logo Kompas.id
NusantaraLahan Pertanian Kekeringan
Iklan

Lahan Pertanian Kekeringan

Oleh
· 4 menit baca

CIREBON, KOMPAS — Petani di sentra beras, seperti Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sejak sebulan terakhir kesulitan air. Selain ongkos produksi yang bertambah, petani juga terancam gagal panen. Mereka berharap Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jabar, dapat mengairi area persawahan petani. Kondisi kesulitan air itu terekam antara lain di daerah Kertasemaya dan Sukagumiwang, Indramayu, serta Susukan, Arjawinangun, dan Gempol, Cirebon, Minggu (11/6). Tanaman padi yang ditanam seminggu hingga lebih dari sebulan tak terendam air. Bahkan, lahan persawahan mulai mengeras dan retak. Saluran irigasi teknis juga dangkal. Bagian dasar irigasi yang bercampur sampah plastik tampak jelas. Petani terpaksa menggunakan mesin pompa yang disambungkan dengan pipa. Pipa plastik sepanjang lebih dari 20 meter juga dipasang petani untuk mengairi sawah. Pipa yang tadinya bening mulai kecoklatan akibat bercampur tanah."Sudah lebih sebulan enggak turun hujan. Paling hanya gerimis sebentar. Mau tidak mau pakai mesin pompa," ujar Bared (52), petani penggarap di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Cirebon. Meski telah memiliki mesin pompa air, Bared tetap harus mengeluarkan uang sekitar Rp 100.000 untuk biaya bensin. Ia sangat berharap hasil lebih baik pada musim tanam kedua (gadu) kali ini. Musim tanam rendeng, Oktober-Maret, produksi padi yang ia dapatkan menurun. Biasanya, dari 3 hektar lahan yang digarap, Bared mampu meraup setidaknya 12 ton gabah kering giling (GKG). Namun, musim rendeng lalu kurang dari 9 ton GKG. Kesulitan air dapat mengancam produksi padi di Cirebon. Dengan lahan pertanian sekitar 45.000 hektar, produksi padi di Cirebon pada 2016 mencapai 607.656 ton GKG. Angka ini meningkat dibandingkan dengan 2015 ketika lahan pertanian terserang kekeringan, yakni 493.852 ton. Harapan mendapatkan pasokan air juga datang dari petani di Indramayu. "Kalau suplai air dari Jatigede berkurang dan hujan tidak ada, Indramayu terancam gagal panen 30.000 hektar," ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Indramayu Sutatang. Selama ini, pasokan air dari Waduk Jatigede untuk irigasi disalurkan melalui Bendung Rentang di Majalengka, Jabar, sebelum ke dua saluran induk, yakni Sindupraja dan Cipelang. Saluran induk Sindupraja diketahui menyalurkan air untuk 20.620 hektar persawahan di Kabupaten Cirebon, 36.000 hektar sawah di Indramayu, dan lebih dari 100 hektar sawah di Majalengka. Sementara saluran induk Cipelang mengairi lebih dari 30.000 hektar sawah di Indramayu dan 300 hektar sawah di Majalengka.Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksanaan Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu Pembangunan Waduk Jatigede Harya Muldianto mengatakan, Waduk Jatigede sudah menyuplai air untuk jaringan irigasi. "Kebutuhan di Bendung Rentang 56 liter per detik. Kami sudah mengeluarkan 100 liter per detik," ujar Harya. Andalkan sumur bor Kekeringan juga melanda petani di Magelang. Sebagian petani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini terpaksa mengairi lahan dengan menyedot air dari sumur bor. Dengan keterbatasan sumur bor dan tingginya kebutuhan petani, upaya penyedotan air pun harus dilakukan secara bergantian.Mahmudi (38), salah seorang warga Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, mengatakan, pada kondisi musim kemarau seperti sekarang ini, petani berebut memakai sumur bor yang hanya dimiliki sejumlah warga tersebut. Mereka berebut untuk mengairi lahannya yang berjarak cukup jauh dari lokasi sumur."Satu sumur bor sering kali mengairi lahan yang berjarak cukup jauh, 500-800 meter dari sumur," ujarnya, Minggu.Karena tingginya kebutuhan, penyedotan air dari sumur bor pun harus dilakukan secara bergantian. Mahmudi mengatakan, dalam satu hari, ia terkadang harus bergantian dengan tiga petani atau lebih.Sementara itu, sedikitnya 1.000 hektar lahan produktif di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, tidak terpakai. Ketiadaan irigasi menjadi pemicu utama lahan-lahan itu tidak menghasilkan pangan bagi kabupaten terdepan Indonesia. Padahal, lahan itu bisa dijadikan modal untuk memutus ketergantungan Anambas pada pangan.Lahan terutama terletak di Pulau Jemaja dan sebagian Pulau Palmatak. Sebagian lahan memang dijadikan ladang palawija. Sebagian lagi menjadi tempat penggembalaan hewan ternak. Namun, sebagian besar hanya ditumbuhi semak belukar dan tidak terpakai. Padahal, lahan-lahan itu terletak di dataran yang terhampar paling sedikit 100 hektar. "Anambas punya sumber air bagus dan banyak. Hampir tidak pernah kering sepanjang tahun. Masalahnya, tidak ada jaringan irigasi untuk menyalurkan air dari sumber ke lahan-lahan yang bisa menjadi lokasi pertanian," kata Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun, Minggu (11/6), di Anambas. (IKI/EGI/RAZ)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000