YOGYAKARTA, KOMPAS — Potensi ekonomi dari kotoran ternak sapi dan kerbau di seluruh Indonesia mencapai Rp 64,3 triliun per tahun. Potensi tersebut didapatkan jika semua kotoran ternak tersebut dimanfaatkan dan diolah sebagai biogas untuk pemenuhan kebutuhan energi di lingkup rumah tangga.
”Dengan potensi ekonomi yang demikian besar, kotoran ternak sapi dan kambing tersebut layak dikembangkan sebagai energi alternatif,” ujar Wakil Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Bambang Suwignyo, Minggu (28/5).
Dengan potensi ekonomi yang demikian besar, kotoran ternak sapi dan kambing tersebut layak dikembangkan sebagai energi alternatif.
Perolehan angka tersebut didapat dari asumsi perhitungan, jumlah ternak sapi dan kerbau Indonesia tahun 2015 sebanyak 17.285.290 ekor (Dirjen PKH, 2016), serta mampu menghasilkan kotoran sebanyak 345,7 ribu ton. Angka ini setara dengan energi pengganti minyak tanah sebanyak 14,8 juta liter mitan. Dengan perhitungan jika semua semua kotoran sapi dan kerbau dibuat biogas dengan ukuran biodigester 9 meter kubik, jika disetarakan dalam rupiah, potensi ekonomi yang diperoleh mencapai Rp 176,3 miliar per hari atau Rp 64,3 trilun per tahun.
”Dengan hitungan setiap biodigester berkapasitas 9 meter kubik menghasilkan gas setara minyak tanah 3 liter dan harga minyak tanah nonsubsidi saat ini sekitar Rp6.800 per liter, pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas tersebut mampu mencukupi kebutuhan energi sebesar 13,3 % kebutuhan masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Namun, sayangnya,tingka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas di lingkup masyarakat masih terbilang rendah. Rata-rata warga, petani maupun peternak, jarang memanfaatkan kotoran ternak tersebut untuk biogas karena terkendala masalah biaya untuk membuat biodigester. Pembuatan biodigester membutuhkan biaya hingga Rp 17 juta per unit atau setara dengan harga satu sapi.
”Dengan mempertimbangkan mahalnya biaya tersebut, warga pun biasanya baru membuat biodigester jika mendapatkan dukungan dana dari pihak ketiga,” ujarnya.
Manfaat biogas
Bambang menjelaskan, energi pengganti mitan itu diperoleh dari biogas yang berupa gas berasal dari proses degradasi material bio, baik tanaman maupun hewan, dengan tingkat energi tertentu. Energi yang berasal dari biogas, ujarnya, termasuk dalam kategori renewable energy atau energi yang dapat diperbarui dan menjadi sumber energi yang berprospek untuk dikembangkan sebagai pengganti energi dari fosil fuel.
Menurut dia, program biogas juga dapat dirancang tidak hanya dalam konteks mengembangkan biogas sebagai energi alternatif, tetapi juga dalam format pemberdayaan. Seluruh kegiatan di dalamnya adalah dalam rangka untuk memopulerkan/menyosialisasikan, mengaplikasikan, dan mengembangkan potensi biogas sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
”Pemanfaatan biogas dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga keluarga sektor energi karena biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar untuk memasak, lampu penerangan, dan pembangkit generator. Jadi dapat menghemat subsidi pemerintah,” ujar Bambang.