logo Kompas.id
NusantaraPenggunaan Pupuk Kimia...
Iklan

Penggunaan Pupuk Kimia Berlebihan

Oleh
· 2 menit baca

WAINGAPU, KOMPAS — Penggunaan pupuk kimia berlebihan diduga telah mematikan pemangsa telur belalang. Bahkan, burung-burung yang jadi predator belalang pun punah. Akibatnya, kini belalang bebas berkembang biak serta mengganggu tanaman dan kehidupan di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. "Sudah puluhan tahun sawah-sawah di Sumba Timur tidak direvitalisasi. Petani secara berkelanjutan mengolah lahan yang sama dengan mengandalkan pupuk kimia. Bisa terjadi lahan itu sudah resistensi terhadap pupuk, kemudian petani memberi pupuk dengan dosis berlebihan untuk menyuburkan tanaman," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang, Damianus Adar, di Kupang, Senin (12/6). Sumba Timur melalui Bendungan Kambaniru mengairi lahan sawah seluas 12.650 hektar, atau lahan basah terluas di Pulau Sumba. Selama ini petani hanya mengandalkan pupuk kimia guna meningkatkan produksi padi.Penggunaan pupuk kimia dengan dosis yang tidak wajar ini ikut mematikan predator-predator belalang, seperti semut, cacing, lipan, kaki seribu, dan tikus. Dugaan ini diperkuat dengan asal belalang di semak-semak, bekas lahan yang ditinggalkan petani."Yang terjadi adalah suatu keseimbangan ekosistem yang terputus akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan. Hampir semua pupuk kimia memiliki efek samping membunuh jenis hewan tertentu, seperti semut (serangga)," kata Damianus.Dia menyarankan perlu segera digalakkan penggunaan pupuk organik di kalangan petani. Selain menjaga keseimbangan ekosistem, pupuk organik hasil produksi pertanian juga lebih asli, alamiah, dan sehat dikonsumsi.Sebagai uji coba, pemda mewajibkan semua petani di Sumba Timur menggunakan pupuk organik selama 2-3 tahun berturut-turut untuk mengetahui, apakah setelah itu masih muncul belalang atau tidak.Sementara itu, dinamisator Walhi Sumba Timur, Arfian Deta, menyatakan, telah terjadi ketidakseimbangan ekosistem di Sumba Timur. Mata rantai terputus karena predator hama belalang tidak ada lagi. "Namun, untuk memastikan ketidakseimbangan ekosistem ini, perlu dilakukan kajian atau penelitian terhadap asa usul belalang di Sumba Timur," ujar Deta.Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Sumba Timur Umbu Manurara mengatakan, jika pemanfaatan pupuk kimia berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem, pemda perlu memberi pemahaman kepada petani. Saat ini pupuk kimia penyubur tanaman mudah didapat di toko dan kios-kios di Waingapu, terutama pupuk kimia untuk jenis tanaman hortikultura, seperti sayur, bumbu dapur, dan buah.Wakil Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali menjelaskan, tiga kecamatan terserang belalang, yakni Pandawai, Kambera, dan Kecamatan Kota Waingapu. "Belalang sudah menyerang tanaman warga. Saat disemprot dengan pestisida, belalang terbang ke mana-mana. Padang-padang, tempat tinggal belalang, dibakar malam hari setelah dibuat jalur pergerakan api," katanya. (KOR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000