Kemenyan Baru Ditemukan
PEMATANG SIANTAR, KOMPAS — Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, menemukan pohon indukan kemenyan (Styrax sumatrana) jenis baru. Jenis ini mampu memproduksi getah kemenyan tiga kali lebih banyak dari pohon kemenyan yang biasa dikembangkan di hutan rakyat. Pohon jenis baru itu kini dikembangkan secara vegetatif.Pohon jenis baru ini berpotensi meningkatkan nilai perdagangan empat daerah di Sumatera Utara, yaitu Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, dan Pakpak Bharat, menjadi Rp 3,6 triliun per tahun. Nilai perdagangan getah kemenyan saat ini Rp 1,2 triliun per tahun. Peneliti Silvikultur Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Cut Rizlani Kholibrina, yang dihubungi dari Medan, Kamis (15/6), mengatakan, pihaknya telah menemukan 30 pohon indukan dengan produktivitas 2 kilogram getah per pohon per tahun. Indukan ditemukan dalam eksplorasi dan pengujian karakter fenotip pohon getah bocor selama tiga tahun di Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, dan Pakpak Bharat. Saat ini produktivitas kemenyan di perkebunan rakyat hanya 0,5 kg-0,75 kg per pohon per tahun. Kepala BP2LHK Aek Nauli Pratiara mengatakan, mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi getah kemenyan mencapai 4.769,5 ton per tahun. Jika harga rata-rata Rp 250.000 per kg, nilai perdagangan yang diraih Rp 1,2 triliun per tahun. Dengan temuan indukan yang bisa memproduksi 2 kilogram getah per tahun, potensi bisa ditingkatkan menjadi Rp 3,6 triliun per tahun atau tiga kali lipat.Getah kemenyan mengandung senyawa benzoit, bahan baku industri aroma, obat, kosmetik, farmasi, insektisida alami, hingga pengawet makanan dan minuman. Getah ini di pasar internasional dihargai hingga 500 dollar Amerika Serikat per kg.BP2LHK Aek Nauli juga mengembangkan tanaman macadamia (Macadamia integrifolia) untuk penghijauan dan peningkatan perekonomian warga di sekeliling Danau Toba. (WSI)