Banjir Bandang Berpotensi Terus Terjadi
GARUT, KOMPAS — Banjir bandang berpotensi terus berulang di sejumlah daerah di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Masalah alih fungsi lahan di daerah hulu dan hilir Sungai Cimanuk menjadi penyebab utama."Dengan kontur wilayah yang curam, alih fungsi lahan, dan curah hujan tinggi, banjir bandang masih akan terus mengancam di Garut. Ada 18 kecamatan dari 42 kecamatan yang rentan terdampak. Dua di antaranya Kecamatan Tarogong Kidul dan Targong Kaler," kata Bupati Garut Rudi Gunawan, Rabu (7/6).Dalam delapan bulan terakhir, Tarogong Kidul dan Tarogong Kaler, yang terletak di pusat kota Garut, dua kali dihantam banjir bandang. Kejadian pertama pada September 2016, sedangkan banjir bandang kedua terjadi Senin tengah malam. Meskipun dampaknya lebih kecil daripada kejadian September 2016, banjir bandang teranyar itu merendam ribuan rumah yang dihuni sekitar 10.000 jiwa. Selama lima jam, ketinggian air yang merendam rumah warga 1 meter-2 meter. Penyebabnya luapan Sungai Badama, anak Sungai Cimanuk, yang membawa lumpur, sampah, dan potongan kayu."Beberapa hal sudah kami lakukan dengan memperbesar saluran air hingga menanam pohon di lahan kritis," ujar Rudi. Warga Kelurahan Jayawaras, Kecamatan Tarogong Kidul, Yoga Sundawa Aria Puspianto (24), mengatakan, Sungai Badama mengalami penyempitan dalam beberapa tahun terakhir. Jika sebelumnya lebar sungai 8 meter, kini 2-3 meter karena terimbas pembangunan permukiman.Supardiono Sobirin, praktisi lingkungan dari Dewan Pemerhati Kehutanan Lingkungan Tatar Sunda, mengatakan, ada empat sub-daerah aliran sungai (DAS) yang mengalir ke pusat Kota Garut, yaitu Cimanuk, Cibodas, Cipeujeuh, dan Cikamiri. Semuanya dalam keadaan kritis akibat alih fungsi lahan. Seharusnya seluruh sub-DAS kawasan yang berfungsi lindung. (BKY/DMU/CHE)