70 Mahasiswa Kedokteran Universitas Papua Kembali Berdemo
Oleh
Fabio Maria Lopes Costa
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS — Sebanyak 70 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Papua kembali berdemo di dua lokasi di Sorong, Papua Barat, Jumat (9/6/2017). Mereka menuntut agar kegiatan perkuliahan yang terhenti sejak 29 April 2017 kembali berjalan normal.
Aksi demo damai mahasiswa di dua lokasi ini sudah berjalan sejak Rabu (7/6). Jumat ini adalah aksi unjuk rasa mereka yang terakhir.
Diketahui 70 mahasiswa yang terdiri dari jenjang semester II, IV, dan VI ini menggelar unjuk rasa di Jalan Raya Aimas, Kabupaten Sorong, dan di depan Gereja Maranatha di Kota Sorong.
Kegiatan unjuk rasa berlangsung pada pukul 07.30 hingga pukul 10.00 WIT. Mahasiswa juga menggelar aksi penggalangan dana di dua lokasi tersebut yang sering dilintasi pengendara roda empat dan dua.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Papua Indah Ein Fajarwati Wainsaf mengatakan, mereka berharap adanya bantuan Pemerintah Provinsi Papua Barat untuk menyediakan dana pengampuan bagi Universitas Indonesia yang mencapai Rp 21 miliar per tahun.
”Tanpa dana tersebut, materi kuliah yang dibawakan sekitar 100 dosen dari UI di kampus kami tak bisa berjalan seperti biasanya,” kata Indah.
Sebelumnya dana tersebut ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Sorong sejak fakultas tersebut dibuka pada Juli 2014. Namun, pembiayaan mulai terhambat pada 2016. Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Papua terletak di Aimas, ibu kota Kabupaten Sorong.
Sebanyak 102 mahasiswa di fakultas itu tak mengikuti kuliah dari 2 Oktober 2016 hingga 26 Maret 2017. Setelah adanya mediasi antara pihak Pemkab Papua Barat dan pihak UI, akhirnya kegiatan kuliah kembali dimulai tanggal 27 Maret 2017.
Sebulan berselang, tepatnya 29 April 2017, aktivitas perkuliahan kembali terhenti. Sebab, belum ada realisasi pembayaran dana pengampuan kepada pihak UI.
Biaya transportasi
Indah menuturkan, pihaknya akan menggunakan dana sumbangan dari masyarakat untuk membiayai perjalanan 70 mahasiswa ke Manokwari menggunakan kapal.
”Di sana kami akan berupaya menemui Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan dan Rektor Universitas Papua Jack Manusaway untuk mencari jalan keluar atas masalah ini. Kami tidak akan kembali ke Sorong hingga ada kepastian dana untuk mendatangkan dosen dari UI,” tegas Indah.
Sementara itu, Yulianus Thebu selaku ketua perwakilan para orangtua mahasiswa, menyatakan, pihaknya akan membentuk tim khusus untuk menemui segala pihak terkait, seperti Pemprov Papua Barat dan DPRD Papua Barat, untuk menyelesaikan masalah kekurangan anggaran dana pengampuan.
”Kami akan berjuang agar anak-anak kami dapat meraih cita-citanya sebagai dokter,” kata Yulianus.
Ia pun menuturkan, tidak hanya mahasiswa asal Sorong yang menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Papua, tetapi juga dari sejumlah kabupaten di Papua Barat.
”Seharusnya pemerintah daerah dari kabupaten-kabupaten di Papua Barat turut berkontribusi dengan menggunakan data otonomi khusus untuk membantu perkuliahan Fakultas Kedokteran Universitas Papua kembali berjalan normal,” tuturnya.