logo Kompas.id
NusantaraPedagang Ayam Dinilai Nakal
Iklan

Pedagang Ayam Dinilai Nakal

Oleh
· 4 menit baca

BLITAR, KOMPAS — Para pedagang telur ayam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, bakal ditindak tegas menyusul anjloknya harga telur di daerah tersebut. Bahkan, aparat kepolisian setempat diminta segera melakukan penyelidikan atas kenakalan permainan harga telur tersebut."Saya yakin (fluktuasi harga) akibat permainan broker. Saya sampaikan kepada Kapolres agar broker-broker ini dikumpulkan. Saya tidak pernah larang orang berusaha. Namun, jangan aji mumpung mau Lebaran (mencari untung tinggi)," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita di hadapan 100-an peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar, Selasa (13/6), di Blitar. Hadir dalam acara bertajuk "Evaluasi Masalah Perunggasan" itu, antara lain, Bupati Blitar Rijanto dan unsur forum pimpinan daerah setempat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Badan Urusan Logistik (Bulog), serta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Pertemuan digelar untuk mencari solusi mengatasi harga telur yang anjlok secara berulang. Menurut Ketut, broker yang dimaksud ialah pedagang yang mengambil telur dari peternak kemudian menjual lagi, baik di Blitar maupun luar daerah. Mereka diyakini sebagai pihak yang menentukan harga. Harga telur di tingkat peternak di Blitar tahun 2017 ini fluktuatif. Setelah empat bulan (Januari-April) seharga Rp 13.000 per kilogram, menjelang puasa naik menjadi Rp 18.000 per kg. Namun, dalam pekan kedua Ramadhan anjlok lagi menjadi Rp 13.000 per kg.Empat hari terakhir harga telur membaik. Jika pada Jumat (9/6) berkisar Rp 13.200-Rp 13.500 per kg, Sabtu naik menjadi Rp 14.500 per kg. Sehari kemudian harga naik lagi menjadi Rp 15.000, kemudian Rp 15.200-Rp 15.300 pada Senin. Namun, Selasa siang harga turun lagi menjadi Rp 14.300-Rp 14.600 per kg. Selain broker, Ketut juga meminta perusahaan integrator yang menyuplai anakan ayam (day old chicken) ke Blitar ikut bertanggung jawab terhadap anjloknya harga telur. Ada 10 integrator yang selama ini menyuplai anakan ayam ke Blitar. Jangan sampai para integrator hanya bisa menggelontor anakan ayam, tetapi saat kondisi banjir telur di pasaran mereka diam. "Para integrator sebenarnya nurut. Namun, kalau ada yang tak nurut, bandel, saya akan bertindak tegas. Saya akan kurangi porsi, misalnya, dari 10 (persen) menjadi 2 (persen)," ujar Ketut yang meminta para petenak dan broker bisa bermitra. Terkait isu maraknya telur tetas (breeding) yang disebut-sebut peternak banyak beredar di pasaran, Ketut meminta dilaporkan kepada pihak berwajib dengan disertai bukti. Kalau perlu, peternak menangkap tangan sopir truk yang mendistribusikan telur yang dimaksud. Kepala Polres Blitar Ajun Komisaris Besar Slamet Waluya menjelaskan telah membentuk tim Satuan Tugas Pangan. Tim ini untuk menjamin ketersediaan bahan pokok selama puasa dan menjelang Lebaran. Mereka memantau secara berkesinambungan ke sejumlah pasar."Tim sedang bergerak. Nanti kami lihat dan koordinasikan. Kalau ada indikasi pidana ekonomi, baik terkait pedagangan, monopoli, maupun persaingan usaha, kami siap menindaklanjuti," ujarnya. Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofi Yasifun mengatakan membentuk grup pedagang telur berjumlah 56 orang. Namun, grup ini tidak ikut memainkan harga. Mereka dibentuk guna melawanbroker dari luar daerah yang sudah ada lebih dulu dan kuat, seperti di Bandung dan Jakarta. "Grup ini kami buat untuk mengatasi kepanikan yang terjadi akibat permainan harga oleh broker di Jakarta dan Jawa Barat. Tujuannya agar kita bisa menjual dan tidak ditekan mereka. Kalau telur kami tidak terbeli, peternak panik hendak menjual ke mana? Sementara produksi berjalan terus," katanya. Menurut Rofi, jenis tekanan dari broker di luar daerah melalui berbagai modus, antara lain menggulirkan isu telur asal Medan, Jawa Tengah, dan Jakarta berharga murah. Dengan demikian, mereka bisa membeli telur dari Blitar dengan harga rendah. Pada kesempatan itu, para peternak di Blitar juga mengeluarkan petisi. Pertama meminta pemerintah menstabilkan harga telur sesuai harga pokok penjualan Rp 18.000 per kg. Kedua, meminta harga jagung Rp 3.250-Rp 3.500 per kg atau mengacu harga jagung internasional. Ketiga, penindakan telur breeding di pasaran. Wakil Ketua PPRN Blitar Sukarman mengusulkan harga telur ditentukan pemerintah sehingga harga seragam dan tak liar seperti yang terjadi selama ini. "Nanti informasi harga disebarkan KPPU setiap hari," ujarnya. (WER)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000