Bank Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Menginisiasi Pertanian Organik Bawang Putih
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Bank Indonesia wilayah Nusa Tenggara melirik budidaya komoditas bawang putih di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Hanya saja, teknik budidaya bawang putih itu ditempuh dengan pupuk organik sebagai upaya menggenjot produksi, sekaligus memulihkan unsur hara tanah dari penggunaan pupuk dan pestisida berbahan kimia di wilayah itu.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono, dalam acara buka puasa, Rabu (21/6) malam, di Mataram, Lombok, kluster usaha bawang putih dilakukan di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Budidaya bawang itu dimulai pada lahan seluas 1,1 hektar milik tujuh petani desa itu. Pihaknya bekerja sama dengan instansi terkait yang memberikan bibit bawang putih varietas Sangga Sembalun, sedangkan BI memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik.
”Budidaya bawang putih organik dilaksanakan turun-temurun di Sembalun. Petani sempat menggunakan pupuk dan pestisida kimia dengan hasil panen sangat tinggi, yang kemudian membuat petani berjaya di tahun 1980-an,” ujar Prijono.
NTB pun menyumbang 48 persen bawang putih nasional yang antara lain disuplai oleh Kecamatan Sembalun: yakni Desa Sembalun, Sembalun Bumbung, Sembalun Lawang, Bile Petung, dan Desa Sajang.
Untuk mengembalikan kejayaan bawang putih, pihak BI selain dengan pendekatan teknologi, pendampingan, dan pencarian pasar, juga menyiapkan dana untuk sarana prasarana pascapanen kepada kelompok tani binaan.
”Kami belum bisa menyebut angka, tapi gambarannya di kluster cabai kisarannya Rp 100 juta-Rp 150 juta untuk membangun rumah bibit dan sepeda motor,” ujar Wahyu Yuwana, Deputy Kantor BI Wilayah NTB.
Pestisida alami
Manajer UMKM Kantor BI Wilayah NTB I Nyoman Sariani mengatakan, di atas lahan 1,1 hektar ditanami bawang putih yang benihnya sebanyak 1 ton diberikan oleh dinas pertanian. Penanaman dimulai 7 Mei 2016. Petani juga mendapat pelatihan membuat pupuk organik agar bisa memproduksi pupuk sendiri dari kotoran sapi. Petani juga diajarkan cara mengolah lahan, sekaligus teknik pemasangan mulsa dari plastik.
Adapun pestisida didapatkan dari bahan alami, seperti daun kates, daun sirih, buah jeruk, dan akar pohon timba. Berdasarkan pantauan selama ini, dengan pupuk organik itu, pertumbuhan daun bawang putih lebih hijau dan segar.
”Kalau pakai pupuk kimia, pukul 12 siang daun bawang putih merunduk, layu,” ujar Sariani, mengutip pengakuan petani.
Pestisida alami itu ampuh mengusir organisme pengganggu tanaman bawang putih. Contohnya, ketika tanaman bawang putih diserang ulat grapyak, ulat pengganggu tanaman itu diusir dengan racikan bahan-bahan alami, seperti akar timba dan daun sirih. ”Saat itu petani sudah pusing oleh serangan grapyak, malah ada yang mau pakai pestisida kimia,” ucap Wahyu Yuwana.
Dengan budidaya menggunakan pupuk organik, petani Sembalun bergairah kembali menanam bawang putih. Menurut Sukirno, Kepala Unit Pelaksana Teknis Penyuluh Pertanian Kecamatan Sembalun, luas areal pertanian di kecamatan itu 4.100 hektar, meliputi 1.400 hektar sawah dan 2.700 hektar tegalan. Dari total areal itu, hanya 300 hektar yang ditanami bawang putih dengan produksi 60.000 ton basah atau setara 2.000 ton kering.