SEMARANG, KOMPAS — Menjelang bulan Ramadhan, polisi menggelar sosialisasi uang palsu di sejumlah pasar di Kota Semarang, Jawa Tengah. Hal tersebut bertujuan agar para pedagang dapat membedakan uang asli dan palsu sehingga kerugian pedagang akibat kejahatan dapat diantisipasi.
Salah satunya adalah sosialisasi uang palsu yang dilakukan Kepolisian Sektor Semarang Selatan di Pasar Mrican, Semarang, Jumat (26/5). Sebanyak 119 pedagang di pasar tersebut diarahkan untuk selalu melihat dengan saksama, meraba, serta menerawang uang atau mememiliki lampu ultraviolet.
Kepala Unit Hubungan Masyarakat Polsek Semarang Selatan Inspektur Satu Hani mengatakan, itu merupakan tindak lanjut dari laporan sejumlah pedagang. ”Baru ada dua laporan, tetapi kami langsung sosialisasikan agar para pedagang, khususnya yang sudah tua, supaya mereka tak menjadi korban,” ujar Hani.
Hani menambahkan, pihaknya juga mengarahkan kepada para pedagang untuk tidak segan melaporkan baik kepada polisi maupun kepala pasar jika menerima uang palsu. Sebab, dengan adanya laporan, pihaknya akan segera melakukan patroli untuk mencegah terulangnya hal serupa.
Sementara itu, Kepala Pasar Mrican Wagiyono menuturkan, laporan pedagang dibutuhkan agar peredaran dapat dihentikan. ”Saat laporan masuk, segera saya laporkan kepada polisi. Ini penting agar uang palsu tak terus beredar. Selain itu, sosialisasi perlu untuk dilakukan secara terus-menerus kepada pedagang,” ujarnya.
Selain di Pasar Mrican, Polsek Semarang Selatan juga melakukan sosialisasi di Pasar Peterongan, Semarang. Menurut Hani, saat ini sosialisasi penting sebagai bentuk pencegahan.
Pedagang bahan pokok di Pasar Mrican, Saimah (48), mengatakan, dirinya pernah menerima uang palsu dari pembeli. ”Karena sangat mirip, saya tidak curiga. Namun, saat akan mentransfer, ternyata uangnya palsu. Itu jadi pelajaran agar berhati-hati dan teliti saat menerima uang dari pembeli,” ujar Saimah.
Sementara itu, pedagang di Pasar Jatingaleh, Semarang, Yuli (34), menuturkan, sosialiasi uang palsu perlu dilakukan. Sebab, sebagian besar pedagang tidak memperhatikan secara rinci uang yang mereka terima.