logo Kompas.id
NusantaraHujan Deras Berpeluang hingga ...
Iklan

Hujan Deras Berpeluang hingga Juli

Oleh
· 3 menit baca

AMBON, KOMPAS — Pulau Ambon, Maluku, kini dilanda cuaca ekstrem dengan curah hujan melampaui 100 milimeter per hari yang menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah lokasi dalam satu pekan terakhir. Kondisi tersebut diperkirakan masih berlangsung hingga Juli. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku mengingatkan warga agar waspada.Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, Sugeng Widarko, di Ambon, Rabu (14/6), mengatakan, curah hujan per 24 jam terhitung sejak 13 Juni pukul 07.00 WIT hingga kemarin pukul 07.00 WIT sudah mencapai 104 milimeter. Sementara selama Juni, curah hujan sudah melampaui 800 mm. Padahal, hitungan curah hujan normal per bulan maksimal 500 mm."Kalau hujan dengan intensitas melebihi 100 mm sehingga mengakibatkan longsor dan banjir yang memakan korban, ini sudah dinamakan cuaca ekstrem," katanya. Wilayah Pulau Ambon dan sejumlah pulau terdekat, seperti Saparua, Haruku, Nusalaut, Buru, dan Seram, juga diguyur hujan. Dari citra satelit, langit di atas kepulauan itu dominan berwarna merah dan jingga. Banyak awan hujan tumbuh akibat sirkulasi tertutup di wilayah Sulawesi yang menarik massa udara jenuh dari Pasifik. Pada saat yang sama terjadi pembelokan massa udara di wilayah Ambon dan sekitarnya. Kelembaban di wilayah itu juga relatif tinggi, yakni berkisar 80-100 persen, yang memicu tumbuhnya awan hujan. Suhu permukaan laut menghangat hingga 29,5 derajat celsius sehingga penguapan meningkat.Sejauh ini, hujan lebat yang mengguyur telah berdampak buruk. Pada Kamis pekan lalu seorang ibu tewas tertimpa longsor di Kelurahan Karang Panjang. Senin lalu, talut penahan tanah di Karang Panjang juga runtuh. Sejak Selasa malam hingga Rabu siang, hujan dengan intensitas dominan lebat mengguyur Ambon sehingga menyebabkan sejumlah permukiman terendam air dengan ketinggian maksimal 30 sentimeter. Saat hujan reda, air kembali surut.Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku John Hursepuny mengatakan, di Maluku, daerah yang rawan longsor adalah Kota Ambon karena wilayahnya dominan berupa perbukitan. Warga umumnya membangun rumah di tebing dan kawasan yang tanahnya labil. Butuh dukungan Pemanasan global meningkatkan suhu air laut sehingga daerah tangkapan ikan semakin jauh dari pantai. Kondisi ini rentan membuat nelayan semakin sulit hidup sejahtera. Dukungan pemerintah dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan ini."Nelayan butuh informasi pemetaan potensi ikan yang ideal. Jika terjadi gejala perubahan iklim seperti El Nino dan La Nina, nelayan perlu informasi harus bergerak ke mana mencari ikan," ujar Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja dalam lokakarya "Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Pesisir Selatan Pulau Jawa", di Kota Bandung, Rabu (14/6).Sjarief mengatakan, perubahan iklim membuat pergerakan ikan lebih dinamis. Akibatnya, nelayan semakin kesulitan mencari ikan sehingga berpengaruh terhadap perekonomian rumah tangganya.Perubahan iklim juga ikut memicu kerusakan ekosistem laut dan pesisir. Terumbu karang dan hutan bakau yang biasa menjadi kawasan penangkapan ikan kini sulit dijadikan andalan para nelayan. Untuk itu, selain memberikan informasi peta potensi ikan kepada nelayan, restorasi ekosistem juga harus dilakukan."Penelitian-penelitian di perguruan tinggi sangat penting sebagai langkah awal memperbaikinya," ujarnya. (FRN/TAM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000