Dari luas Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang 12.500 hektar, 9.000 hektar habis terbakar pada 2015. Selain dipicu bara api dari hutan tanaman industri dan perkebunan sawit di sekitarnya, kebakaran di HLG dipicu kondisi gambut yang mengering. Sebagian tanaman masyarakat dalam kawasan itu pun ikut hangus.
Masyarakat sejak 2008 mengembangkan usaha pembibitan jelutung. Pemulihan HLG mendapatkan dukungan pendanaan dari Badan Restorasi Gambut melalui lembaga WWF.
Koordinator Tim Program Rimba WWF Tri Agung mengatakan, dalam upaya memulihkan hutan lindung, pemerintah memberi hak kelola dalam kawasan HLG seluas 200 hektar bagi warga setempat. Mereka dapat menanami lahan yang rusak akibat kebakaran tahun 2015 dengan berbagai jenis tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomis. Mereka pun mendapat dukungan pembiayaan dalam upaya revegetasi. Penanaman ditargetkan 70 persen berupa jelutung dan 30 persen tanaman buah. Setelah produksi, hasil hutan non kayu dapat dimanfaatkan masyarakat.
Selain itu, masyarakat juga diberdayakan membangun sekat kanal. Sekitar 70 sekat kanal bakal dibangun mengelilingi HLG dalam enam bulan ke depan. Pembangunan sekat kanal akan mengendalikan ancaman kekeringan pada gambut pada musim kemarau. Dengan demikian, potensi tanaman terbakar ditekan.
Pakar hidrologi Universitas Jambi, Yudhi, mengatakan, kebakaran tahun 2015 telah menghancurkan sebagian besar tanaman kehutanan endemik dalam kawasan HLG. Namun, sebagian kubah gambut diketahui masih dalam kondisi baik. Kondisi itu harus didukung dengan pembangunan sekat kanal demi mempertahankan tinggi muka air gambut. Jika pembasahan gambut berjalan baik, revegetasi tak akan terkendala kekeringan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi, sebaran titik panas mulai meningkat sepanjang pekan lalu. Pada Sabtu (10/6), terdapat 10 titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 60 persen yang tersebar di Kabupaten Bungo, Merangin, dan Tebo.
Tri Agung menambahkan, pihaknya juga memfasilitasi pemberdayaan kewirausahaan bagi warga desa penyangga HLG, yakni Desa Rawasari, Caturayu, dan Manismato. Program ini difokuskan bagi perempuan dalam pengolahan produk-produk hasil hutan non kayu. (ITA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.