juta orang. Pada tahun 2011 hanya sekitar 13,4 juta orang. Jumlah tersebut terus meningkat sejak 2012 hingga 2015 dari semula 14,4 juta menjadi 15,9 juta orang. "Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius karena pelaku ekonomi kreatif seharusnya perlu ditingkatkan," kata Ketua Kelompok Kerja Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Ipang Wahid, Kamis (18/5), di Banyuwangi. Aktivitas ekonomi kreatif terdapat dalam empat subsektor, antara lain kriya, kuliner, mode, dan subsektor lainnya. Beberapa jenis sektor ekonomi yang sejenis adalah arsitektur, desain interior, film animasi, videografi, fotografi, music, aplikasi, seni pertunjukan dan seni rupa.Selama 2010 hingga 2015 pertumbuhan jumlah pelaku ekonomi kreatif hanya 2 persen per tahun. Jumlah itu dinilai kurang sebanding dengan pertumbuhan PDB ekonomi kreatif yang rata-rata 10,14 persen per tahunAgar pertumbuhan lebih signifikan, menurut Ipang, jumlah pelaku ekonomi kreatif harus terus ditingkatkan. Saat ini pekerja kreatif paling banyak berasal dari lulusan SMA. "Perlu ada upaya untuk memperbanyak lulusan SMK dan universitas untuk menjadi pelaku ekonomi kreatif. Saat ini lulusan SMK menjadi penyumbang pengangguran terbesar, sekitar 9,84 persen," ujar Ipang.Ipang menambahkan, peningkatan jumlah lulusan SMK menjadi pelaku ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SMK. Hal itu bertujuan agar lulusan SMK dapat bekerja sesuai bidang ketrampilannya.Adapun sektor yang dijadikan andalan untuk meningkatkan produk domestik bruto tertinggi ialah pariwisata. Di Banyuwangi, ekonomi kreatif di sektor pariwisata yang ingin ditumbuhkan, antara lain, pengembangan homestay. Usaha ini dinilai dapat membantu meningkatkan ekonomi warga setempat.Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya lebih mendorong munculnya homestay baru daripada hotelhotel kelas melati. Hal ini dilakukan untuk memberi batasan segmentasi pasar."Bagi wisatawan yang ke Banyuwangi, pilihan menginap hanya ada dua, home stay atau hotel bintang tiga. Pada tahun 2017, akan ada 400 homestay baru. Kami terus mendorong tumbuhnya homestay karena usaha ini benar-benar berbasis masyarakat," ujar Anas. (GER)