logo Kompas.id
NusantaraLokasi Tambang Liar Harus...
Iklan

Lokasi Tambang Liar Harus Ditata

Oleh
· 3 menit baca

AMBON, KOMPAS — Maraknya penambangan emas liar yang menyebabkan banjir terparah sepanjang sejarah di Pulau Buru, Maluku, harus segera disikapi pemerintah demi mencegah kemungkinan bencana yang lebih besar. Langkah yang harus diambil adalah menghentikan penambang liar dan selanjutnya mereboisasi lokasi yang rusak parah itu.Banjir, yang melanda empat kecamatan di Pulau Buru sejak Rabu pekan lalu, berangsur surut pada Minggu (18/6). Banjir itu menyebabkan seorang warga meninggal serta menggenangi 624 rumah, 5 kompleks perkantoran, 2 kawasan pasar, dan 450 hektar sawah. Empat kecamatan yang dilanda banjir adalah Namlea, Waeapo, Waelata, dan Lolongguba (Kompas, 19/6).Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buru Hadi Zulkarnain, yang dihubungi dari Ambon pada Minggu kemarin, mengatakan, di sejumlah lokasi genangan sudah mengering dari ketinggian air yang sempat mencapai 1,5 meter. "Hampir semua warga yang terdampak sudah pulang ke rumah mereka," katanya. Korban lebih kurang 2.000 jiwa.Setelah musim hujan berakhir Agustus nanti, kata Hadi, BPBD Buru akan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Kabupaten Buru dan Pemerintah Provinsi Maluku. Pemerintah diminta merehabilitasi areal yang hancur akibat penambangan liar, seperti Gunung Botak, Gogorea, dan Gunung Nona. Kawasan penyangga itu kini sudah gundul dan topografi tanah berupa perbukitan pun sudah terbelah.Sebelum direboisasi, pemerintah daerah harus memastikan tidak ada lagi aktivitas penambangan. Hingga saat ini, tiga kawasan itu belum bebas dari penambangan liar. Gunung Nona masih masif, Gogorea berkurang dan Gunung Botak kadang ditambang sembunyi-sembunyi pada malam hari. "Aktivitas seperti itu harus dihentikan dulu," kata Hadi.Catatan Kompas menyebutkan, pemerintah daerah seperti tidak peduli dengan penataan lokasi bekas tambang liar. Gunung Botak, misalnya, setelah ditutup belum pernah dilakukan reboisasi. Pemerintah daerah, khususnya Provinsi Maluku, malah lebih fokus bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengambil material yang diduga mengandung emas untuk diolah. Reboisasi hanya dilakukan Komando Daerah Militer (Kodam) XVI Pattimura pada 2016.Hadi mengingatkan warga agar waspada dengan ancaman banjir yang sewaktu-waktu bisa datang lagi karena musim hujan masih berlangsung. Warga diminta menghindari daerah aliran sungai. Seorang korban meninggal akibat terpeleset di tepi sungai.Tim dari BPBD pun sudah memberikan bantuan berupa makan siap saji dan selimut kepada para korban. Tidak ada lokasi pengungsian. Para korban mengungsi ke rumah kerabat dan keluarga terdekat.Gelombang tinggiBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon melalui laman resminya mengeluarkan peringatan akan potensi hujan yang berpeluang terjadi di Pulau Buru, Seram, dan Ambon pada Senin ini. Kelembaban udara lapisan atas di kawasan itu relatif basah, berkisar 80 persen hingga 100 persen. Suhu permukaan laut juga menghangat, yakni mencapai 29,5 derajat celsius sehingga mendorong penguapan. Kelembab dan suhu permukaan air laut memicu tumbuhnya awan hujan.Selain hujan, gelombang tinggi masih melanda hampir seluruh perairan Maluku, dengan ketinggian hingga 4 meter. Demi keselamatan, jumlah kapal pelayaran lokal dan regional tidak diizinkan berlayar. (FRN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000